Optimalkan biodiesel guna hadapi tekanan ekonomi global

id biodiesel,Presiden,cpo,berita sumsel,berita palembang,Joko Widodo,minyak sawit mentah,Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia,Idwar Hanis,perekonomian global

Optimalkan biodiesel guna hadapi tekanan ekonomi global

Bahan bakar biodiesel . (ANTARA News Sumsel/Feny Selly)

Jakarta (ANTARA News Sumsel) - Kondisi perekonomian global yang tidak menentu dan masih fluktuatif membutuhkan sebuah inovasi, dan arahan yang diberikan Presiden Joko Widodo terkait dengan biodiesel adalah salah satu inovasi tersebut.

Sebagaimana diketahui, Presiden Joko Widodo telah meminta kandungan nabati pada bahan bakar biodiesel ditingkatkan menjadi 30 persen sebagai satu langkah menghadapi tekanan ekonomi global.

Hal tersebut dikemukakan oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto setelah mengikuti rapat terbatas yang dipimpin oleh Presiden Jokowi di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (9/7).

Menurut Menperin, Presiden telah menyampaikan untuk segera dikaji terkait penggunaan biodiesel hingga 30 persen dari bahan bakar, atau lebih kerap disebut sebagai B30.

Airlangga Hartarto juga mengemukakan bahwa Presiden meminta untuk segera dibuatkan kajian tersebut karena pemerintah juga berencana meningkatkan konsumsi biodiesel sebesar 500.000 ton per tahun.

Selain itu, kata Menperin, dalam rapat juga diminta untuk mengkaji industri-industri nasional bisa meningkatkan utilisasinya, seperti kilang minyak di Tuban, Jatim, sehingga bisa lebih banyak memasok kebutuhan petrokimia dan BBM domestik.

Airlangga mengungkapkan rapat terbatas yang dipimpin Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla juga membahas upaya untuk memperkuat perekonomian nasional, memberi ketenteraman industri nasional, dan meningkatkan iklim investasi.

Arahan yang diberikan oleh Presiden Jokowi mendapatkan apresiasi dan sambutan positif dari sejumlah pihak.

Mendukung Arahan Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan mendukung arahan Presiden Joko Widodo yang menginginkan agar ke depannya dapat ditingkatkan peningkatan biodiesel dalam rangka mengatasi tekanan ekonomi global.

"Kami mendukung arahan Presiden dan Menperin untuk lebih menggunakan biodiesel guna mengurangi impor bahan bakar juga penghematan devisa kita," kata Paulus ketika dihubungi Antara di Jakarta, Rabu (11/7).

Paulus mengutarakan harapannya agar penggunaan biodiesel jenis B20 bisa cepat diperluas di dunia industri yang ada di berbagai daerah di Tanah Air.

Ia berpendapat jika hal itu bisa dilaksanakan dengan baik maka akan signifikan mengurangi konsumsi bahan bakar fosil, yang sekitar setengahnya adalah impor.

Terkait kesiapan teknologi, ujar dia, saat ini semua pemangku kepentingan sedang menyiapkan program B30, termasuk kesiapan teknisnya, seperti standar biodiesel yang lebih baik, juga uji laboratorium serta uji jalannya.

Aprobi memperkirakan serapan biodiesel dalam negeri mencapai 3,5 juta kiloliter (kl). Perinciannya sebanyak 2,8 juta kl-3 juta kl ditujukan untuk public service obligation (PSO), sementara 500.000 kl akan diserap untuk kebutuhan non-PSO.

Dengan penggunaan B30 menggantikan B20, konsumsi biodiesel diperkirakan bakal meningkat sebesar 500.000 ton per tahun.

Pada tahun ini Aprobi menargetkan produksi biodiesel mencapai 3,5 juta kiloliter. Padahal kapasitas produksi sesungguhnya bisa mencapai hingga 11 juta ton.

Produksi Cukup Sementara itu, produsen sawit yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengungkapkan produksi kelapa sawit nasional mencukupi untuk pengembangan bahan bakar nabati (BBN) dengan kandungan minyak sawit 30 persen atau B30.

Ketua Umum Gapki Joko Supriyono di Jakarta, Kamis (12.7), menyampaikan, produksi minyak kelapa sawit (CPO) sangat mencukupi untuk penambahan tersebut.

Joko Supriyono juga mengungkapkan bahwa kunci dari hal tersebut sebenarnya bukanlah di bahan baku, tetapi dalam bagaimana penyerapan pasar nantinya.

Menurut dia, selama ini penyerapan biodiesel relatif bergantung pada sektor transportasi.

Berkat aturan mandatori biodiesel 20 persen (B20) yang telah diterapkan untuk BBM, penyerapan komoditas minyak nabati ini banyak fokus di sektor kendaraan.

Untuk itu, lanjutnya, dengan penambahan porsi menjadi 30 persen, maka otomatis pasar biodiesel pada masa mendatang juga diperkirakan bakal semakin melonjak.

Begitu juga sambutan positif di daerah, seperti Sekretaris Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kalbar Idwar Hanis mengatakan dengan adaya rencana pemerintah dalam penggunaan kandungan lokal bahan bakar biodiesel ditingkatkan menjadi 30 persen akan memperkuat produk minyak sawit mentah (CPO) nasional.

Idwan Hanis juga sepakat bahwa dengan rencana kebijakan tersebut juga akan menghemat beban subsidi negara terhadap BBM.

Dengan demikian, maka kebijakan itu juga akan mengurangi tekanan perang dagang terhadap produk CPO dari Indonesia.

Idwar menyebutkan pasar produk CPO juga dipastikan akan meningkat sehingga petani atau perusahan kebun akan diuntungkan.

Kalangan petani sawit Kalbar juga dinilai menyambut baik rencana peningkatan bahan bakar biodisel menjadi 30 persen karena akan membuka pasar terutama bagi CPO.

Harapan para petani juga harga CPO akan naik, dan fenomena itu bukan karena harga dimainkan atau karena ketergantungan dari negara pengimpor.

Sementara anggota Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun di Palembang, Kamis (6/7), antara lain menyoroti pengalokasian dana terhadap pengembangan biodiesel yang seharusnya bisa disamakan dengan jumlah alokasi untuk komoditas lainnya, seperti untuk pengembangan kelapa sawit.

Inovasi yang telah dicetuskan oleh Presiden RI sudah selayaknya mendapatkan tindak lanjut dengan segera oleh berbagai pihak terkait, karena merupakan upaya yang bagus untuk mengurangi potensi gejolak perekonomian global.