Jakarta (ANTARA) - Anak-anak Indonesia menjadi juara dalam lomba Coding World Innovative Technology Challenge 2024, yang digelar pada 2-3 November 2024 di Chonnam National University, Yeosu-si, Korea, dengan meraih dua emas, satu perak, dan tiga perunggu.
"Tim ini dilatih selama enam bulan dari nol, yakni seminggu dua kali selama 3-4 jam per hari," kata Ketua Delegasi Indonesia Budi Chang melalui keterangan di Jakarta, Senin.
Budi menjelaskan delegasi Indonesia yang memenangkan ajang ini harus melalui kriteria penilaian yang ketat, seperti efektivitas program, orisinalitas (apakah dibantu oleh kecerdasan buatan atau tidak), dan juga kreativitas.
Adapun sejumlah negara lainnya yang mengikuti gelaran ini, kata dia, adalah Filipina dan Korea.
"Peserta dari negara lain kaget kok bisa Indonesia dapat emas dengan pelatihan begitu singkat," ungkapnya.
"Saya akan mengatakan akhir pekan yang sangat positif di mana kami kompetitif kemarin dan hari ini. Ada hari-hari ketika Anda tidak tahu mengapa Anda terjatuh: hari ini saya merasa nyaman dan saya tahu saya bisa berjuang sekuat tenaga," kata dia.
Setelah di Sepang, MotoGP akan memainkan seri terakhir di Sirkuit Barcelona-Catalunya dua pekan lagi, sirkuit yang juga menjadi arena penentuan juara antara Martin dan Bagnaia.
Mengomentari penampilannya di seri pamungkas, Marquez ingin mempersembahkan sirkuit tersebut dengan "cara terbaik" sebelum dirinya pindah ke Ducati pada tahun depan.
"Masih ada satu balapan tersisa dan kami' Saya akan mencoba menyelesaikannya dengan cara terbaik," kata pembalap Spanyol 31 tahun itu.
Sementara itu, rekan setim sekaligus adiknya, Alex Marquez mensyukuri hasil di Sepang setelah dirinya finis keempat di Sprint dan balapan utama di saat fisiknya tidak sepenuhnya 100 persen.
"Itu bukanlah balapan yang mudah karena dengan adanya bendera merah saya harus menjaga konsentrasi tetap tinggi dan juga fisik saya tidak 100% karena sedikit flu yang membuat saya tidak bisa tidur nyenyak tadi malam," kata Alex.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Marc Marquez mengakui betapa sulitnya membalap di Sepang
"Tim ini dilatih selama enam bulan dari nol, yakni seminggu dua kali selama 3-4 jam per hari," kata Ketua Delegasi Indonesia Budi Chang melalui keterangan di Jakarta, Senin.
Budi menjelaskan delegasi Indonesia yang memenangkan ajang ini harus melalui kriteria penilaian yang ketat, seperti efektivitas program, orisinalitas (apakah dibantu oleh kecerdasan buatan atau tidak), dan juga kreativitas.
Adapun sejumlah negara lainnya yang mengikuti gelaran ini, kata dia, adalah Filipina dan Korea.
"Peserta dari negara lain kaget kok bisa Indonesia dapat emas dengan pelatihan begitu singkat," ungkapnya.
"Saya akan mengatakan akhir pekan yang sangat positif di mana kami kompetitif kemarin dan hari ini. Ada hari-hari ketika Anda tidak tahu mengapa Anda terjatuh: hari ini saya merasa nyaman dan saya tahu saya bisa berjuang sekuat tenaga," kata dia.
Setelah di Sepang, MotoGP akan memainkan seri terakhir di Sirkuit Barcelona-Catalunya dua pekan lagi, sirkuit yang juga menjadi arena penentuan juara antara Martin dan Bagnaia.
Mengomentari penampilannya di seri pamungkas, Marquez ingin mempersembahkan sirkuit tersebut dengan "cara terbaik" sebelum dirinya pindah ke Ducati pada tahun depan.
"Masih ada satu balapan tersisa dan kami' Saya akan mencoba menyelesaikannya dengan cara terbaik," kata pembalap Spanyol 31 tahun itu.
Sementara itu, rekan setim sekaligus adiknya, Alex Marquez mensyukuri hasil di Sepang setelah dirinya finis keempat di Sprint dan balapan utama di saat fisiknya tidak sepenuhnya 100 persen.
"Itu bukanlah balapan yang mudah karena dengan adanya bendera merah saya harus menjaga konsentrasi tetap tinggi dan juga fisik saya tidak 100% karena sedikit flu yang membuat saya tidak bisa tidur nyenyak tadi malam," kata Alex.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Marc Marquez mengakui betapa sulitnya membalap di Sepang