Palembang (ANTARA Sumsel) - Acara seremonial Hari Pangan sedunia yang diperingati setiap tahun pada 16 Oktober, pada penyelenggaraan tingkat nasional di Sumatera Selatan baru saja berlalu.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyemarakkan peringatan Hari Pangan sedunia yang ke-35 pada 2015 ini dengan melakukan acara seremonial penanaman padi di Desa Palu, Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
Masyarakat Provinsi Sumatera Selatan dan Indonesia secara umum mengharapkan Hari Pangan yang diperingati setiap tahun itu tidak sekadar acara seremonial untuk melepaskan suatu kewajiban melaksanakan agenda tahunan.
Pemerintah dan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan penyediaan pangan agar memanfaatkan momentum Hari Pangan itu untuk meningkatkan produksi pangan dalam negeri, mengurangi impor dan menjaga stabilitas harga.
Menurut Dekan Fakultas Pertanian Universitas Baturaja Dr Yetty Oktarina SP MSi, masyarakat tidak memerlukan peringatan hari pangan secara seremonial tetapi tindakan nyata yang memberikan dampak positif secara langsung.
Selain tindakan yang dapat meningkatkan produksi pangan dalam negeri, mengurangi impor dan menjaga stabilitas harga, masyarakat mengharapkan pula Hari Pangan tahun ini bisa menjadi momentum pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan.
Melalui kesempatan ini, masyarakat perlu diberi penjelasan mengenai pangan itu tidak hanya berhubungan dengan bahan makanan.
Secara umum masyarakat hanya mengetahui pangan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan bahan makanan, namun tidak terlalu memahami secara rinci apa sebenarnya pangan itu.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah.
Pangan diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan pembuatan makanan atau minuman.
Pangan dibagi menjadi dua jenis yakni pangan segar atau pangan yang belum mengalami pengolahan namun dapat dikonsumsi secara langsung dan pangan olahan.
Pangan segar seperti beras, gandum, segala macam buah dan ikan, pangan jenis ini dapat dikonsumsi secara langsung atau dijadikan sebagai bahan baku berbagai pangan olahan.
Sedangkan pangan olahan adalah pangan yang telah diolah dan bisa langsung disajikan atau dikonsumsi masyarakat dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan, kata Yetty.
Tingkatkan Produksi
Sementara menurut akademisi pertanian lainya Dora Fatma Nurshanti SP MSi, hingga kini masyarakat masih sering menghadapi kesulitan mendapatkan bahan pangan karena harganya cukup tinggi dan jumlahnya terbatas.
Peningkatan produksi pangan nasional, dan menjaga stabilitas harga merupakan salah satu cara untuk mengatasi permasalahan itu serta mempermudah masyarakat mengakses pangan.
Akses pangan adalah kemudahan masyarakat memenuhi kebutuhan makanannya dalam jumlah cukup dan beragam sesuai budaya setempat guna memenuhi kebutuhan gizinya agar bisa selalu hidup sehat.
Peningkatan produksi pangan dengan sistem yang bagus bisa dihindari terjadinya rawan pangan karena ketidakmampuan masyarakat untuk mendapatkan bahan pangan dalam cukup jumlah dan kualitasnya.
Ketersediaan pangan yang cukup, merata, aman, dan terjangkau tidak mungkin bisa terwujud jika produksi dalam negeri tidak seimbang dengan jumlah yang sesuai dibutuhkan masyarakat.
Selain meningkatkan produksi dalam negeri, mengurangi ketergantungan impor bahan pangan perlu dilakukan dengan menganekaragamkan konsumsi sebagai contoh pengaturan komposisi makanan.
Komposisi makanan selain beras, juga umbi-umbian, sagu, kacang-kacangan, ikan, sayur, buah-buahan dan lainnya, kata dia.
Penganekaragaman konsumsi tersebut merupakan upaya untuk mengolah komoditas pangan, terutama nonberas sehingga mempunyai nilai tambah dari segi ekonomi, nutrisi maupun sosial.
Sebagai contoh mengolah jagung menjadi bubur atau jagung kembang (popcorn), ubi kayu menjadi berbagai macam makanan berat dan makanan ringan seperti diolah menjadi keripik.
Dengan tersedianya bahan pangan dalam jumlah yang cukup, dan sistem distribusi yang bagus bisa menjaga stabilitas harga bahan pangan di pasar serta daya beli masyarakat tidak anjlok.
Turunnya daya beli masyarakat dapat mengakibatkan terganggunya ketahan pangan, oleh karena itu jangan biarkan warga negara ini sulit mengakses pangan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan gizinya.
