Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal TNI Nugraha Gumilar menjelaskan Indonesia belum memperoleh izin untuk terbang di atas wilayah udara Gaza sehingga bantuan untuk rakyat Palestina di Gaza diterjunkan oleh Angkatan Udara Yordania.
Oleh karena itu, misi pengiriman bantuan terbaru yang berangkat dari Jakarta, Jumat, diangkut lebih dulu ke Yordania, baru kemudian diterjunkan dari atas ketinggian dengan pesawat Angkatan Udara Yordania.
"Kita (TNI, red) hanya mengantar ke sana (Yordania, red) karena ada perizinan-perizinan tertentu yang kita memang tidak dapat izin. Nah (izin) itu, yang dapat Yordania sehingga kita titip Yordania, tolong di-drop dengan payung kita dan juga bahan makanan kita, juga bahan makanan mereka," kata Kapuspen TNI selepas upacara keberangkatan pengiriman bantuan terjun payung udara orang (PUO) dan payung udara barang (PUB) untuk Gaza di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat.
Hingga Maret 2024, Indonesia menjadi negara kedua di Asia Tenggara yang mengirimkan bantuan via udara (airdrop) untuk rakyat Palestina di Gaza.
Singapura pada 20 Maret 2024 berhasil merampungkan misi menerjunkan bantuan dari atas pesawat C-130 Hercules-nya ke Gaza bekerja sama dengan Angkatan Udara Yordania.
Pesawat Hercules-nya AU Singapura (RSAF) lepas landas dari Pangkalan Udara King Abdullah II di Yordania, kemudian terbang dengan ketinggian rendah di atas Gaza untuk mengirimkan paket bantuan utamanya berupa makanan dan obat-obatan.
Di luar itu, sebagian besar negara-negara yang mengirimkan bantuannya via udara (metode airdrop) ke Gaza juga bekerja sama dengan Angkatan Udara Yordania, yang sejak 25 Desember 2023 rutin mengirimkan bantuan kemanusiaan via udara untuk rakyat Palestina di Gaza.
Beberapa negara yang menerjunkan bantuannya via udara itu, adalah Amerika Serikat, Mesir, Uni Emirat Arab, Inggris, Belanda, Belgia, Prancis, Oman, Bahrain, dan Qatar.
Sebagian besar dari negara-negara itu juga bekerja sama dengan Angkatan Udara Yordania saat pengiriman bantuan via udara.
Hingga 10 Maret 2024, Angkatan Udara Yordania setidaknya menggelar 40 pengiriman bantuan via udara, termasuk di antaranya bersama negara-negara lain yang juga mengirimkan bantuan mereka ke Gaza via udara.
Pengiriman bantuan via udara yang saat ini populer dengan sebutan airdrop menjadi salah satu cara untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, mengingat banyak jalan dan akses darat lainnya yang hancur akibat gempuran serangan militer Israel.
Mengenai hal itu, Indonesia pun mengirimkan paket bantuan berikut 900 payung udara orang (PUO) dan 50 payung udara barang (PUB) yang diterjunkan dari pesawat AU Yordania. Peralatan payung udara itu diangkut dari Jakarta ke Yordania menggunakan helikopter baru TNI AU C-130 J Super Hercules, Jumat.
Misi pengiriman itu dijadwalkan berlangsung selama 10 hari dengan dipimpin Komandan Wing I Lanud Halim Perdanakusuma Kolonel Pnb. Noto Casnoto.
Misi itu melibatkan 27 personel TNI yang sebagian besar merupakan prajurit dan sisanya satu diplomat dari Kementerian Luar Negeri.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: TNI jelaskan alasan bantuan untuk Gaza diterjunkan AU Yordania
Oleh karena itu, misi pengiriman bantuan terbaru yang berangkat dari Jakarta, Jumat, diangkut lebih dulu ke Yordania, baru kemudian diterjunkan dari atas ketinggian dengan pesawat Angkatan Udara Yordania.
"Kita (TNI, red) hanya mengantar ke sana (Yordania, red) karena ada perizinan-perizinan tertentu yang kita memang tidak dapat izin. Nah (izin) itu, yang dapat Yordania sehingga kita titip Yordania, tolong di-drop dengan payung kita dan juga bahan makanan kita, juga bahan makanan mereka," kata Kapuspen TNI selepas upacara keberangkatan pengiriman bantuan terjun payung udara orang (PUO) dan payung udara barang (PUB) untuk Gaza di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat.
Hingga Maret 2024, Indonesia menjadi negara kedua di Asia Tenggara yang mengirimkan bantuan via udara (airdrop) untuk rakyat Palestina di Gaza.
Singapura pada 20 Maret 2024 berhasil merampungkan misi menerjunkan bantuan dari atas pesawat C-130 Hercules-nya ke Gaza bekerja sama dengan Angkatan Udara Yordania.
Pesawat Hercules-nya AU Singapura (RSAF) lepas landas dari Pangkalan Udara King Abdullah II di Yordania, kemudian terbang dengan ketinggian rendah di atas Gaza untuk mengirimkan paket bantuan utamanya berupa makanan dan obat-obatan.
Di luar itu, sebagian besar negara-negara yang mengirimkan bantuannya via udara (metode airdrop) ke Gaza juga bekerja sama dengan Angkatan Udara Yordania, yang sejak 25 Desember 2023 rutin mengirimkan bantuan kemanusiaan via udara untuk rakyat Palestina di Gaza.
Beberapa negara yang menerjunkan bantuannya via udara itu, adalah Amerika Serikat, Mesir, Uni Emirat Arab, Inggris, Belanda, Belgia, Prancis, Oman, Bahrain, dan Qatar.
Sebagian besar dari negara-negara itu juga bekerja sama dengan Angkatan Udara Yordania saat pengiriman bantuan via udara.
Hingga 10 Maret 2024, Angkatan Udara Yordania setidaknya menggelar 40 pengiriman bantuan via udara, termasuk di antaranya bersama negara-negara lain yang juga mengirimkan bantuan mereka ke Gaza via udara.
Pengiriman bantuan via udara yang saat ini populer dengan sebutan airdrop menjadi salah satu cara untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, mengingat banyak jalan dan akses darat lainnya yang hancur akibat gempuran serangan militer Israel.
Mengenai hal itu, Indonesia pun mengirimkan paket bantuan berikut 900 payung udara orang (PUO) dan 50 payung udara barang (PUB) yang diterjunkan dari pesawat AU Yordania. Peralatan payung udara itu diangkut dari Jakarta ke Yordania menggunakan helikopter baru TNI AU C-130 J Super Hercules, Jumat.
Misi pengiriman itu dijadwalkan berlangsung selama 10 hari dengan dipimpin Komandan Wing I Lanud Halim Perdanakusuma Kolonel Pnb. Noto Casnoto.
Misi itu melibatkan 27 personel TNI yang sebagian besar merupakan prajurit dan sisanya satu diplomat dari Kementerian Luar Negeri.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: TNI jelaskan alasan bantuan untuk Gaza diterjunkan AU Yordania