Pekanbaru (Antarasumsel.com) - Siang yang panas ketika massa tengah berunjuk rasa soal Jakarta dan penistaan agama, tiba-tiba kabar mengejutkan menyebar begitu cepat lewat berbagai media sosial.
Kabar itu tentang ratusan pesakitan yang berusaha kabur dari Rumah Tahanan Negara Sialang Bungkuk, Pekanbaru, Riau, Jumat (5/5).
Seorang pria berkumis baru saja tiba di sebuah kedai kopi pusat kota budaya melayu. Ia duduk di antara empat rekannya sambil memberikan kabar "angin" tentang kerusuhan para pesakitan.
"Ratusan tahanan kabur dari Rutan Sialang Bungkuk, kejadiannya baru saja," begitu ungkapan nada kerasnya membuat sejumlah pengunjung yang ada di dalam kedai kopi itu sejenak tercengang.
Pria berkemeja itu, melanjutkan cerita tentang informasi yang baru ia terima lewat pesan selular itu. Tidak lama kemudian, kabar tersebut sampai di berbagai media dalam jaringan, membuat ribut para warganet yang "nangkring" di media sosial.
Disusul berbagai media televisi yang secara terkini turut menyoroti peristiwa itu. Judulnya "Ratusan Napi Rutan Sialang Bungkuk Kabur".
Informasi kaburnya ratusan napi dan tahanan itu disambut dengan kekhawatiran mendalam banyak masyarakat Kota Madani.
Seorang isteri menelepon suaminya yang sedang bertugas, sebaliknya suami yang bekerja mengkhawatirkan keadaan isteri dan anak di rumah.
Sejumlah rumah ibadah memberikan pengumuman tentang peristiwa tersebut. Pesannya warga agar mewaspadai adanya ratusan tahanan yang kabur.
Informasi tentang tahanan kabur yang menyekap seorang anak, bahkan sempat menjadi kabar utama, tidak kalah kabar mengenai napi yang merampas sepeda motor warga.
Seketika Pekanbaru mencekam. Sejak Jumat (5/5) siang hingga malam, kawasan Madani layaknya "Kota Koboi". Ribuan polisi dan TNI dilibatkan dalam penanganan peristiwa itu. Kejar-kejaran antara aparat dengan napi dan tahanan terjadi di mana-mana.
Melintas di Jalan Harapan Raya, berjarak sekitar 4 kilometer dari lokasi Rutan Sialang Bungkuk, Kecamatan Tenayan Raya, kemacetan panjang terjadi.
"Kabarnya ada satu napi yang kabur tadi siang ditangkap di tengah jalan ini," kata Fani, seorang warga sekitar.
Mobil-mobil polisi dan TNI dengan lampu sirine pun hilir mudik di berbagai kawasan, mulai jalan-jalan utama hingga berbagai pelosok kota. Pengejaran para "koboi" masih berlanjut hingga malam.
Jebol Pintu
Dari informasi kepolisian, ada sebanyak 250 napi dan tahanan yang kabur dari Rutan Sialang Bungkuk saat masyarakat tengah menjalankan shalat Jumat.
Kaburnya ratusan pesakitan dengan cara menjebol pintu kanan saat pengawasan terpecah dengan peristiwa keributan yang disebabkan minimnya ketersediaan air bersih.
Kabid Humas Polda Riau Kombes Guntur Aryo Tedjo mengatakan sekira pukul 11.30 WIB tahanan protes.
"Mereka mendobrak pintu kanan rutan, mereka kecewa dengan pelayanan rutan," katanya.
Pada saat yang sama, juga tengah berlangsung unjuk rasa kelompok Front Pembela Islam (FPI) di Jalan Jenderal Sudirman. Mereka menuntut hukuman berat bagi Gubernur DKI Jakarta Basuki Djahaja Purnama (Ahok). Sebagian besar aparat sibuk untuk pengamanan aksi yang dilaksanakan usai shalat Jumat tersebut.
Pengamanan aparat pun terpecah, namun dilaporkan pada siang itu, kepolisian sempat menerjunkan ratusan anggota dibantu dengan TNI dan sipil untuk mengejar para napi dan tahanan.
