Jakarta (ANTARA Sumsel) - Pengamat energi Mamit Setiawan menilai bahan bakar minyak jenis Premium masih dibutuhkan khususnya oleh rakyat miskin untuk mendorong ekonominya.
"Terlepas dari sisi kualitas dan lingkungan, saat ini Premium masih dibutuhkan untuk menjangkau masyarakat yang betul-betul miskin, sehingga bisa menggerakkan ekonominya. Jadi, Premium sebaiknya tetap ada hingga ekonomi rakyat miskin meningkat nantinya," ujarnya di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, rencana penghapusan Premium mesti dilakukan secara bertahap mengikuti tingkat kesejahteraan masyarakat miskin.
Direktur Energy Watch itu mengatakan sudah menjadi tugas pemerintah untuk menjamin ketersediaan energi termasuk BBM bagi masyarakat di penjuru Nusantara dengan harga yang terjangkau.
Alasan keterjangkauan harga dan ketersediaan menjadikan Premium yang merupakan bensin dengan angka oktan (RON) 88 saat ini masih menjadi primadona masyarakat miskin.
Mamit memberi contoh, banyak nelayan yang menggunakan Premium dan Solar.
"Juga para buruh yang kesehariannya banyak menggunakan Premium untuk sepeda motornya. Selain itu, transportasi umum juga masih banyak yang menggunakan Premium dan Solar sebagai bahan bakar," lanjutnya.
Mamit mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2017 yang mencatat 27,77 juta jiwa atau 10,64 persen masyarakat Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan dengan pendapatan per kapita di bawah Rp385.000 per bulan.
Lalu, sebanyak 17,1 juta di antaranya adalah masyarakat perdesaan yang sebagian besar menghuni daerah-daerah yang sulit dijangkau.
"Mereka-mereka itu masih perlu Premium yang harganya terjangkau," katanya.
Oleh karenanya, ia memberikan dukungan atas program BBM Satu Harga, sebuah kebijakan prorakyat yang dicanangkan Presiden Joko Widodo untuk menyediakan BBM dengan sama hingga di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
"Sudah seharusnya semua masyarakat bisa menikmati harga Premium sebesar Rp6.450 per liter dan Solar Rp5.150 per liter," ujarnya.
Mamit menambahkan konsumen masih memakai Premium juga dikarenakan perbedaan harga dengan Pertamax lumayan jauh.
"Jika ada kualitas BBM yang lebih baik dengan harga terjangkau, masyarakat pasti akan membelinya," katanya.
Selanjutnya, dari sisi teknis, premium juga masih diproduksi sebagian besar kilang milik PT Pertamina (Persero).
"Wajar bila Premium masih diproduksi dalam jumlah besar karena spesifikasi kilang kita itu memang untuk menghasilkan premium," kata Mamit.
Tercatat, lanjutnya, Premium diproduksi di Kilang Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, Balongan, dan Sorong. Khusus Kilang Sorong, hanya memproduksi Premium.
Berita Terkait
Polda Sumsel gerebek gudang tempat penimbunan BBM ilegal
Sabtu, 10 Februari 2024 21:11 Wib
Polisi buru dalang penyelundup 4,3 ton BBM solar bersubsidi di Palembang
Rabu, 7 Februari 2024 22:05 Wib
Pertamina sanksi hentikan pasokan solar untuk satu SPBU di Banyuasin
Rabu, 10 Januari 2024 10:48 Wib
Polda Sumsel buru bos penyelundup BBM solar bersubsidi
Selasa, 9 Januari 2024 16:41 Wib
Polda Sumsel buru pemilik gudang penampungan BBM ilegal di Ogan Ilir
Senin, 20 November 2023 20:21 Wib
Polisi kejar pelaku penyelundupan 1,2 ton BBM subsidi di Musi Rawas
Minggu, 29 Oktober 2023 12:21 Wib
Pertamina menyayangkan truk pengangkut batu bara pakai BBM subsidi
Selasa, 17 Oktober 2023 16:26 Wib
Pertamina uji ulang tera SPBU di OKU Timur
Senin, 25 September 2023 20:03 Wib