Di akhir kepemimpinannya, melalui pidato "Farewell Address to the Nation" pada Januari 1981, Carter mengatakan: "Dalam beberapa hari saya akan meletakkan tanggung jawab resmi saya untuk menyandang sekali lagi satu-satunya gelar dalam demokrasi kami yang lebih tinggi dari presiden, gelar warga negara".
Yayasan Carter Center
Setahun berselang Carter menjadi profesor terkemuka di Universitas Emory di Atlanta. Melalui kemitraan dengan Emory, Carter bersama sang istri mendirikan Carter Center untuk "memperjuangkan perdamaian, melawan penyakit, dan membangun harapan" di negara-negara di dunia.
Sejak berdiri, Carter Center menghasilkan sejumlah pencapaian di antaranya memimpin kampanye global untuk memberantas penyakit cacing Guinea, mengembangkan jalan menuju perdamaian di Ethiopia, Eritrea, Liberia, Sudan, Uganda, Semenanjung Korea, Haiti, Bosnia dan Herzegovina, memperluas upaya untuk mengurangi stigma terhadap orang dengan penyakit mental serta memperkuat standar internasional untuk HAM.
Pada 2002, peringatan 20 tahun pendirian Carter Center, Carter dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian atas upaya yang tak kenal lelah untuk menemukan solusi damai konflik internasional, memajukan demokrasi dan HAM dan mempromosikan pembangunan sosial dan ekonomi.
Belasungkawa pemimpin dunia
Para pemimpin dunia menyampaikan kesaksian mereka atas peran Carter semasa hidupnya.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan sepanjang hidupnya, Carter telah menjadi pembela yang gigih bagi kelompok paling rentan dan memperjuangkan perdamaian tanpa kenal lelah. Prancis menyampaikan rasa simpati yang mendalam kepada keluarga dan rakyat Amerika, katanya.
Sementara itu, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menyebut Carter sebagai "pembela demokrasi dan perdamaian". Menurutnya, Carter menekan diktator Brazil pada akhir 1970-an untuk membebaskan tahanan politik. Sebagai mantan presiden, Carter terus mengampanyekan hak asasi manusia, perdamaian, dan pemberantasan penyakit di Afrika dan Amerika Latin.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyebut mendiang Carter sebagai pemimpin AS pertama yang mengakui hak rakyat Palestina menentukan nasib sendiri.
Sebagai presiden AS pertama yang mengakui hak rakyat Palestina menentukan nasib sendiri, Carter telah bekerja tanpa lelah mengadvokasi solusi perdamaian yang adil dan berkelanjutan di Timur Tengah, katanya.
Menurut Abbas, Jimmy Carter adalah manusia yang memiliki "keberanian, integritas moral, berjiwa humanis dan diplomatis" sehingga patut menjadi inspirasi bagi generasi mendatang dan harapan bagi tegaknya keadilan.
Presiden Mesir Abdel Fattah Sisi juga mencatat peran Carter dalam menyelesaikan konflik antara Mesir dan Israel. Pada 1979, dimediasi oleh AS, kedua negara itu menandatangani perjanjian damai yang dikenal sebagai Perjanjian Camp David.
Berkat perjanjian itu, Mesir mendapatkan kembali Semenanjung Sinai yang diduduki Israel pada 1967.
Perannya yang luar biasa dalam mencapai perjanjian perdamaian antara Mesir dan Israel akan tetap tercatat dalam sejarah, dan karya kemanusiaannya menjadi teladan tertinggi dari cinta, perdamaian, dan persaudaraan, kata Sisi.
PM Inggris Keir Starmer juga mengatakan bahwa Carter akan dikenang karena perannya dalam Perjanjian Camp David yang "bersejarah" dan aktivitasnya setelah tidak lagi menjadi presiden.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mengenang sosok dermawan, Presiden ke-39 AS Jimmy Carter