Palembang (ANTARA Sumsel) - Kegiatan ekonomi lokal yang berkembang di masyarakat perkotaan Palembang bakal dibahas dalam sidang pra komite Habitat III di Surabaya, 25-27 Juli 2016.
Staf Ahli Bidang Sosial Budaya dan Peran Masyarakat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Lana Winayanti di Palembang, Rabu, mengatakan apa yang dilakukan Palembang dalam menggembangkan industri kreatif di bidang tenun, makanan dan minuman diharapkan menjadi inspirasi dalam membuat agenda baru habitat dalam memajukan masyarakat perkotaan.
"Banyak isu yang dibahas jelang Pre-Com Habitat di Surabaya, dan salah satunya mengenai ekonomi lokal. Untuk segmen ini, Kota Palembang yang dipilih karena industri kreatif tenun songketnya sudah berusia ratusan tahun, begitu juga dengan makanan dan minumannya," kata dia.
Selain itu, kota ini juga memiliki keunikan karena terintegrasi dengan kegiatan ekonomi lain di bidang perkebunan sawit dan karet yang tumbuh di kabupaten.
Kemudian, di bidang pemerintahan didapati bahwa Pemkot Palembang menjalankan sejumlah ide kreatif untuk mendorong ekonomi lokal masyarakat kota.
"Salah satu yang saya ingat yakni adanya bantuan KPR bagi kalangan masyarakat informal dengan cara menyicil per hari berkisar Rp10 ribu untuk kepemilikan rumah. Dengam begitu, mereka yang sulit menyisihkan uang (menabung) dapat terbantu," kata dia.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palembang M Safri Nungcik mengatakan pengembangan sektor ekonomi lokal menjadi perhatian utama pemkot karena dinyakini menjadi penggerak ekonomi utama masyarakat perkotaan.
"Kota Palembang saat ini sudah merencanakan kluster-kluster sesuai dengan potensi kawasan, seperti kluster songket, kluster kuliner, dan lainnya. Untuk mendorongnya, tentunya pelaku usaha butuh modal sehingga Palembang juga mendirikan bank pasar untuk membantu mereka yang belum bankable," kata dia.
Pengamat ekonomi dari Universitas Sriwijaya Prof Didiek Susetyo mengatakan penyediaan kesempatan bagi masyarakat untuk berwirausaha sudah sepatutnya menjadi perhatian karena jika tidak diberikan akses yang luas maka akan mendorong angka kriminalitas.
"Saat ini 54 persen penduduk tinggal di kota saat ini, dan diperkirakan pada 20 tahun mendatang bisa tembus 70 persen. Jika ini tidak diantisipasi maka bisa jadi kota akan tumbuh menjadi sarang kriminalitas, tapi sebaliknya jika diolah bisa menjadi sumber kesejahteraan," kata Didiek.
Indonesia dipilih PBB sebagai penyelenggara Sidang Pra Komite Habitat III untuk wilayah Asia Pasifik.
Hasil kesimpulan sidang di Surabaya, 25-27 Juli 2015 ini akan dibawa dalam Sidang Habitat III di Quito, Ecuador pada 17-20 Oktober 2016 yang bakal melahirkan agenda baru perkotaan (new urban agenda).
Sidang Habitat ini menjadi yang ketiga setelah yang kedua pada tahun 1996 dan yang pertama pada 1976 atau setiap 20 tahun sekali.
Staf Ahli Bidang Sosial Budaya dan Peran Masyarakat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Lana Winayanti di Palembang, Rabu, mengatakan apa yang dilakukan Palembang dalam menggembangkan industri kreatif di bidang tenun, makanan dan minuman diharapkan menjadi inspirasi dalam membuat agenda baru habitat dalam memajukan masyarakat perkotaan.
"Banyak isu yang dibahas jelang Pre-Com Habitat di Surabaya, dan salah satunya mengenai ekonomi lokal. Untuk segmen ini, Kota Palembang yang dipilih karena industri kreatif tenun songketnya sudah berusia ratusan tahun, begitu juga dengan makanan dan minumannya," kata dia.
Selain itu, kota ini juga memiliki keunikan karena terintegrasi dengan kegiatan ekonomi lain di bidang perkebunan sawit dan karet yang tumbuh di kabupaten.
Kemudian, di bidang pemerintahan didapati bahwa Pemkot Palembang menjalankan sejumlah ide kreatif untuk mendorong ekonomi lokal masyarakat kota.
"Salah satu yang saya ingat yakni adanya bantuan KPR bagi kalangan masyarakat informal dengan cara menyicil per hari berkisar Rp10 ribu untuk kepemilikan rumah. Dengam begitu, mereka yang sulit menyisihkan uang (menabung) dapat terbantu," kata dia.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palembang M Safri Nungcik mengatakan pengembangan sektor ekonomi lokal menjadi perhatian utama pemkot karena dinyakini menjadi penggerak ekonomi utama masyarakat perkotaan.
"Kota Palembang saat ini sudah merencanakan kluster-kluster sesuai dengan potensi kawasan, seperti kluster songket, kluster kuliner, dan lainnya. Untuk mendorongnya, tentunya pelaku usaha butuh modal sehingga Palembang juga mendirikan bank pasar untuk membantu mereka yang belum bankable," kata dia.
Pengamat ekonomi dari Universitas Sriwijaya Prof Didiek Susetyo mengatakan penyediaan kesempatan bagi masyarakat untuk berwirausaha sudah sepatutnya menjadi perhatian karena jika tidak diberikan akses yang luas maka akan mendorong angka kriminalitas.
"Saat ini 54 persen penduduk tinggal di kota saat ini, dan diperkirakan pada 20 tahun mendatang bisa tembus 70 persen. Jika ini tidak diantisipasi maka bisa jadi kota akan tumbuh menjadi sarang kriminalitas, tapi sebaliknya jika diolah bisa menjadi sumber kesejahteraan," kata Didiek.
Indonesia dipilih PBB sebagai penyelenggara Sidang Pra Komite Habitat III untuk wilayah Asia Pasifik.
Hasil kesimpulan sidang di Surabaya, 25-27 Juli 2015 ini akan dibawa dalam Sidang Habitat III di Quito, Ecuador pada 17-20 Oktober 2016 yang bakal melahirkan agenda baru perkotaan (new urban agenda).
Sidang Habitat ini menjadi yang ketiga setelah yang kedua pada tahun 1996 dan yang pertama pada 1976 atau setiap 20 tahun sekali.