Palembang (ANTARA Sumsel) - Ketika orang berbicara pempek siapapun langsung bisa menangkap maksudnya adalah makanan tradisional masyarakat Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Lantas bagaimana kalau orang bicara celimpungan, mungkin sebagian kecil saja atau mungkin juga hanya orang Palembang saja yang mengetahuinya.

Kota Palembang dikenal dengan banyak makanan yang terbuat dari ikan terutama ikan gabus yang merupakan ikan air tawar yang banyak dijumpai di daerah itu.

Selama ini makanan khas yang paling utama dikenal dan paling banyak dicari oleh pelancong yang berkunjung ke Palembang adalah pempek dan turunannya kerupuk kemplang, tekwan, dan model.

Pempek dan tiga jenis turunannya itulah yang selama ini banyak dijual di toko-toko makanan khas Palembang.

Padahal ada satu turunan pempek lagi yang tidak kalah lezatnya dari makanan tersebut yakni celimpungan.

Celimpungan hampir mirip dengan pempek, dibuat dari adonan ikan dan sagu. Perbedaannya dengan pempek hanya dari bentuk dan kuahnya.

Pempek memiliki beraneka bentuk baik goreng maupun rebus dan dimakan dengan kuah atau cuko yang terbuat dari gula merah yang dicampur bawang, merah, putih dan cabai giling, cuka makan atau bisa juga asam jawa secukupnya, sedangkan celimpungan bentuknya bulat yang dimakan dengan kuah santan berwarna kuning.

Bentuk lain dari turunan pempek yang merupakan makanan khas Palembang yang sudah sangat terkenal secara nasional bahkan internasional itu, biasanya dinikmati sebagai makanan sarapan pagi dan makanan ringan di sore hari.

Pada bulan puasa Ramadhan, celimpungan menjadi salah satu makanan favorit keluarga di Palembang sebagai makanan pembuka di saat berbuka puasa atau sebelum menyantap makanan berat seperti nasi.

        Proses Pembuatan
Cekyun warga keturunan asli Palembang yang cukup ahli membuat celimpungan menjelaskan, bahan yang dibutuhkan untuk membuat celimpungan adalah daging ikan gabus giling, garam, air sagu dicampur menjadi sebuah adonan.

Sedangkan untuk kuahnya dibutuhkan santan, air, bawang merah, bawang putih, kunyit, lada, garam, daun salam dan bahan tambahan lainnya sesuai selera.

Adonan campuran ikan, sagu dan bahan tambahan lainnya dibentuk bulat diameter 8 - 10 cm tergantung selera, kata warga yang tinggal di permukiman penduduk asli Palembang kampung 5 Ulu itu.

Kemudian menurut dia, adonan yang telah dibentuk bulat itu kemudian dicemplungkan ke dalam air rebusan, setelah kondisinya matang dikeluarkan dari tempat rebusan dan ditiriskan.

Sementara proses membuat kuahnya, seluruh bumbu dihaluskan kemudian ditambah santan dan air secukupnya dimasukkan ke dalam panci dan dimasak hingga mendidih.

Celimpungan yang telah ditiriskan, dimasukkan ke dalam panci kuah santan kuning yang telah dimasak dibiarkan selama lima menit dan siap dihidangkan.

Penyajiannya lebih menarik dimasukkan ke dalam mangkuk dan akan terasa lebih nikmat ditambah bawang goreng dan sambal, ujar Cekyun.

Salah satu pedagang celimpungan Cek Inten mengatakan, makanan khas Palembang yang satu ini pada bulan Ramadhan sangat diminati, karena rasanya yang gurih dan jarang dijumpai pada hari biasa.

Untuk mendapatkan celimpungan pada hari biasa memerlukan perjuangan, karena harus mencari ke beberapa tempat sementara jika menginginkan pempek, model dan tekwan hampir di setiap sudut kota tersedia toko atau warung yang menjual makanan tersebut.

Sementara pada bulan puasa, celimpungan bisa dengan gampang dijumpai, cukup mendatangi pasar bedug yang digelar di setiap kawasan permukiman penduduk seperti kawasan Sekip ini, ujar Cek Inten.

Harga makanan khas ini dijual dengan harga relatif murah dan tidak jauh dengan harga model atau tekwan. Celimpungan ini dijual Rp6.000 per porsi.

"Bulan Ramadhan ini memberi berkah bagi keluarga saya, pada hari biasa paling banyak celimpungan terjual 40 porsi tetapi pada bulan puasa ini bisa mencapai 85 porsi," ujar dia yang telah menekuni usaha tersebut lebih dari lima tahun.

Berjualan celimpungan ini merupakan barang dagangan yang sesuai dengan keahliannya, dan di pasar bedug hanya satu jenis makanan ini saja yang dijual dan tidak ikut-ikutan seperti temannya yang lain menggelar beraneka jenis makanan.

        Perlu dipromosikan
Sementara Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi (Hippi) Palembang Yudi Farola Bram menanggapi masih kurang populernya makanan khas yang namanya celimpungan itu, perlu dipromosikan dengan cara mengenalkan kepada para tamu yang berkunjung ke daerah ini.

"Biasanya setiap tamu pengusaha atau pejabat yang melakukan studi banding atau kunjungan kerja ke kota ini selalu disuguhi pempek, model, tekwan dan kerupuk kemplang saja," ujarnya.

Tidak diketahui secara persis mengapa hanya makanan khas itu saja yang paling sering dimunculkan, sementara celimpungan sangat jarang disuguhkan kepada tamu.

Selain mengenalkan celimpungan kepada setiap tamu, perlu juga dibuat toko atau warung makanan khas daerah yang khusus menjadikan celimpungan sebagai menu utama seperti toko pempek yang bisa dijumpai hampir di setiap sudut kota.

Toko pempek meskipun menggelar juga beraneka jenis makanan turunanya seperti kerupuk kemplang, model dan tekwan tetapi tetap saja merek dagangnya menonjolkan pempek tidak menyebut toko kerupuk meskipun ada juga yang membuat toko kerupuk kemplang dan model secara khusus.

Dengan gencarnya promosi dan dibuat toko atau warung khusus celimpungan, diyakini beberapa tahun ke depan makanan khas Palembang yang satu ini bisa terkenal seperti pempek, kata pengusaha yang memiliki kepedulian terhadap usaha makanan dan kerajinan khas daerah itu. (ANT/Y009)
    


Pewarta : Yudi Abdullah
Editor : Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024