Jejak kotor pengaturan skor

id bola basket, liga bola basket indonesia, jne siliwangi, erick thohir, skor, judi

Jejak kotor pengaturan skor

Pebasket JNE Siliwangi Bandung Chris Brand (1) berupaya melewati adangan dua pebasket NSH Jakarta pada pertandingan Basket Indonesian Basketball League (IBL) Seri III di GOR Sahabat, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (10/2). (ANTARA/R Rekotomo)

...kalau ada pemain yang mengaku dia melakukan pengaturan skor karena tidak digaji, itu semua tidak benar...
Jakarta (ANTARA Sumsel) - Seorang pemain JNE Siliwangi Bandung resah usai berlaga pada babak reguler Liga Bola Basket Indonesia (IBL) 2017.

Dia tak tenang, selalu merasa bersalah. Bayang-bayang hitam menghantui doa-doa yang diucapkan atau dirapalkannya. Kebimbangan melanda, apakah harus mengaku atau mendiamkan semuanya?
    
Pria itu tidak lagi memikirkan JNE Siliwangi yang hanya mencatatkan empat kemenangan dari 14 laga di IBL 2017. Di dalam kepalanya hanya ada penyesalan besar: mengapa dia bisa terperangkap dalam tipu daya bandar judi?
    
Keberanian lalu membawa langkahnya ke organisasi induk bola basket Indonesia, Perbasi. Meski nama baiknya dipertaruhkan, dia membulatkan tekad membongkar pengaturan skor yang dilakukannya.

Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PP Perbasi) Danny Kosasih menerimanya dengan tangan terbuka. Kepada Danny dan tim, sang pemain menumpahkan semuanya mulai dari kesaksian hingga bukti-bukti kuat berupa rekaman.

Dia mengaku tidak benar-benar tampil maksimal di empat sampai lima laga IBL 2017. Semua dilakukan demi mendapatkan pundi-pundi uang dari seorang bandar yang berada di luar negeri.

Informasi terus mengalir. Dia tidak sendiri. Ada beberapa pemain dan ofisial JNE Siliwangi yang turut terlibat. Peran mereka pun berbeda-beda, ada yang membuka jalan, mediator dan ada pula yang tidak tahu menahu, hanya ikut-ikutan.

Mendengar hal itu, Perbasi langsung bergerak cepat. Sebelumnya mereka memang sudah mendengar kabar-kabar tak sedap tentang hal serupa, tetapi nir-bukti. Ini lain, karena jejak kotornya tertinggal begitu jelas. Ada saksi, ada rekaman.

Laporan pemain JNE Siliwangi Bandung itu, yang namanya sengaja dirahasiakan oleh Perbasi, akhirnya membawa organisasi yang berdiri pada 23 Oktober 1951 itu ke sosok-sosok pelaku lain.

Setelah menginvestigasi selama beberapa minggu, Perbasi akhirnya memastikan delapan pemain JNE Siliwangi, termasuk pelapor, yaitu Ferdinand Damanik, Tri Wilopo, Gian Gumilar, Haritsa Herlusdityo, Untung Gendro Maryono, Fredy, Vinton Nollan Surawi dan Robertus Riza Raharjo, serta ofisial Zulhilmi Faturrahman menjadi pelaku pengaturan skor ("match fixing") di IBL 2017.

Melalui surat resmi bernomor 508/XI/PP/2017 bertanggal 21 November 2017, Perbasi menjatuhkan sanksi untuk mereka yaitu tidak boleh terlibat pada seluruh kegiatan bola basket Indonesia selama lima tahun (untuk Ferdinand Damanik), empat tahun (Tri, Gian, Haritsa, Untung), tiga tahun (Fredy, Vinton, Robertus) dan dua tahun (Zulhilmi).

Hukuman itu kemudian diperberat dengan keputusan pihak Liga Bola Basket Indonesia (IBL) yang menjatuhkan mereka dengan sanksi tidak boleh bermain di IBL selama seumur hidup.

 
Kejadian Pertama
  
Terbongkarnya kasus pengaturan skor ini membuat Perbasi tersentak. Betapa tidak, kejadian ini merupakan yang pertama sejak liga bola basket profesional digelar tahun 2003.

Sebelum kasus anyar terkuak, kabar serupa kerap terdengar tetapi tidak pernah ada bukti. Fakta ini diamini oleh pemain Satria Muda (SM) Pertamina Cristian "Dodo" Ronaldo Sitepu.

"Sebelum ini hanya rumor-rumor," ucap Dodo.

Perbasi mengakui hal serupa. Oleh karena itu, mumpung kisah tentang tindakan haram ini sedang "panas", Perbasi bertekad melakukan investigasi sampai tuntas. Kalau ditemukan lagi, Perbasi tak segan menggebuk pelaku-pelaku lainnya tanpa pandang bulu.

"Kalau kami menemukan pelaku lain akan kami 'hajar' lagi," ujar Danny.

Pernyataan ini bukan main-main. Bahkan, Perbasi sudah "mengincar" 13 nama lain yang diduga kuat terlibat "match fixing". Tinggal menunggu bukti saja untuk mengarungkan mereka dalam sanksi berat.

