Ketika orang berbicara pempek siapapun langsung bisa menangkap maksudnya adalah makanan tradisional yang terbuat dari ikan gabus atau tenggiri yang berasal dari Kota Palembang, Sumatera Selatan.
Lantas bagaimana kalau orang bicara celimpungan, dan laksan mungkin sebagian kecil saja atau mungkin juga hanya orang Palembang saja yang mengetahuinya.
Kota Palembang dikenal dengan banyak makanan yang terbuat dari ikan terutama ikan gabus yang merupakan ikan air tawar yang banyak dijumpai di daerah itu.
Selama ini makanan khas yang paling utama dikenal dan paling banyak dicari oleh pelancong yang berkunjung ke Palembang adalah pempek, kerupuk kemplang, tekwan, dan model.
Pempek dan beberapa makanan olahan tradisional warga Palembang lainnya itu, selama ini yang banyak dijumpai di pasaran atau di toko-toko khusus menjual makanan khas Palembang.
Padahal menurut Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (Hippi) Palembang, Yudi Farola Bram ada dua jenis makanan olahan yang terbuat dari ikan itu yang tidak kalah lezatnya dari pempek, kerupuk kemplang, tekwan, dan model, yakni celimpungan dan laksan.
Celimpungan dan laksan hampir mirip dengan pempek, dibuat dari adonan ikan dan tepung sagu. Perbedaannya dengan pempek hanya dari bentuk dan kuahnya.
Pempek memiliki beraneka bentuk baik goreng maupun rebus dan dimakan dengan kuah yang terbuat dari gula merah, campuran cabai dan bawang putih yang telah digiling halus, asam jawa atau cuka makan yang dikenal dengan sebutan cuko, sedangkan celimpungan bentuknya bulat dan laksan potongan panjang pipih yang dimakan dengan kuah santan.
Bentuk lain dari pempek yang merupakan makanan khas Palembang yang sudah sangat terkenal secara nasional bahkan internasional itu, biasanya dinikmati sebagai makanan sarapan pagi dan makanan ringan di sore hari.
Pada bulan puasa Ramadhan, makanan serba ikan seperti pempek, model, tekwan, celimpungan dan laksan menjadi salah satu makanan favorit keluarga di Palembang sebagai makanan pembuka di saat berbuka puasa atau sebelum menyantap makanan berat seperti nasi.
Melalui momentum bulan suci Ramadhan ini, sangat tepat untuk dijadikan sarana mempromosikan makanan khas daerah yang kurang populer, sebagai salah satu upaya melestarikan makanan tradisional agar tetap dapat dinikmati sepanjang masa.
Untuk mempopulerkan makanan tradisional, anggota Hippi Palembang setiap menggelar acara terutama menghadirkan tamu dan mitra usaha dari luar daerah bahkan luar negeri selalu menyuguhkan makanan khas daerah setempat.
Selain itu, pihaknya juga berupaya melakukan pembinaan terhadap masyarakat yang menekuni usaha kecil dan menengah yang bergerak di bidang pengelolaan makanan khas daerah tersebut, kata Yudi.
Bahan dan Proses Pembuatan
Nyimas Rosita Dewi warga keturunan asli Palembang yang cukup ahli membuat makanan khas daerah serba ikan menjelaskan, bahan yang dibutuhkan untuk membuat pempek, tekwan, model, celimpungan, dan laksan adalah daging ikan gabus giling, garam, air, tepung sagu dicampur menjadi sebuah adonan.
Setelah campuran bahan tersebut menjadi sebuah adonan, bisa diproses menjadi makanan sesuai selera dan kebutuhan.
Adonan campuran ikan, sagu dan bahan tambahan lainnya bisa dibentuk aneka jenis pempek seperti pempek adaan, lenjer, keriting atau dikenal dengan pempek kerupuk, telur kecil, dan pempek telur besar atau yang sering disebut pempek "kapal selam".
Kemudian dibentuk bulat dengan isi potongan tahu di dalamnya menjadi model, bentuk bulat kecil menjadi tekwan, dan bentuk bulat sedang menjadi celimpungan, serta bentuk potongan panjang pipih diameter sekitar 10 cm menjadi makanan dengan nama laksan, kata warga yang tinggal di kawasan permukiman penduduk asli Palembang kampung 5 Ulu itu.
Adonan yang telah dibentuk sesuai selera dan kebutuhan itu kemudian dicemplungkan ke dalam air rebusan, setelah kondisinya matang dikeluarkan dari tempat rebusan dan ditiriskan.
Makanan khas Palembang serba ikan itu, untuk pempek setelah dimasak dengan cara dimasukkan air rebusan itu bisa langsung dimakan dengan cuko atau digoreng terlebih dahulu untuk mendapatkan rasa ikannya yang lebih gurih.
Sementara untuk model, tekwan, celimpungan, dan laksan, harus melalui satu tahapan lagi yakni membuat kuahnya.
Proses membuat kuahnya, seluruh bumbu dihaluskan kemudian dimasukkan dalam air biasa dan dimasak hingga mendidih baru dimasukkan olahan tekwan dan model beberapa menit kemudian bisa langsung dimakan.