Semoga dengan kondisi tersebut harga bahan pangan masyarakat tidak mengalami gejolak seperti yang terjadi dewasa ini, dan harapan masyarakat mendapatkan bahan pangan dengan harga relatif murah atau terjangkau semua kalangan seperti era sebelumnya bisa terwujud, kata Dora.
Gunakan Teknologi
Ketahanan pangan tidak boleh terganggu, untuk itu melalui momentum Hari Pangan tahun ini pemerintah diharapkan melakukan tindakan yang dapat meningkatkan produksi dan perluasan lahan pertanian.
Berbagai tindakan yang dapat meningkatkan produksi pangan seperti menggalakkan kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi lahan pertanian, dan menggunakan teknologi.
Penggunaan teknologi dalam meningkatkan produktivitas pangan diperlukan untuk mengatasi kendala melakukan perluasan lahan pertanian akibat terjadinya sengketa agraria atau legalitas status lahan, dan menyempitnya luas lahan untuk bertani seiring kemajuan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi.
Wakil Presiden Jusuf Kalla pada acara penanaman padi dalam rangka peringatan Hari Pangan Sedunia ke-35 di Desa Palu, Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sabtu (17/10) menyatakan produktivitas pangan wajib ditingkatkan guna menjaga ketersedian pangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Untuk meningkatkan produktiitas pangan dalam negeri, cara yang cukup efektif memanfaatkan teknologi yang mampu dikembangkan oleh putra-putri Indonesia.
"Melalui pengembanan teknologi, diharapkan produktivitas pangan dapat meningkat seiring dengan menyempitnya luas lahan untuk bertani," ujar wapres.
Pangan sangat penting bagi manusia, berbagai macam pangan dibutuhkan mulai dari padi, jagung, gandum, dan lainnya oleh karena itu produktivitas pangan harus lebih ditingkatkan.
Melalui pengembangan teknologi pertanian, optimismitis mampu meningkatkan produktivitas pangan dalam kondisi luasan lahan pertanian yang semakin berkurang seiring dengan bertambahnya penduduk, kata Wapres Jusuf Kalla.
Sementara aktivis lingkungan Walhi Sumsel Dedek Chaniago menjelaskan bahwa petani di provinsi ini terganjal aktivitasnya mendukung program ketahanan pangan nasional karena dihadapkan dengan persoalan sengketa agraria yang prosesnya berlarut-larut dan cenderung merugikan kaum tani.
Sengketa agraria dengan perusahaan perkebunan milik swasta dan pemerintah mengakibatkan para petani kehilangan lahan bercocok tanam menghasilkan pangan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dijual kepada masyarakat luas.
"Bagaimana petani ditempatkan pada posisi yang mulia bertanggung jawab memberi makan penduduk, sementara mereka sendiri susah memenuhi kebutuhan makan untuk diri sendiri dan keluarganya," ujarnya.
Untuk membantu petani mewujudkan tanggung jawabnya memberi makan penduduk, memerlukan perhatian bersama untuk menyelesaikan kasus sengketa agraria yang dihadapi para petani penghasil pangan di negeri ini.
Begitu juga untuk memperbaiki nasib kaum tani yang hingga kini hasil produksinya masih belum mendapat harga yang pantas dan dihadapkan pada sejumlah persoalan lainnya, harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Aktivis Walhi lainnya Riyan mengatakan, dia dan teman-temannya berupaya membantu petani yang menghadapi masalah sengketa agraria untuk mendapatkan kembali tanah sebagai lahan pertanian atau lahan mencari nafkah guna membawa keluarga keluar dari garis kemiskinan menuju kehidupan yang sejahtera.
Sangat ironis di negara agraris ini, sebagian besar petani yang berada di pedesaan dalam kondisi miskin dan tidak memiliki tanah untuk melakukan usaha tani, kalaupun ada tanah kondisinya bersengketa dengan perusahaan perkebunan besar yang terkesan "kebal" hukum.
Masalah sengketa agraria yang menimpa petani tidak boleh dibiarkan, karena dapat menghambat upaya peningkatan produksi pangan nasional dan semakin menjauhkan harapan masyarakat yang menginginkan terwujudnya harga pangan yang stabil dan terjangkau.
Melalui perjuangan aktivis lingkungan itu diharapkan petani dapat memiliki kembali lahannya dan mengolahnya dengan baik.
