Jack Ma sebut perang dagang AS-China, hal paling bodoh

id jack ma,perang dagang AS-China,AS,amerika,china,konsumen

Jack Ma sebut perang dagang AS-China, hal paling bodoh

Pendiri Alibaba Grup Jack Ma (tengah) bersama ?Menko Perekonomian Darmin Nasution (kiri), Menkominfo Rudiantara (kedua kanan), Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (kedua kiri), dan Ketua Umum KADIN Indonesia Rosan Roeslani (ketiga kanan) memberikan keterangan kepada wartawan terkait pertemuan bersama jajaran menteri dalam rangkaian Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Laguna Nusa Dua, Bali, Sabtu (13/10/2018). (ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Nicklas Hanoatubun/aww.)

Shanghai (ANTARA News Sumsel) -  Jack Ma, Kepala perusahaan publik paling berharga di Asia, Alibaba Group Holding Ltd, mengatakan perang dagang  Amerika Serikat (AS) dan China  adalah "hal paling bodoh di dunia ini. "

Kedua negara telah menetapkan tarif untuk ratusan miliar dolar barang masing-masing, dan Presiden AS Donald Trump telah mengancam akan menjatuhkan tarif pada sisa ekspor China senilai 500 miliar dolar AS plus ke Amerika Serikat jika sengketa perdagangan tidak dapat diselesaikan.

Jack Ma membuat komentar di China International Import Expo (CIIE) yang diadakan di pusat komersial China di Shanghai, Senin.

Defisit perdagangan AS dengan China, yang disalahkan Trump untuk berbagai macam penyakit ekonomi, telah membantu menciptakan lapangan pekerjaan di AS dan tanpa itu negara itu akan memiliki masalah besar, tambah Ma.

"Pergeseran China ke model impor akan menjadi sangat menyakitkan bagi banyak bisnis, tetapi itu juga akan membuat peluang yang bagus untuk banyak konsumen," katanya seperti dikutip Reuters.

Ma juga mengatakan bahwa pemerintah seharusnya tidak khawatir tentang inovasi, yang seharusnya itu didukung sekalipun itu mengancam kepentingan pribadi lama.

"Pandangan saya adalah jangan khawatir tentang teknologi,"  tambah Ma. "Orang-orang yang khawatir tentang teknologi adalah yang pertama orang yang lebih tua, kedua pemerintah, dan ketiga orang-orang sukses. Mereka membencinya dan mengkhawatirkannya."

"Saya tidak pernah melihat anak muda khawatir tentang teknologi," kata Ma.