Sedangkan untuk olahan celimpungan dan laksan proses pembuatan kuahnya yakni santan ditambah air secukupnya dan racikan bumbu dimasukkan ke dalam panci dan dimasak hingga mendidih.
Bahan olahan celimpungan dan laksan yang telah ditiriskan, dimasukkan ke dalam panci kuah santan yang telah melalui proses pendidihan dimasak selama lima hingga 10 menit dan siap dihidangkan untuk menu berbuka puasa, kata Rosita.
Dijual di Pasar Bedug
Salah satu pedagang makanan khas Palembang, Cek Inten mengatakan, makanan khas serba ikan itu, pada bulan Ramadhan semakin diminati, karena rasanya yang gurih sangat cocok untuk menjadi menu pembuka berbuka puasa.
Untuk mendapatkan makanan serba ikan itu pada bulan Ramadhan sengat mudah, karena banyak bermuncculan pedagang musiman di kawasan permukiman penduduk yang dikenal dengan "pasar bedug".
Biasanya pada hari biasa makanan tardisional pempek, tekwan, model, sangat gampang dijumpai di setiap pelosok kota, namun khusus celimpungan dan laksan tidak semua tempat penjualan makanan khas Palembang menyediakan makanan jenis itu.
"Untuk mendapatkan celimpungan dan laksan pada hari biasa memerlukan perjuangan, karena harus mencari ke beberapa tempat sementara jika menginginkan pempek, model dan tekwan hampir di setiap sudut kota tersedia toko atau warung yang menjual makanan tersebut," ujanya.
Sementara pada bulan puasa Ramadhan, celimpungan dan laksan bisa dengan gampang dijumpai, cukup mendatangi pasar bedug yang digelar di setiap kawasan permukiman penduduk seperti kawasan Sekip, Bukit Besar, Kampus POM IX, dan kawasan permukiman penduduk samping Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.
Makanan khas daerah serba ikan itu dijual dengan harga relatif murah yakni pempek kecil dijual dengan harga Rp1000 hingga Rp2.500 per buah tergantung jenis dan kualitas ikan bahan bakunya, pempek telur besar Rp7.500 hingga Rp10.000 per buah, pempek lenjer besar Rp12.500 hingga Rp25.000 per batang, celimpungan dan laksan dijual Rp6.000 - Rp10.000 per porsi.
"Bulan puasa ini memberi berkah bagi keluarga saya, permintaan makanan khas daerah serba ikan ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi hingga 50 persen lebih dari kondisi hari biasa di luar bulan Ramadhan," ujar Cek Inten.
Lantas bagaimana kalau orang bicara celimpungan, dan laksan mungkin sebagian kecil saja atau mungkin juga hanya orang Palembang saja yang mengetahuinya.
Kota Palembang dikenal dengan banyak makanan yang terbuat dari ikan terutama ikan gabus yang merupakan ikan air tawar yang banyak dijumpai di daerah itu.
Selama ini makanan khas yang paling utama dikenal dan paling banyak dicari oleh pelancong yang berkunjung ke Palembang adalah pempek, kerupuk kemplang, tekwan, dan model.
Pempek dan beberapa makanan olahan tradisional warga Palembang lainnya itu, selama ini yang banyak dijumpai di pasaran atau di toko-toko khusus menjual makanan khas Palembang.
Padahal menurut Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (Hippi) Palembang, Yudi Farola Bram ada dua jenis makanan olahan yang terbuat dari ikan itu yang tidak kalah lezatnya dari pempek, kerupuk kemplang, tekwan, dan model, yakni celimpungan dan laksan.
Celimpungan dan laksan hampir mirip dengan pempek, dibuat dari adonan ikan dan tepung sagu. Perbedaannya dengan pempek hanya dari bentuk dan kuahnya.
Pempek memiliki beraneka bentuk baik goreng maupun rebus dan dimakan dengan kuah yang terbuat dari gula merah, campuran cabai dan bawang putih yang telah digiling halus, asam jawa atau cuka makan yang dikenal dengan sebutan cuko, sedangkan celimpungan bentuknya bulat dan laksan potongan panjang pipih yang dimakan dengan kuah santan.
Bentuk lain dari pempek yang merupakan makanan khas Palembang yang sudah sangat terkenal secara nasional bahkan internasional itu, biasanya dinikmati sebagai makanan sarapan pagi dan makanan ringan di sore hari.
Pada bulan puasa Ramadhan, makanan serba ikan seperti pempek, model, tekwan, celimpungan dan laksan menjadi salah satu makanan favorit keluarga di Palembang sebagai makanan pembuka di saat berbuka puasa atau sebelum menyantap makanan berat seperti nasi.
Melalui momentum bulan suci Ramadhan ini, sangat tepat untuk dijadikan sarana mempromosikan makanan khas daerah yang kurang populer, sebagai salah satu upaya melestarikan makanan tradisional agar tetap dapat dinikmati sepanjang masa.