Selain itu, Perbasi bersama IBL juga memperdalam keterlibatan pemain asing. Ada lima orang pebola basket impor yang diyakini ikut mengatur skor.

Demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, atas rekomendasi Perbasi, IBL tidak memasukkan kelima nama pemain yang disebut berasal dari Amerika Serikat dan Kanada itu dalam draft pemain untuk IBL musim 2017-2018.

Meski terkait dengan praktik pidana, Perbasi memastikan tidak akan melaporkan "match fixing" ini ke pengadilan.

Ketua Bidang Hukum PP Perbasi George Fernando Dendeng menyebut bahwa kapasitas Perbasi sebagai organisasi hanya bisa memberikan sanksi kepada pelaku.

Namun, jika nanti ada pihak yang melaporkan kejadian itu ke polisi, Perbasi siap mengikuti semua proses hukum yang berlaku.

Tindakan-tindakan Perbasi dan IBL atas kasus pengaturan skor itu mendapatkan apresiasi dari Komite Olimpiade Indonesia (KOI).

Ketua Umum KOI Erick Thohir menyebut bahwa praktik perjudian tidak boleh masuk ke dalam lapangan.

"Jadi saya minta kepada semua pihak di liga agar pintar-pintar menahan diri, pandai menimbang yang baik dan buruk. Sayang sekali karier menjadi cacat karena terlibat dalam pengaturan skor ini," kata Erick.

Untuk mencegah dan mengantisipasi kasus serupa terulang kembali, pria yang juga Presiden Asosiasi Bola Basket Asia Tenggara (SEABA) ini meminta Perbasi bersama KOI dan KONI melapor ke pemerintah, termasuk Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).

Terkait Gaji?

Perbasi melalui Ketua Umumnya Danny Kosasih menyatakan bahwa para pelaku "match fixing" IBL 2017 mengaku melakukan perbuatan tersebut karena terpaksa sebab mereka belum digaji oleh klubnya.

Akan tetapi, Perbasi menolak mentah-mentah alasan tersebut. Danny dengan tegas berkata bahwa mengatur skor dan belum digaji adalah dua hal berbeda.

"Perbasi tidak bisa menerima alasan tersebut," tutur Danny.

Meski menganggap bahwa gaji yang tertunggak tidak bisa dijadikan pembenaran tindakan pengaturan skor, IBL dan Perbasi tetap melakukan penyelidikan atas kasus gaji tersebut.

"Kami meminta pemain-pemain itu mendokumentasikan kontraknya dan tunggakan gaji mereka," kata Direktur IBL Hasan Gozali.

Hasilnya, Perbasi dan IBL sepakat satu suara bahwa JNE Siliwangi Bandung yang dimiliki oleh PT Bandung Utama Raya memang belum melunasi gaji para pemainnya.

Perbasi memberikan waktu dua bulan bagi pemilik JNE Siliwangi Bandung, PT Bandung Utama Raya, untuk melunasi utangnya. Jika tidak bisa, sanksi menunggu.

Salah satu sanksi yang bisa saja diberikan oleh Perbasi, sebut Danny Kosasih, adalah individu-individu di manajemen perusahaan penaung JNE Siliwangi Bandung tidak boleh terlibat dalam semua kegiatan bola basket di Indonesia.

Perbasi dan IBL juga mengancam membawa PT Bandung Utama Raya ke ranah hukum, tepatnya gugatan perdata, jika tidak bisa melunasi gaji para pemainnya.

PT Bandung Utama Raya sendiri membantah tudingan bahwa pihaknya menunggak gaji para pemain di IBL musim 2017.

Melalui pengacaranya, Bobby Siregar, PT Bandung Utama Raya menegaskan bahwa pihaknya sudah membayar gaji seluruh pemain sampai musim 2017 selesai, termasuk mereka yang terlibat kasus pengaturan skor di IBL 2017.

"Para pemain mendapatkan gaji sampai musim 2017 usai. Oleh karena itu, kalau ada pemain yang mengaku dia melakukan pengaturan skor karena tidak digaji, itu semua tidak benar," ujar Bobby, sembari menambahkan pihaknya siap menanggapii tindakan hukum apapun terkait kasus ini.

Sebagai informasi, saat bermain di IBL 2017, JNE Siliwangi Bandung dimiliki oleh PT Bandung Utama Raya. Akan tetapi, untuk IBL musim terkini 2017/2018 yang mulai digelar 8 Desember 2017, JNE Siliwangi Bandung sudah berganti kepemilikan dan dikelola PT Neosport Maung Indonesia (NMI) dan berubah nama menjadi Siliwangi Bandung.

Di atas semua itu, apapun alasannya, praktik pengaturan skor atau ("match fixing") tidak pernah dibenarkan dalam olahraga apapun. Tindakan itu mencederai sportivitas, keadilan dan kejujuran yang seharusnya tegak di tengah kompetisi.

Olahraga lebih dari kisah kalah atau menang. Di dalamnya ada perjuangan, kerja keras, darah dan air mata. Jangan lupakan, bersama dengan itu, olahraga juga mengungkapkan seberapa bernilainya pribadi seseorang.

Seperti jurnalis olahraga Amerika Serikat Heywood Broun pernah berkata, "Olahraga memperlihatkan karakter sebenarnya dari manusia".