Pers dan AI: Seteru atau sekutu?

id kecerdasan buatan,AI,GenAI,pers

Pers dan AI: Seteru atau sekutu?

Gambar buatan GenAI CoPilot milik Microsoft Bing pada 10 Februari 2024 dengan perintah "buatlah gambar seorang pewarta foto Indonesia di Jakarta masa depan". (CoPilot/Microsoft Bing)

Jakarta (ANTARA) - Selamat datang di era AI-generated content, ketika berita atau artikel bisa dibuat sepenuhnya oleh mesin super, bukan oleh manusia dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.

Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) memang bukan sesuatu yang baru. Tanpa sadar, kita sudah lama menggunakannya pada mesin pencari, media sosial, dan piranti lunak pengolah kata yang kita pakai sehari-hari.

Kecepatannya dalam menemukan kebiasaan pengguna membuatnya lebih unggul dari manusia. Mesin AI bisa diajari untuk "belajar sendiri", menemukan pola dan kecenderungan dari sekumpulan data (dataset) yang sangat besar.

Kemunculan AI penghasil konten (generative AI/GenAI) dalam dua tahun terakhir telah mengubah kebiasaan pengguna. Alih-alih berpikir dengan otak sendiri untuk mengerjakan PR atau membuat kode program, misalnya, netizen kini bisa menyerahkan tugas itu kepada ChatGPT atau Gemini (nama baru Google Bard).

Persoalannya mulai muncul ketika pekerjaan yang diserahkan kepada GenAI memerlukan "sentuhan manusia". Menyerahkan sepenuhnya pembuatan konten yang sensitif secara politik, agama, atau budaya kepada GenAI bisa mendatangkan bencana.

Itulah yang terjadi pada Januari tahun lalu, ketika media teknologi CNET menyulut amarah publik karena diam-diam menyiarkan sejumlah artikel buatan AI. Skandal itu mungkin tak akan terungkap andai saja tidak ditemukan banyak kesalahan dalam artikel-artikel tersebut.

Buah simalakama

Perkembangan pers tidak bisa lepas dari kemajuan teknologi. Digitalisasi telah mengubah cara media dalam menghimpun, mengolah dan menyajikan informasi.

Media cetak yang dulu menjadi primadona dalam industri pers sudah lama redup, ditinggal para pelanggannya yang memilih untuk membaca berita gratis secara seketika dari gawai mereka.

Teknologi dalam bentuk apa pun tidak cuma memberikan manfaat, tetapi juga risiko. Jika manfaatnya jauh lebih besar daripada risikonya, teknologi itu akan berkembang dan digunakan orang.