Untuk mempopulerkan makanan tradisional, anggota Hippi Palembang setiap menggelar acara terutama menghadirkan tamu dan mitra usaha dari luar daerah bahkan luar negeri selalu menyuguhkan makanan khas daerah setempat.
Selain itu, pihaknya juga berupaya melakukan pembinaan terhadap masyarakat yang menekuni usaha kecil dan menengah yang bergerak di bidang pengelolaan makanan khas daerah tersebut, kata Yudi.
Bahan dan Proses Pembuatan
Nyimas Rosita Dewi warga keturunan asli Palembang yang cukup ahli membuat makanan khas daerah serba ikan menjelaskan, bahan yang dibutuhkan untuk membuat pempek, tekwan, model, celimpungan, dan laksan adalah daging ikan gabus giling, garam, air, tepung sagu dicampur menjadi sebuah adonan.
Setelah campuran bahan tersebut menjadi sebuah adonan, bisa diproses menjadi makanan sesuai selera dan kebutuhan.
Adonan campuran ikan, sagu dan bahan tambahan lainnya bisa dibentuk aneka jenis pempek seperti pempek adaan, lenjer, keriting atau dikenal dengan pempek kerupuk, telur kecil, dan pempek telur besar atau yang sering disebut pempek "kapal selam".
Kemudian dibentuk bulat dengan isi potongan tahu di dalamnya menjadi model, bentuk bulat kecil menjadi tekwan, dan bentuk bulat sedang menjadi celimpungan, serta bentuk potongan panjang pipih diameter sekitar 10 cm menjadi makanan dengan nama laksan, kata warga yang tinggal di kawasan permukiman penduduk asli Palembang kampung 5 Ulu itu.
Adonan yang telah dibentuk sesuai selera dan kebutuhan itu kemudian dicemplungkan ke dalam air rebusan, setelah kondisinya matang dikeluarkan dari tempat rebusan dan ditiriskan.
Makanan khas Palembang serba ikan itu, untuk pempek setelah dimasak dengan cara dimasukkan air rebusan itu bisa langsung dimakan dengan cuko atau digoreng terlebih dahulu untuk mendapatkan rasa ikannya yang lebih gurih.
Sementara untuk model, tekwan, celimpungan, dan laksan, harus melalui satu tahapan lagi yakni membuat kuahnya.
Proses membuat kuahnya, seluruh bumbu dihaluskan kemudian dimasukkan dalam air biasa dan dimasak hingga mendidih baru dimasukkan olahan tekwan dan model beberapa menit kemudian bisa langsung dimakan.
Sedangkan untuk olahan celimpungan dan laksan proses pembuatan kuahnya yakni santan ditambah air secukupnya dan racikan bumbu dimasukkan ke dalam panci dan dimasak hingga mendidih.
Bahan olahan celimpungan dan laksan yang telah ditiriskan, dimasukkan ke dalam panci kuah santan yang telah melalui proses pendidihan dimasak selama lima hingga 10 menit dan siap dihidangkan untuk menu berbuka puasa, kata Rosita.
Dijual di Pasar Bedug
Salah satu pedagang makanan khas Palembang, Cek Inten mengatakan, makanan khas serba ikan itu, pada bulan Ramadhan semakin diminati, karena rasanya yang gurih sangat cocok untuk menjadi menu pembuka berbuka puasa.
Untuk mendapatkan makanan serba ikan itu pada bulan Ramadhan sengat mudah, karena banyak bermuncculan pedagang musiman di kawasan permukiman penduduk yang dikenal dengan "pasar bedug".
Biasanya pada hari biasa makanan tardisional pempek, tekwan, model, sangat gampang dijumpai di setiap pelosok kota, namun khusus celimpungan dan laksan tidak semua tempat penjualan makanan khas Palembang menyediakan makanan jenis itu.
"Untuk mendapatkan celimpungan dan laksan pada hari biasa memerlukan perjuangan, karena harus mencari ke beberapa tempat sementara jika menginginkan pempek, model dan tekwan hampir di setiap sudut kota tersedia toko atau warung yang menjual makanan tersebut," ujanya.
Sementara pada bulan puasa Ramadhan, celimpungan dan laksan bisa dengan gampang dijumpai, cukup mendatangi pasar bedug yang digelar di setiap kawasan permukiman penduduk seperti kawasan Sekip, Bukit Besar, Kampus POM IX, dan kawasan permukiman penduduk samping Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.
Makanan khas daerah serba ikan itu dijual dengan harga relatif murah yakni pempek kecil dijual dengan harga Rp1000 hingga Rp2.500 per buah tergantung jenis dan kualitas ikan bahan bakunya, pempek telur besar Rp7.500 hingga Rp10.000 per buah, pempek lenjer besar Rp12.500 hingga Rp25.000 per batang, celimpungan dan laksan dijual Rp6.000 - Rp10.000 per porsi.
"Bulan puasa ini memberi berkah bagi keluarga saya, permintaan makanan khas daerah serba ikan ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi hingga 50 persen lebih dari kondisi hari biasa di luar bulan Ramadhan," ujar Cek Inten.