Palembang, (ANTARA Sumsel) - Kawasan Al Munawar yang biasa disebut Kampung Arab di Kelurahan 13 Ulu, Palembang, mulai berbenah untuk menjadi objek wisata unggulan pada perhelatan Asian Games ke-18 tahun 2018.

Sejak awal Februari 2016, warga mulai membangun sebuah dermaga berbahan kayu ulin tahan air yang bersebelahan dengan masjid bersejarah berusia 300-an tahun, yakni Masjid Al Munawar.

Ketua RT Kampung Arab Muhammad AK mengatakan Pemprov Sumatera Selatan sudah berkomunikasi dengan warga kampung untuk menjadikan kawasan itu sebagai objek wisata religi.

"Pembicaraan intens sudah dilakukan sejak awal tahun, dan sebulan terakhir sudah terlihat kemajuannya, seperti pembuatan dermaga, dan pembersihan kawasan dari sampah yang dilakukan pada akhir pekan lalu," katanya.

Ia mengemukakan warga kampung yang terdiri dari 75 kepala keluarga atau berpenghuni sekitar 250 orang ini, pada dasarnya telah menyetujui keinginan pemerintah itu.

Sejumlah warga semula sempat khawatir jika nantinya wisatawan yang datang tidak mengenakan pakaian yang sopan, seperti bercelana pendek.

Namun, karena perwakilan dari Dinas Pariwisata mengatakan akan menyiasatinya dengan membuat gerbang di depan kampung sebagai tempat untuk memberikan pakaian, seperti kain atau selendang. Akhirnya keinginan itu mendapatkan respons positif.

"Sejauh ini kawasan cagar budaya Al Munawar sudah dipetakan pemerintah, apa saja yang harus diperbaiki, dan sarana prasarana yang harus ditambah. Rencananya jalan akan diperbaiki, rumah-rumah akan dicat, dan akan ada fasilitas umum seperti toilet dan lainnya," kata dia.

Tokoh masyarakat Kampung Al Munawar Ahmad Alkaff mengatakan dermaga itu direncanakan berukuran sekitar 10x10 meter yang akan dijadikan tempat wisatawan bersantai sambil menikmati keindahan Sungai Musi.

"Rencananya akan ada semacam warung kecil di sana, wisatawan bisa duduk sambil minum kopi dan mencicipi makanan khas Arab, seperti nasi kebuli, nasi samin, dan kari kambing," kata dia.

Ia menambahkan, warga kampung sangat terbuka dengan rencana pemerintah ini karena sejak lama sudah terbiasa menerima kunjungan wisatawan, baik dari Asia, Timur Tengah maupun Eropa seperti Malaysia, Singapura, Yunani, Italia dan Abu Dhabi.

"Justru dengan adanya campur tangan pemerintah membuat jadi lebih teratur, jalan menjadi lebih bagus, kampung jadi bersih dan cantik. Intinya jangan mengubah adat istiadat yang sudah ada, sehingga turis yang datang diatur agar tetap berpakaian sopan, tidak memakai rok atau celana pendek," kata dia.

Kepala Bidang Sejarah dan Purbakala Dinas Pariwisata Sumsel Candra Amprayadi mengatakan pembenahan Kampung Arab ditargetkan rampung pada 2016, agar pada 2017 sudah bisa dikunjungi wisatawan.

"Malahan direncanakan ada rumah yang bisa menyediakan jasa `homestay` untuk menampung pengunjung yang ingin menginap untuk penelitian dan lainnya," katanya.

Kampung Arab hingga kini tetap terjaga kelestariannya meskipun sudah berusia sekitar 400 tahun, yakni ketika pertama kali dibangun oleh Syed Abdurrahman bin Muhammad Al Munawar (keturunan Yaman yang menikah dengan putri Sultan, yakni Masayu Bariyah).

Di kampung ini terdapat delapan rumah berarsitektur limas (rumah kayu khas Palembang) dan indis (rumah beton bergaya Eropa) yang berada di bantaran Sungai Musi.

Salah satunya sebuah rumah limas berusia 373 tahun berukuran sekitar 30x16 meter yang didiami sekitar 9-10 kepala keluarga.

Kampung Arab ini sudah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya oleh pemerintah, dan saat ini ditempati oleh generasi kelima Syed Abdurrahman bin Muhammad Al Munawar.

Melalui ajang Asian Games, warga Al Munawar berharap menuai berkah baik dari sisi ekonomi, sosial, kemasyarakatan dan sekaligus meneruskan wasiat leluhur, yakni berjuang dalam menyiarkan agama Islam.



Wisata Sungai

Jika sebelumnya bidang pariwisata kurang dilirik dalam program pemerintah provinsi dan pemeritah kota, kini sektor ini yang paling digenjot pertumbuhannya.

Pemerintah Kota Palembang sudah menjalin kerja sama dengan BUMN pengembang pariwisata PT ITDC untuk menjadikan Palembang menjadi kota wisata sungai pertama di Indonesia.

Kerja sama ini tidak tanggung-tanggung, yakni bagaimana mewujudkan pembangunan hotel 20 lantai di pinggir, kawasan wisata sungai meliputi Pulau Kemaro dan wisata agro Pulokerto yang terintegrasi dengan tempat-tempat wisata di pinggir sungai.

Wali Kota Palembang Harnojoyo mengatakan pada tahun ini ditargetkan hotel tersebut mulai dibangun dengan menggandeng Sahid Group dengan target selesai sebelum Asian Games.

Pemkot berharap turut menuai sukes seperti Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata di Mandalika, Nusa Tenggara Barat, setelah dibangun oleh PT Pengembang Pariwisata Indonesia Persero atau ITDC.