Sejak siang, satu per satu napi dan tahanan yang kabur berhasil diamankan. Ada juga yang menyerahkan diri.
Hingga sekitar pukul 23.00 WIB, jumlah mereka yang berhasil ditangkap dan dibawa kembali ke rutan sudah mencapai 160 orang.
Situasi Mencekam
Fokus aparat kepolisian dan TNI pun kembali terpecah. Selain masih memburu puluhan napi dan tahanan yang masih berkeliaran, malam sekitar pukul 22.00 WIB para pesakitan di Rutan Sialang Bungkuk kembali mengamuk sehingga membutuhkan pengawalan ekstra.
Selain berteriak sebagai bentuk protes atas perlakuan yang dianggap kurang manusiawi oleh petugas, banyak napi dan tahanan juga melemparkan batu ke arah luar rutan, mengarah ke aparat kepolisian.
Dari pantauan, ada beberapa polisi yang terkena batu yang dilemparkan para napi. Beruntung petugas yang berjaga mengenakan rompi antipeluru dan pelindung kepala.
Sekitar 200 personel Brimob Polda Riau di lokasi rutan untuk pengamanan pada malam itu. Sejumlah masyarakat setempat juga masih di sekitar lokasi untuk melihat-lihat kondisi.
Selain kepolisian, juga ada bantuan pengamanan dari pasukan TNI. Malah mereka yang tadinya berada di dalam rutan, terpaksa keluar akibat situasi yang semakin buruk.
Hingga pukul 23.00 WIB, aparat kepolisian dan TNI masih mengepung rutan untuk mengantisipasi kaburnya tahanan dan napi seperti pada siang harinya.
"Kalau keinginan mereka tidak dipenuhi, napi dan tahanan mengancam akan terus berbuat rusuh," kata Kapolda Riau Irjen Zulkarnain Adinegara.
Tuntut Penghapusan Pungli
Kapolda Riau Irjen Zulkarnain Adinegara mengatakan amukan para napi dan tahanan dipicu pelayanan yang tidak baik.
Mereka kemudian melakukan keributan, seperti demonstrasi hingga menuntut agar kepala rutan dicopot dari jabatannya.
Selain itu, ada pungutan liar yang kabarnya dilakukan oknum penjaga yang selama ini dibebankan ke para napi dan tahanan di Rutan Sialang Bungkuk.
Mereka, kata kapolda, juga meminta agar pungutan uang dibebankan kepada para tahanan dihapuskan.
"Anggota Brimob dan Sabhara masih terus disiagakan di luar rutan, walau belum bisa masuk karena situasi sedang buruk," katanya.
Salah satu tuntutan napi dan tahanan langsung mendapat respons Dirjen Pemasyarakatan I Wayan K Dusak. Dia berjanji posisi Teguh sebagai Kepala Rutan Sialang Bungkuk akan segera dievaluasi.
Akan tetapi, sebelum dievaluasi, pihaknya masih memberi waktu bagi Teguh menyelesaikan kewajibannya mengembalikan ratusan penghuni rutan yang terdiri atas tahanan dan narapidana.
"Dia selesaikan dulu tanggungjawabnya baru dievaluasi," kata Dusak.
Kelebihan Kapasitas
Kasus-kasus napi dan tahanan yang kabur dari rumah pesakitan sudah sangat sering terjadi. Pihak berwenang beralasan hal itu disebabkan kondisi rutan dan lapas di berbagai wilayah yang tidak lagi layak akibat kelebihan kapasitas.
Di Rutan Sialang Bungkuk, menurut kepolisian kelebihan kapasitasnya sudah mencapai 500 persen. Yang seharusnya hanya bisa menampung 361 warga binaan, ternyata dipaksakan hingga 1.800 binaan.
"Inilah yang menjadi penyebab, terjadinya gesekan antarnapi, ditambah lagi pelayanan dan fasilitas yang tidak memadai," kata Kabid Humas Polda Riau Kombes Pol Guntur Aryo Tedjo.