Dengan kemampuan mengolah lahan dan pemanfaatan teknologi, diharapkan petani mampu meningkatkan produksi pangan di negeri yang subur ini, sehingga pangan harganya terjangkau dan tidak hanya mudah diakses oleh kalangan mampu saja seperti yang terjadi sekarang ini.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyemarakkan peringatan Hari Pangan sedunia yang ke-35 pada 2015 ini dengan melakukan acara seremonial penanaman padi di Desa Palu, Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
Masyarakat Provinsi Sumatera Selatan dan Indonesia secara umum mengharapkan Hari Pangan yang diperingati setiap tahun itu tidak sekadar acara seremonial untuk melepaskan suatu kewajiban melaksanakan agenda tahunan.
Pemerintah dan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan penyediaan pangan agar memanfaatkan momentum Hari Pangan itu untuk meningkatkan produksi pangan dalam negeri, mengurangi impor dan menjaga stabilitas harga.
Menurut Dekan Fakultas Pertanian Universitas Baturaja Dr Yetty Oktarina SP MSi, masyarakat tidak memerlukan peringatan hari pangan secara seremonial tetapi tindakan nyata yang memberikan dampak positif secara langsung.
Selain tindakan yang dapat meningkatkan produksi pangan dalam negeri, mengurangi impor dan menjaga stabilitas harga, masyarakat mengharapkan pula Hari Pangan tahun ini bisa menjadi momentum pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan.
Melalui kesempatan ini, masyarakat perlu diberi penjelasan mengenai pangan itu tidak hanya berhubungan dengan bahan makanan.
Secara umum masyarakat hanya mengetahui pangan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan bahan makanan, namun tidak terlalu memahami secara rinci apa sebenarnya pangan itu.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah.
Pangan diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan pembuatan makanan atau minuman.
Pangan dibagi menjadi dua jenis yakni pangan segar atau pangan yang belum mengalami pengolahan namun dapat dikonsumsi secara langsung dan pangan olahan.
Pangan segar seperti beras, gandum, segala macam buah dan ikan, pangan jenis ini dapat dikonsumsi secara langsung atau dijadikan sebagai bahan baku berbagai pangan olahan.
Sedangkan pangan olahan adalah pangan yang telah diolah dan bisa langsung disajikan atau dikonsumsi masyarakat dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan, kata Yetty.
Tingkatkan Produksi
Sementara menurut akademisi pertanian lainya Dora Fatma Nurshanti SP MSi, hingga kini masyarakat masih sering menghadapi kesulitan mendapatkan bahan pangan karena harganya cukup tinggi dan jumlahnya terbatas.
Peningkatan produksi pangan nasional, dan menjaga stabilitas harga merupakan salah satu cara untuk mengatasi permasalahan itu serta mempermudah masyarakat mengakses pangan.
Akses pangan adalah kemudahan masyarakat memenuhi kebutuhan makanannya dalam jumlah cukup dan beragam sesuai budaya setempat guna memenuhi kebutuhan gizinya agar bisa selalu hidup sehat.
Peningkatan produksi pangan dengan sistem yang bagus bisa dihindari terjadinya rawan pangan karena ketidakmampuan masyarakat untuk mendapatkan bahan pangan dalam cukup jumlah dan kualitasnya.
Ketersediaan pangan yang cukup, merata, aman, dan terjangkau tidak mungkin bisa terwujud jika produksi dalam negeri tidak seimbang dengan jumlah yang sesuai dibutuhkan masyarakat.
Selain meningkatkan produksi dalam negeri, mengurangi ketergantungan impor bahan pangan perlu dilakukan dengan menganekaragamkan konsumsi sebagai contoh pengaturan komposisi makanan.
Komposisi makanan selain beras, juga umbi-umbian, sagu, kacang-kacangan, ikan, sayur, buah-buahan dan lainnya, kata dia.
Penganekaragaman konsumsi tersebut merupakan upaya untuk mengolah komoditas pangan, terutama nonberas sehingga mempunyai nilai tambah dari segi ekonomi, nutrisi maupun sosial.
Sebagai contoh mengolah jagung menjadi bubur atau jagung kembang (popcorn), ubi kayu menjadi berbagai macam makanan berat dan makanan ringan seperti diolah menjadi keripik.
Dengan tersedianya bahan pangan dalam jumlah yang cukup, dan sistem distribusi yang bagus bisa menjaga stabilitas harga bahan pangan di pasar serta daya beli masyarakat tidak anjlok.
Turunnya daya beli masyarakat dapat mengakibatkan terganggunya ketahan pangan, oleh karena itu jangan biarkan warga negara ini sulit mengakses pangan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan gizinya.
