Jakarta (ANTARA) - Psikolog Meriyati, M.Psi berpendapat bahwa mengakui dan menerima emosi yang hadir dapat menjadi langkah awal memaafkan orang lain terutama di hari Lebaran 2025 atau Idul Fitri 1446 Hijriah.
"Izinkan diri untuk merasakan emosi marah, kecewa atau sakit hati yang dirasakan. Jangan menyangkal atau menekan emosi tersebut," ujar dia saat dihubungi di Jakarta, Minggu.
Menurut Meriyati, memaafkan bukan sekadar tindakan sosial, tetapi juga bermanfaat bagi kesehatan mental dan fisik. Merujuk studi, memaafkan dapat mengurangi stres, meningkatkan kesehatan jantung dan meningkatkan kesejahteraan emosional.
"Ketika kita menyimpan amarah atau dendam, tubuh melepaskan hormon stres seperti kortisol. Jika kondisi ini terjadi secara terus-menerus, maka dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan gangguan kecemasan," kata dia.
Karena itu, memaafkan menjadi tindakan yang disarankan, walau ini terkadang bukan hal mudah.
Agar lebih mudah memaafkan, selain mengakui emosi, seseorang perlu menyadari bahwa memaafkan adalah untuk diri sendiri.
"Memaafkan bukan berarti setuju atau membiarkan pelaku lepas dari tanggung jawab, tetapi membebaskan diri dari beban emosional yang menguras energi," ujar Meriyati.
Selanjutnya, cobalah memahami alasan di balik tindakan orang lain. Hal ini bukan berarti membenarkan tindakan orang-orang yang menyakiti, tetapi mencoba memahami konteks atau situasi yang mungkin mempengaruhi perilaku mereka.
"Memahami hal tersebut dapat membantu Anda melihat situasi dengan perspektif lebih luas dan mungkin merasa lebih empati terhadap orang tersebut," ujar psikolog yang berpraktik di RS Pondok Indah-Puri Indah itu.
Dia lalu menyarankan untuk mencoba melatih empati. Misalnya dengan bertanya pada diri sendiri, "Jika saya berada di posisi mereka, apakah saya juga dapat melakukan kesalahan yang sama?"
Langkah lainnya, yakni menulis jurnal, berbicara dengan orang yang dipercaya atau melakukan meditasi. Cara ini selain membantu memaafkan juga meredakan emosi negatif.
"Meskipun sulit, memaafkan dapat dilatih dengan menerima emosi yang dirasakan, mengelola emosi dengan baik, memahami perspektif orang lain dan menyadari bahwa tindakan ini lebih banyak menguntungkan diri sendiri," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Akui emosi bisa jadi langkah awal memaafkan orang lain