Di Jakarta, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly menyebutkan jumlah narapidana se-Indonesia saat ini mencapai 202.406 orang. Padahal, rata-rata kapasitas lapas secara nasional hanya untuk 118.000 orang.
Sejumlah rutan dan lapas yang menonjol dalam hal kapasitas yang berlebih, kata dia, Medan, Surabaya, Salemba, Cipinang, Banjarmasin, dan Riau.
"Ada yang sampai 700 persen 'over capacity'. Ini yang jadi fokus kami," kata Yasonna.
Tingginya jumlah narapidana tak diiringi dengan jumlah petugas lapas. Perbandingan rata-rata nasional antara petugas dan warga binaan adalah 1:56. Harusnya kapasitas ideal adalah 1:20.
Namun, di beberapa daerah, jumlah kelebihan itu sangat tinggi. Di Lapas Cipinang, misalnya, rasionya mencapai 1:121, di Rumah Tahanan Cipinang 1:167, Lapas Medan 1:169, dan Rutan Medan 1:233.
Oleh karena itu, penambahan petugas lapas sangat dibutuhkan. Terlebih lagi, jumlah narapidana semakin bertambah, sedangkan jumlah petugas kian berkurang karena banyak sipir yang memasuki masa pensiun.
Sebelum peristiwa Rutan Sialang Bungkuk, Yasonna Laoly sudah sempat mengingatkan, minimnya petugas rutan yang tak sebanding dengan jumlah napi dan tahanan menimbulkan potensi besar terjadinya kerusuhan.
"Saya katakan, kalau ini terjadi keributan dan kerusuhan, petugas-petugas itu jadi tape betulan. Makanya kadang kita kasihan juga," katanya beberapa waktu sebelum kasus Rutan Sialang Bungkuk.
Yasonna memaparkan, sejak dirinya menjabat Menkumham pada 2014, penambahan narapidana hingga tahun ini mencapai 40.000 orang.
Jumlah itu, diyakini akan terus bertambah hingga potensi kerusuhan di seluruh lapas dan rutan di Tanah Air sangat besar.
Perlu kewaspadaan semua pihak yang berkepentingan, karena selain di Pekanbaru, lapas dan rutan di kota-kota lainnya juga rawan terjadi kerusuhan.
Kabar itu tentang ratusan pesakitan yang berusaha kabur dari Rumah Tahanan Negara Sialang Bungkuk, Pekanbaru, Riau, Jumat (5/5).
Seorang pria berkumis baru saja tiba di sebuah kedai kopi pusat kota budaya melayu. Ia duduk di antara empat rekannya sambil memberikan kabar "angin" tentang kerusuhan para pesakitan.
"Ratusan tahanan kabur dari Rutan Sialang Bungkuk, kejadiannya baru saja," begitu ungkapan nada kerasnya membuat sejumlah pengunjung yang ada di dalam kedai kopi itu sejenak tercengang.
Pria berkemeja itu, melanjutkan cerita tentang informasi yang baru ia terima lewat pesan selular itu. Tidak lama kemudian, kabar tersebut sampai di berbagai media dalam jaringan, membuat ribut para warganet yang "nangkring" di media sosial.
Disusul berbagai media televisi yang secara terkini turut menyoroti peristiwa itu. Judulnya "Ratusan Napi Rutan Sialang Bungkuk Kabur".
Informasi kaburnya ratusan napi dan tahanan itu disambut dengan kekhawatiran mendalam banyak masyarakat Kota Madani.
Seorang isteri menelepon suaminya yang sedang bertugas, sebaliknya suami yang bekerja mengkhawatirkan keadaan isteri dan anak di rumah.
Sejumlah rumah ibadah memberikan pengumuman tentang peristiwa tersebut. Pesannya warga agar mewaspadai adanya ratusan tahanan yang kabur.
Informasi tentang tahanan kabur yang menyekap seorang anak, bahkan sempat menjadi kabar utama, tidak kalah kabar mengenai napi yang merampas sepeda motor warga.
Seketika Pekanbaru mencekam. Sejak Jumat (5/5) siang hingga malam, kawasan Madani layaknya "Kota Koboi". Ribuan polisi dan TNI dilibatkan dalam penanganan peristiwa itu. Kejar-kejaran antara aparat dengan napi dan tahanan terjadi di mana-mana.