Semoga dengan kondisi tersebut harga bahan pangan masyarakat tidak mengalami gejolak seperti yang terjadi dewasa ini, dan harapan masyarakat mendapatkan bahan pangan dengan harga relatif murah atau terjangkau semua kalangan seperti era sebelumnya bisa terwujud, kata Dora.
Gunakan Teknologi
Ketahanan pangan tidak boleh terganggu, untuk itu melalui momentum Hari Pangan tahun ini pemerintah diharapkan melakukan tindakan yang dapat meningkatkan produksi dan perluasan lahan pertanian.
Berbagai tindakan yang dapat meningkatkan produksi pangan seperti menggalakkan kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi lahan pertanian, dan menggunakan teknologi.
Penggunaan teknologi dalam meningkatkan produktivitas pangan diperlukan untuk mengatasi kendala melakukan perluasan lahan pertanian akibat terjadinya sengketa agraria atau legalitas status lahan, dan menyempitnya luas lahan untuk bertani seiring kemajuan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi.
Wakil Presiden Jusuf Kalla pada acara penanaman padi dalam rangka peringatan Hari Pangan Sedunia ke-35 di Desa Palu, Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sabtu (17/10) menyatakan produktivitas pangan wajib ditingkatkan guna menjaga ketersedian pangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Untuk meningkatkan produktiitas pangan dalam negeri, cara yang cukup efektif memanfaatkan teknologi yang mampu dikembangkan oleh putra-putri Indonesia.
"Melalui pengembanan teknologi, diharapkan produktivitas pangan dapat meningkat seiring dengan menyempitnya luas lahan untuk bertani," ujar wapres.
Pangan sangat penting bagi manusia, berbagai macam pangan dibutuhkan mulai dari padi, jagung, gandum, dan lainnya oleh karena itu produktivitas pangan harus lebih ditingkatkan.
Melalui pengembangan teknologi pertanian, optimismitis mampu meningkatkan produktivitas pangan dalam kondisi luasan lahan pertanian yang semakin berkurang seiring dengan bertambahnya penduduk, kata Wapres Jusuf Kalla.
Sementara aktivis lingkungan Walhi Sumsel Dedek Chaniago menjelaskan bahwa petani di provinsi ini terganjal aktivitasnya mendukung program ketahanan pangan nasional karena dihadapkan dengan persoalan sengketa agraria yang prosesnya berlarut-larut dan cenderung merugikan kaum tani.
Sengketa agraria dengan perusahaan perkebunan milik swasta dan pemerintah mengakibatkan para petani kehilangan lahan bercocok tanam menghasilkan pangan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dijual kepada masyarakat luas.
"Bagaimana petani ditempatkan pada posisi yang mulia bertanggung jawab memberi makan penduduk, sementara mereka sendiri susah memenuhi kebutuhan makan untuk diri sendiri dan keluarganya," ujarnya.
Untuk membantu petani mewujudkan tanggung jawabnya memberi makan penduduk, memerlukan perhatian bersama untuk menyelesaikan kasus sengketa agraria yang dihadapi para petani penghasil pangan di negeri ini.
Begitu juga untuk memperbaiki nasib kaum tani yang hingga kini hasil produksinya masih belum mendapat harga yang pantas dan dihadapkan pada sejumlah persoalan lainnya, harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Aktivis Walhi lainnya Riyan mengatakan, dia dan teman-temannya berupaya membantu petani yang menghadapi masalah sengketa agraria untuk mendapatkan kembali tanah sebagai lahan pertanian atau lahan mencari nafkah guna membawa keluarga keluar dari garis kemiskinan menuju kehidupan yang sejahtera.
Sangat ironis di negara agraris ini, sebagian besar petani yang berada di pedesaan dalam kondisi miskin dan tidak memiliki tanah untuk melakukan usaha tani, kalaupun ada tanah kondisinya bersengketa dengan perusahaan perkebunan besar yang terkesan "kebal" hukum.
Masalah sengketa agraria yang menimpa petani tidak boleh dibiarkan, karena dapat menghambat upaya peningkatan produksi pangan nasional dan semakin menjauhkan harapan masyarakat yang menginginkan terwujudnya harga pangan yang stabil dan terjangkau.
Melalui perjuangan aktivis lingkungan itu diharapkan petani dapat memiliki kembali lahannya dan mengolahnya dengan baik.
Dengan kemampuan mengolah lahan dan pemanfaatan teknologi, diharapkan petani mampu meningkatkan produksi pangan di negeri yang subur ini, sehingga pangan harganya terjangkau dan tidak hanya mudah diakses oleh kalangan mampu saja seperti yang terjadi sekarang ini.