Jakarta (ANTARA) - Manakala turnamen ini kickoff pada Hari Pahlawan, 10 November 2023, di Kota Pahlawan, Surabaya, maka Indonesia memulai petualangan sebagai negara Asia keenam yang menjadi tuan rumah Piala Dunia U17.
Lima negara Asia lain yang pernah menjadi tuan rumah turnamen dua tahunan ini adalah China pada 1985, Jepang pada 1993, Korea Selatan pada 2007, Uni Emirat Arab pada 2013, dan India pada 2017.
Piala Dunia U17 memang kalah gemerlap dari pada Piala Dunia U20 yang gagal digelar di Indonesia, apalagi dibandingkan dengan Piala Dunia senior yang edisi terkininya diadakan tahun lalu.
Namun begitu, tetap akan mengasyikkan melihat sebuah turnamen FIFA yang baru kali ini diikuti Indonesia, bahkan dalam status tuan rumah.
Mungkin tak akan banyak suporter asing yang datang langsung menyaksikan turnamen ini. Namun para pemandu bakat global bakal tercurah mengikuti talenta-talenta muda sejagat beraksi di Indonesia.
Pendukung Indonesia yang selalu antusias bisa mengisi ketidakhadiran pendukung asing itu, khususnya dalam setiap laga Iqbal Gwijangge cs.
Dalam era di mana media sosial mewarnai hampir seluruh sendi kehidupan, bersiaplah melihat hal-hal viral dari turnamen ini, entah tentang talenta, teknik, dedikasi, atau bahkan patriotisme, di dalam stadion maupun di luar stadion.
Yang pasti, Piala Dunia U17 menjadi kawah candra dimuka untuk para pemain besar dunia yang merengkuh trofi-trofi bergengsi, dari Liga Champions sampai Piala Dunia.
Pemain-pemain seperti Emmanuel Petit, Ronaldhino, Gianluigi Buffon, Iker Casillas, Xavi Alonso, Andres Iniesta, Toni Kroos, Emiliano Martinez, dan Nicolas Tagliafico, adalah di antara alumni Piala Dunia U17 yang berhasil pula merengkuh trofi Piala Dunia senior.
Masih ada Neymar, Alisson Becker, Casemiro, Marc-Andre ter Stegen, Heungmin Son, Marquinhos, Victor Osimhen, Trent Alexander-Arnold, Phil Foden, dan Pedri yang masih aktif bermain di teater sepak bola global, termasuk Piala Dunia Qatar setahun lalu, kecuali Osimhen.
Jejak emas mereka pasti ditapaki pula oleh talenta-talenta muda masa kini yang segera merumput di Gelora Bung Tomo di Surabaya, Stadion Manahan di Solo, JIS di Jakarta, dan Si Jalak Harupat di Kabupaten Bandung.
Jejak tuan rumah sebelumnya
Sejak edisi pertama turnamen ini pada 1985, sudah sembilan negara dari empat benua menjuarai turnamen tingkat paling junior FIFA ini.
Mereka adalah empat tim dari Eropa (Prancis, Swiss, Inggris, Uni Soviet), dua dari Afrika (Nigeria dan Ghana), dua dari Amerika (Brazil dan Meksiko), dan satu dari Asia (Arab Saudi).
Hanya Nigeria yang sudah lima kali menjuarai turnamen ini, sedangkan Brazil empat kali, termasuk edisi terakhir 2019. Saudi menjadi satu-satunya tim Asia yang menjuarai turnamen ini.
Dari sembilan negara yang menjuarai turnamen ini, empat di antaranya lolos ke Indonesia 2023, yakni Meksiko, Brazil, Prancis, dan Inggris.
Juara bertahan Brazil dan Inggris akan sekandang di Grup C bersama Iran dan Kaledonia Baru, sedangkan Prancis menghuni Grup E bersama Burkina Faso, Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Meksiko berkerumun dengan Jerman yang juara Piala Eropa U17 2023, Venezuela dan Selandia Baru, di Grup F. Sedangkan tuan rumah Indonesia mengisi Grup A bersama Ekuador, Panama dan Maroko, untuk bertanding di Gelora Bung Tomo.
Akan sejauh manakah perjalanan Garuda Muda dalam turnamen FIFA pertama yang diikuti Indonesia setelah Piala Dunia 1938 ketika masih bernama Hindia Belanda ini? Dapatkah status tuan rumah membantu Indonesia mencetak hasil bagus?
Dari 18 tuan rumah Piala Dunia U17 sebelum Indonesia, sembilan gagal ke babak gugur, termasuk Kanada, Trinidad & Tobago, Uni Emirat Arab dan India yang tidak pernah menang satu kali pun.