Melintas di Jalan Harapan Raya, berjarak sekitar 4 kilometer dari lokasi Rutan Sialang Bungkuk, Kecamatan Tenayan Raya, kemacetan panjang terjadi.
"Kabarnya ada satu napi yang kabur tadi siang ditangkap di tengah jalan ini," kata Fani, seorang warga sekitar.
Mobil-mobil polisi dan TNI dengan lampu sirine pun hilir mudik di berbagai kawasan, mulai jalan-jalan utama hingga berbagai pelosok kota. Pengejaran para "koboi" masih berlanjut hingga malam.
Jebol Pintu
Dari informasi kepolisian, ada sebanyak 250 napi dan tahanan yang kabur dari Rutan Sialang Bungkuk saat masyarakat tengah menjalankan shalat Jumat.
Kaburnya ratusan pesakitan dengan cara menjebol pintu kanan saat pengawasan terpecah dengan peristiwa keributan yang disebabkan minimnya ketersediaan air bersih.
Kabid Humas Polda Riau Kombes Guntur Aryo Tedjo mengatakan sekira pukul 11.30 WIB tahanan protes.
"Mereka mendobrak pintu kanan rutan, mereka kecewa dengan pelayanan rutan," katanya.
Pada saat yang sama, juga tengah berlangsung unjuk rasa kelompok Front Pembela Islam (FPI) di Jalan Jenderal Sudirman. Mereka menuntut hukuman berat bagi Gubernur DKI Jakarta Basuki Djahaja Purnama (Ahok). Sebagian besar aparat sibuk untuk pengamanan aksi yang dilaksanakan usai shalat Jumat tersebut.
Pengamanan aparat pun terpecah, namun dilaporkan pada siang itu, kepolisian sempat menerjunkan ratusan anggota dibantu dengan TNI dan sipil untuk mengejar para napi dan tahanan.
Sejak siang, satu per satu napi dan tahanan yang kabur berhasil diamankan. Ada juga yang menyerahkan diri.
Hingga sekitar pukul 23.00 WIB, jumlah mereka yang berhasil ditangkap dan dibawa kembali ke rutan sudah mencapai 160 orang.
Situasi Mencekam
Fokus aparat kepolisian dan TNI pun kembali terpecah. Selain masih memburu puluhan napi dan tahanan yang masih berkeliaran, malam sekitar pukul 22.00 WIB para pesakitan di Rutan Sialang Bungkuk kembali mengamuk sehingga membutuhkan pengawalan ekstra.
Selain berteriak sebagai bentuk protes atas perlakuan yang dianggap kurang manusiawi oleh petugas, banyak napi dan tahanan juga melemparkan batu ke arah luar rutan, mengarah ke aparat kepolisian.
Dari pantauan, ada beberapa polisi yang terkena batu yang dilemparkan para napi. Beruntung petugas yang berjaga mengenakan rompi antipeluru dan pelindung kepala.
Sekitar 200 personel Brimob Polda Riau di lokasi rutan untuk pengamanan pada malam itu. Sejumlah masyarakat setempat juga masih di sekitar lokasi untuk melihat-lihat kondisi.
Selain kepolisian, juga ada bantuan pengamanan dari pasukan TNI. Malah mereka yang tadinya berada di dalam rutan, terpaksa keluar akibat situasi yang semakin buruk.
Hingga pukul 23.00 WIB, aparat kepolisian dan TNI masih mengepung rutan untuk mengantisipasi kaburnya tahanan dan napi seperti pada siang harinya.
"Kalau keinginan mereka tidak dipenuhi, napi dan tahanan mengancam akan terus berbuat rusuh," kata Kapolda Riau Irjen Zulkarnain Adinegara.
Tuntut Penghapusan Pungli
Kapolda Riau Irjen Zulkarnain Adinegara mengatakan amukan para napi dan tahanan dipicu pelayanan yang tidak baik.
Mereka kemudian melakukan keributan, seperti demonstrasi hingga menuntut agar kepala rutan dicopot dari jabatannya.
