Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjelaskan bahwa kondisi El Nino tidak mengurangi frekuensi hujan, terlebih saat Indonesia memasuki musim penghujan pada November 2023.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing diikuti di Jakarta, Senin, menyebut fenomena El Nino akan berlangsung hingga Maret-April 2024.
"Tapi kita sudah masuk peralihan, intensitas hujan akan kita alami lebih banyak. Jadi pengaruh El Nino itu bukan mengurangi hujannya, tapi di fase tidak hujannya dia kan cuacanya akan lebih tinggi dari rata-rata biasa," ujar Abdul.
Abdul mengatakan, BNPB kini masih memantau kondisi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di enam provinsi prioritas yakni Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
"Meski di bulan November sudah 60 persen wilayah Indonesia masuk musim hujan, tapi kita tetap memperhatikan perkembangan pengendalian karhutla di enam provinsi prioritas. Alhamdulillah sampai akhir musim kemarau ini bapak Presiden tidak ke daerah yang kena karhutla. Artinya pengendalian kita cukup efektif," ujar Abdul.
Menurut dia, pengalaman karhutla terparah pada 2015 dan 2019 membuat Presiden RI Joko Widodo meninjau langsung ke lapangan, dan memberikan atensi pada wilayah-wilayah terdampak parah. Sehingga dengan demikian hal ini merupakan hasil kerja bersama kementerian dan lembaga, pemerintah pusat dan daerah.
BNPB mengimbau kewaspadaan untuk potensi banjir dan hujan intensitas tinggi seperti di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara, dan Maluku Utara.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing diikuti di Jakarta, Senin, menyebut fenomena El Nino akan berlangsung hingga Maret-April 2024.
"Tapi kita sudah masuk peralihan, intensitas hujan akan kita alami lebih banyak. Jadi pengaruh El Nino itu bukan mengurangi hujannya, tapi di fase tidak hujannya dia kan cuacanya akan lebih tinggi dari rata-rata biasa," ujar Abdul.
Abdul mengatakan, BNPB kini masih memantau kondisi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di enam provinsi prioritas yakni Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
"Meski di bulan November sudah 60 persen wilayah Indonesia masuk musim hujan, tapi kita tetap memperhatikan perkembangan pengendalian karhutla di enam provinsi prioritas. Alhamdulillah sampai akhir musim kemarau ini bapak Presiden tidak ke daerah yang kena karhutla. Artinya pengendalian kita cukup efektif," ujar Abdul.
Menurut dia, pengalaman karhutla terparah pada 2015 dan 2019 membuat Presiden RI Joko Widodo meninjau langsung ke lapangan, dan memberikan atensi pada wilayah-wilayah terdampak parah. Sehingga dengan demikian hal ini merupakan hasil kerja bersama kementerian dan lembaga, pemerintah pusat dan daerah.
BNPB mengimbau kewaspadaan untuk potensi banjir dan hujan intensitas tinggi seperti di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara, dan Maluku Utara.