"Potensi pariwisata Kota Palembang itu belum tergarap maksimal karena tidak dikelola secara utuh terkait dengan tiga komponen dasarnya, yakni sumber daya manusia, regulasi dan infrastruktur," kata dia.

Bersama PT ITDC ini, Pemkot Palembang berharap sektor pariwisata akan tumbuh dengan percepatan.

Untuk regulasi, pemerintah kota sudah ada keberpihakan karena sektor pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi visi dan misi pembangunan kota ke depan.

Sementara untuk infrastruktur akan digenjot mulai tahun ini melalui kerja sama dengan pihak ketiga dengan format bagi hasil, BOT hingga penyertaan modal.

Ia sangat optimistis bahwa nantinya Palembang akan sukses dalam pengembangan pariwisata ini karena bakal distimulus oleh adanya perhelatan Asian Games.

Sejauh ini, Palembang mulai dikenal dunia internasional setelah menjadi tuan rumah SEA Games tahun 2011.

Selain itu, Palembang juga memiliki modal utama untuk berkembang karena memiliki potensi wisata sejarah, religi, kuliner, dan belanja.

Sejak lama Palembang merupakan kota bersejarah bagi warga Tionghoa karena terdapat tempat-tempat ibadah para leluhur mereka.

Pada setiap perayaan Tahun Baru Imlek, Kota Palembang senantiasa didatangi ribuan orang asal Tiongkok, Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Australia untuk berziarah.

"Seperti adanya kisah percintaan yang abadi antara Tan Bun An dan Siti Fatimah di Pulau Kemaro, ini salah satu bukti, sehingga tak heran jika Palembang masuk dalam jalur perniagaan Laksamana Cheng Ho yang terbentang dari Aceh hingga Bali," kata dia.

Selain itu, ada pula kunjungan ribuan peziarah dari beberapa negara di Asia ke Masjid Ki Merogan dan Masjid Lawang Kidul Kadan pada masa silam kota ini sebagai tempat siar Islam keturuan Arab dari Yaman.

Untuk itu, dalam pengembangan wisata sungai ini, Palembang akan mencontoh Thailand yang sudah berhasil mengangkat Sungai Chao Phraya sebagai salah satu tempat wisata yang paling digemari di Asia.

Manajer Promosi Pariwisata Indonesia di Singapura dari Kementerian Pariwisata Sulaiman Shehdek mengatakan dalam pengembangan sektor pariwisata tidak hanya cukup membangun infrastruktur.

Kota Palembang harus segera memunculkan ikon untuk menjadi alat promosi di luar negeri jika ingin mempercepat pertumbuhan sektor pariwisata.

Ia menilai sementara ini ikon Kota Palembang belum begitu jelas karena terlalu banyak yang dimunculkan seperti Sungai Musi, Jembatan Ampera, Pulo Kemaro.

Sebaiknya, segera diputuskan agar Palembang memenangkan persaingan dengan daerah-daerah lain di Indonesia.

"Potensi sangat banyak sekali, dari wisata religi/sejarah, kuliner, belanja, hingga olahraga tapi belum ada suatu sebutan yang menggambarkannya, bisa saja memunculkan ungkapan `venice-nya Indonesia` atau lainnya, semua tergantung ide kreatif dari pemkot," kata dia.

Dengan memiliki ikon promosi maka akan mudah bagi Palembang dikenal dunia, terutama dalam merebut pasar wisatawan Asia, kata dia.

"Hingga kini, Palembang hanya kebagian sedikit sekali dari total kunjungan wisatawan di Indonesia. Untuk Singapura saja, tidak sampai seribu orang per tahun. Ini sangat sayang sekali di tengah semakin seringnya Sumatera Selatan menjadi tuan rumah ajang olahraga internasional," katanya.

Ke depan, menurutnya, pemkot harus mulai fokus pada pemasaran karena jika hanya membahas persoalan infrastruktur maka tidak akan ada solusi.

"Mulailah dengan menentukan ikon kota, kemudian gencar dengan promosi dan pemasaran," ujarnya.

Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Provinsi Sumatera Selatan mengharapkan pemerintah mempercantik sarana dan prasarana di lokasi wisata Kota Palembang untuk menambah nilai jual di tengah tingginya persaingan pada sektor pariwisata.

Pengurus Asita Sumatera Selatan Bidang Promosi Ari Afrizal mengatakan, sebagian besar lokasi pariwisata di Palembang belum dikemas secara maksimal dari sisi infrastruktur sehingga kurang menimbulkan kesan mendalam bagi para wisatawan.

"Tempat-tempat wisata di Palembang ini sebenarnya sudah tidak kalah dengan daerah lain di Indonesia, tapi masalahnya kurang begitu dikemas sehingga terlihat biasa saja. Seperti Bukit Siguntang, sebenarnya secara historis begitu luar biasa tapi secara tampilan biasa saja, malah cenderung tidak terawat," kata Ari.

Demikian juga dengan paket wisata air dengan menggunakan kapal dari Benteng Kuto Besak ke Pulau Kemaro yang belum ditunjang sarana yang memadai seperti kapal berukuran lebar.

"Jika mau ditonjolkan wisata air ini sebaiknya menggunakan kapal yang agak besar dan bagus, jangan terlihat seperti sudah usang seperti saat ini. Sebagai biro perjalanan yang mengurus wisatawan, saya sering mendengar keluhan mereka yang khawatir kapalnya bakal tenggelam," ujar dia.

Kini, saatnya bagi Sumatera Selatan meraih berkah dari sektor pariwisata setelah cukup dikenal di mancanegara karena perannya menjadi tuan rumah berbagai ajang olahraga skala internasional.

Pewarta : Dolly Rosana
Editor : Ujang
Copyright © ANTARA 2024