Palembang (ANTARA) - Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Sumatera Selatan menggelar pameran warisan budaya di atrium mal kawasan Jakabaring Palembang pada 25-27 November 2023.
"Dalam pameran selama tiga hari itu ditampilkan ragam warisan budaya yang menjadi kekayaan dan kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan," kata Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI Kristanto Januardi di Palembang, Sabtu.
Dalam pameran tersebut ditampilkan juga beberapa peninggalan prasejarah hingga prasasti emas yang ada pada warisan budaya benda, replika kerangka manusia dari gua harimau menjadi objek yang mewakili periode prasejarah di Sumsel.
Objek yang dipamerkan itu dipilih karena merupakan bukti bahwa sekitar 2.000 tahun silam, daerah perbukitan di sisi barat Sumatera Selatan telah dihuni oleh manusia purba.
Kemudian pada periode berikutnya, jejak kejayaan Kedatuan Sriwijaya hingga Kesultanan Islam juga turut ditampilkan beberapa objek seperti prasasti emas, mata uang kuno, hingga kerangka kapal kuno.
Selain itu, terdapat pula hasil temuan masyarakat seperti alat tukar, ingot timah seberat 35 kg, manik-manik, songket Palembang dan penampilan kesenian khas Sumatera Selatan yakni beberapa tari tradisional dan tari kreasi, katanya.
Dia menjelaskan, pameran tersebut merupakan wadah bagi masyarakat di provinsi dengan 17 kabupaten dan kota itu untuk mengenal jejak warisan leluhur sehingga mereka dapat mempelajari dan memahami nilai-nilai luhur dari kebudayaan yang diwariskan hingga saat ini.
“Pameran ini menjadi wahana pertunjukan kekayaan budaya yang dimiliki oleh Sumsel dan diharapkan melalui pameran ini dapat memupuk semangat pelestarian dan kesadaran bahwa provinsi ini adalah wilayah yang kaya akan warisan budaya,” ujarnya.
Pameran tersebut mengusung tema ‘Maalap Siddhaytra: Sebuah Kisah Tentang Perjalanan Suci”.
Tema tersebut diambil dari guratan aksara dalam Prasasti Kedukan Bukit dimana prasasti yang ditemukan di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang.
Kata maalap dapat diartikan sebagai mengambil atau mencari lalu siddhaytra berasal dari dua kata berbahasa Sansakerta yakni siddha dan ytra yang memiliki arti perjalanan suci.
Melalui tema dan pameran itu, Balai Pelestarian Kebudayaan terus menerus berupaya dan mencoba menampilkan jejak perjalanan peradaban Sumatera Selatan lintas periode, ujar Kristanto.
"Dalam pameran selama tiga hari itu ditampilkan ragam warisan budaya yang menjadi kekayaan dan kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan," kata Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI Kristanto Januardi di Palembang, Sabtu.
Dalam pameran tersebut ditampilkan juga beberapa peninggalan prasejarah hingga prasasti emas yang ada pada warisan budaya benda, replika kerangka manusia dari gua harimau menjadi objek yang mewakili periode prasejarah di Sumsel.
Objek yang dipamerkan itu dipilih karena merupakan bukti bahwa sekitar 2.000 tahun silam, daerah perbukitan di sisi barat Sumatera Selatan telah dihuni oleh manusia purba.
Kemudian pada periode berikutnya, jejak kejayaan Kedatuan Sriwijaya hingga Kesultanan Islam juga turut ditampilkan beberapa objek seperti prasasti emas, mata uang kuno, hingga kerangka kapal kuno.
Selain itu, terdapat pula hasil temuan masyarakat seperti alat tukar, ingot timah seberat 35 kg, manik-manik, songket Palembang dan penampilan kesenian khas Sumatera Selatan yakni beberapa tari tradisional dan tari kreasi, katanya.
Dia menjelaskan, pameran tersebut merupakan wadah bagi masyarakat di provinsi dengan 17 kabupaten dan kota itu untuk mengenal jejak warisan leluhur sehingga mereka dapat mempelajari dan memahami nilai-nilai luhur dari kebudayaan yang diwariskan hingga saat ini.
“Pameran ini menjadi wahana pertunjukan kekayaan budaya yang dimiliki oleh Sumsel dan diharapkan melalui pameran ini dapat memupuk semangat pelestarian dan kesadaran bahwa provinsi ini adalah wilayah yang kaya akan warisan budaya,” ujarnya.
Pameran tersebut mengusung tema ‘Maalap Siddhaytra: Sebuah Kisah Tentang Perjalanan Suci”.
Tema tersebut diambil dari guratan aksara dalam Prasasti Kedukan Bukit dimana prasasti yang ditemukan di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang.
Kata maalap dapat diartikan sebagai mengambil atau mencari lalu siddhaytra berasal dari dua kata berbahasa Sansakerta yakni siddha dan ytra yang memiliki arti perjalanan suci.
Melalui tema dan pameran itu, Balai Pelestarian Kebudayaan terus menerus berupaya dan mencoba menampilkan jejak perjalanan peradaban Sumatera Selatan lintas periode, ujar Kristanto.