Ekspor karet Sumsel turun 14,97 persen

id karet,ekspor,bps,corona,virus,COVID-19

Ekspor karet Sumsel turun 14,97 persen

Petani memanen getah karet di Banyuasin, Sumatera Selatan, Selasa (8/1/2019). (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/nz.)

Sementara itu karet merupakan komoditas ekspor nonmigas dengan share terbesar yang mencapai 41,89 persen
Palembang (ANTARA) - Ekspor komoditas karet Provinsi Sumatera Selatan turun 14,97 persen pada Maret 2020 jika dibandingkan bulan sebelumnya karena dipengaruhi pandemi virus corona (COVID-19).

Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel nilai ekspor karet pada Maret 2020 hanya 103,47 juta dolar atau menurun dibandingkan Februari yang mencapai 118,44 juta dolar.

Kepala BPS Sumsel Endang Tri Wahyuningsih di Palembang, Rabu, mengatakan kegiatan perdagangan luar negeri memang terdampak virus corona terutama ke negara-negara yang terkena wabah tersebut dan jadi pasar andalan Sumsel, seperti Amerika Serikat.

“Sementara itu karet merupakan komoditas ekspor nonmigas dengan share terbesar yang mencapai 41,89 persen,” kata dia.

Secara keseluruhan, nilai ekspor Sumsel pada Maret 2020 ini turun sebesar 9,34 persen dibandingkan ekspor bulan Februari 2020. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 (Januari - Maret 2019) ekspor Sumsel naik sebesar 0,96 persen.

Nilai ekspor Sumsel pada Maret 2020 sebesar 264,56 juta dolar AS terdiri dari ekspor migas sebesar 17,55 juta dolar dan 247,01 juta dolar AS merupakan hasil ekspor komoditi nonmigas.

Sejauh ini tiga negara yakni China, Amerika Serikat dan Malaysia masih menjadi negara tujuan utama ekspor Sumatera Selatan pada periode Januari - Maret 2020 dengan masing- masing mencapai 233,81 juta dolar AS, 102,71 juta dolar AS dan 94,72 juta dolar AS.

Total nilai ekspor ke tiga negara ini memberikan kontribusi 47,65 persen dari total ekspor periode Januari- Maret 2020.

Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil (P2HP) Dinas Perkebunan Sumsel Rudi Arpian mengatakan kondisi global yang sedang berlangsung saat ini secara langsung telah berdampak pada harga karet di tingkat petani.

Penurunan permintaan dari luar negeri telah membuat harga di tingkat petani kian anjlok.

Disbun mencatat, harga rata-rata karet pada Maret 2020 yang sebesar Rp14.809 per kg untuk KKK (kadar karet kering) 100% merupakan titik terendah sejak awal tahun ini.

Saat ini harga yang diterima petani melalui mekanisme lelang di unit pengolahan dan pemasaran bahan olah karet (UPPB) mencapai Rp7.200 per kg. Harga tersebut untuk KKK sekitar 70%.

Harga lelang tersebut masih lebih baik jika petani menjual langsung ke pengepul yang hanya berkisar Rp6.000 per kg.

“Petani karet kami imbau untuk bertahan di situasi sulit ini karena pemerintah menyiapkan bantuan langsung baik melalui dinas sosial dengan jaring pengaman sosialnya, maupun kebijakan realokasi APBD dan APBN,” kata dia.