Selain itu, ada pungutan liar yang kabarnya dilakukan oknum penjaga yang selama ini dibebankan ke para napi dan tahanan di Rutan Sialang Bungkuk.
Mereka, kata kapolda, juga meminta agar pungutan uang dibebankan kepada para tahanan dihapuskan.
"Anggota Brimob dan Sabhara masih terus disiagakan di luar rutan, walau belum bisa masuk karena situasi sedang buruk," katanya.
Salah satu tuntutan napi dan tahanan langsung mendapat respons Dirjen Pemasyarakatan I Wayan K Dusak. Dia berjanji posisi Teguh sebagai Kepala Rutan Sialang Bungkuk akan segera dievaluasi.
Akan tetapi, sebelum dievaluasi, pihaknya masih memberi waktu bagi Teguh menyelesaikan kewajibannya mengembalikan ratusan penghuni rutan yang terdiri atas tahanan dan narapidana.
"Dia selesaikan dulu tanggungjawabnya baru dievaluasi," kata Dusak.
Kelebihan Kapasitas
Kasus-kasus napi dan tahanan yang kabur dari rumah pesakitan sudah sangat sering terjadi. Pihak berwenang beralasan hal itu disebabkan kondisi rutan dan lapas di berbagai wilayah yang tidak lagi layak akibat kelebihan kapasitas.
Di Rutan Sialang Bungkuk, menurut kepolisian kelebihan kapasitasnya sudah mencapai 500 persen. Yang seharusnya hanya bisa menampung 361 warga binaan, ternyata dipaksakan hingga 1.800 binaan.
"Inilah yang menjadi penyebab, terjadinya gesekan antarnapi, ditambah lagi pelayanan dan fasilitas yang tidak memadai," kata Kabid Humas Polda Riau Kombes Pol Guntur Aryo Tedjo.
Di Jakarta, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly menyebutkan jumlah narapidana se-Indonesia saat ini mencapai 202.406 orang. Padahal, rata-rata kapasitas lapas secara nasional hanya untuk 118.000 orang.
Sejumlah rutan dan lapas yang menonjol dalam hal kapasitas yang berlebih, kata dia, Medan, Surabaya, Salemba, Cipinang, Banjarmasin, dan Riau.
"Ada yang sampai 700 persen 'over capacity'. Ini yang jadi fokus kami," kata Yasonna.
Tingginya jumlah narapidana tak diiringi dengan jumlah petugas lapas. Perbandingan rata-rata nasional antara petugas dan warga binaan adalah 1:56. Harusnya kapasitas ideal adalah 1:20.
Namun, di beberapa daerah, jumlah kelebihan itu sangat tinggi. Di Lapas Cipinang, misalnya, rasionya mencapai 1:121, di Rumah Tahanan Cipinang 1:167, Lapas Medan 1:169, dan Rutan Medan 1:233.
Oleh karena itu, penambahan petugas lapas sangat dibutuhkan. Terlebih lagi, jumlah narapidana semakin bertambah, sedangkan jumlah petugas kian berkurang karena banyak sipir yang memasuki masa pensiun.
Sebelum peristiwa Rutan Sialang Bungkuk, Yasonna Laoly sudah sempat mengingatkan, minimnya petugas rutan yang tak sebanding dengan jumlah napi dan tahanan menimbulkan potensi besar terjadinya kerusuhan.
"Saya katakan, kalau ini terjadi keributan dan kerusuhan, petugas-petugas itu jadi tape betulan. Makanya kadang kita kasihan juga," katanya beberapa waktu sebelum kasus Rutan Sialang Bungkuk.
Yasonna memaparkan, sejak dirinya menjabat Menkumham pada 2014, penambahan narapidana hingga tahun ini mencapai 40.000 orang.
Jumlah itu, diyakini akan terus bertambah hingga potensi kerusuhan di seluruh lapas dan rutan di Tanah Air sangat besar.
Perlu kewaspadaan semua pihak yang berkepentingan, karena selain di Pekanbaru, lapas dan rutan di kota-kota lainnya juga rawan terjadi kerusuhan.