India hanya bisa memasukkan satu gol, tapi kebobolan sembilan gol, sedangkan Uni Emirat Arab kebobolan 10 gol dan cuma dua kali menciptakan gol.
Hanya dua negara yang menyandingkan status tuan rumah dengan status juara dunia U17, yakni Meksiko pada 2011 dan Brasil pada 2019. Sedangkan China pada 1985 dan Jepang pada 1993 menjadi dua tuan rumah asal Asia yang berhasil melewati fase grup.
Apakah Indonesia akan mengikuti jejak China dan Jepang atau mengulangi jejak India dan Uni Emirat Arab? Kita lihat nanti.
Dukungan penonton
Skuad bimbingan Bima Sakti memang dihadapkan kepada lawan-lawan lumayan berat. Ekuador misalnya, lolos ke Indonesia dengan menyandang predikat peringkat kedua Piala Amerika U17 2023 di bawah Brasil dengan selisih hanya dua poin.
Enam kali mengikuti turnamen ini dan dua kali mencapai perempatfinal, Ekuador memiliki sejumlah pemain berbahaya seperti Kendry Paez dan Michael Bermudez.
Namun, kekuatan terbesar mereka mungkin terletak pada kepaduannya, karena dibentuk di atas fondasi skuad yang delapan pemain di antaranya berasal dari klub yang sama, Independiente Del Valle. Ini membuat tim lama terbiasa bermain bersama.
Akan halnya Maroko, mereka terdiri dari talenta-talenta yang bergabung bersama klub-klub besar Eropa, mulai Juventus, Paris Saint Germain, Eintracht Frankfurt, Anderlecht, Lille, sampai Ajax Amsterdam, di samping enam pemain akademi mudanya.
Lolos ke Indonesia sebagai finalis Piala Afrika U17 2023 setelah takluk 1-2 kepada Senegal yang menjadi juara Afrika U17 edisi itu, Maroko pernah mencapai 16 besar Piala Dunia U17 pada 2013.
Akan halnya Panama, tim ini juga lumayan bagus. Mereka lolos setelah menjadi semifinalis Concacaf U17 2023 usai kalah 0-5 dari Meksiko yang menjuarai Concacaf U17 edisi itu.
Tim yang pernah melewati fase grup pada 2011 itu juga dibangun dari segelintir klub sama yang membuatnya terbiasa tampil bersama sehingga mendorongnya menjadi tim yang solid.
Kendati begitu, belum tentu tim yang disusun dari banyak klub seperti Indonesia, tak sesolid tim-tim yang dibentuk dari klub-klub yang sama atau pemain-pemain yang merasakan atmosfer kompetisi ketat seperti Eropa.
Indonesia sendiri membawa pemain-pemain yang di antaranya menjadi bagian dari skuad yang sukses dalam Piala AFF U16 setahun lalu.
Indonesia akan mengandalkan pemain-pemain seperti kiper Andrika Fathir Rachman, duo bek tengah Sulthan Zaky dan Iqbal Gwijangge, para gelandang seperti Achmad Zidan, Figo Dennis, Muhammad Kafiatur Rizky, dan trio serang Muhammad Rifki Afrisal, Nabil Asyura dan Arkhan Kaka.
Masih ada Welber Jardim yang bermain untuk Sau Paulo di Brazil dan Amar Brkic yang bergabung dengan Hoffeinheim di Jerman. Mereka bisa membantu Indonesia mengenali pola bermain Amerika atau menularkan atmosfer Eropa kala melawan Maroko yang dihuni pemain-pemain berakar Eropa.
Tangan dingin pelatih Bima Sakti diharapkan bisa meracik tim dan memasang strategi tepat seperti dia lakukan setahun lalu ketika mengantarkan Indonesia merebut Piala AFF U16.
Di atas itu semua, sepak bola bisa tentang banyak hal, tak cuma teknis dan statistik. Ada faktor seperti daya juang dan semangat, yang salah satunya bisa turut dirangsang dari dukungan besar penonton.
Dukungan fanatik dari penonton bisa menginfeksikan energi lebih dan semangat ekstra kepada pemain sehingga memicu mereka untuk tampil lebih baik, kompak dan spartan guna mencetak hasil bagus.
Lima negara Asia lain yang pernah menjadi tuan rumah turnamen dua tahunan ini adalah China pada 1985, Jepang pada 1993, Korea Selatan pada 2007, Uni Emirat Arab pada 2013, dan India pada 2017.
Piala Dunia U17 memang kalah gemerlap dari pada Piala Dunia U20 yang gagal digelar di Indonesia, apalagi dibandingkan dengan Piala Dunia senior yang edisi terkininya diadakan tahun lalu.
Namun begitu, tetap akan mengasyikkan melihat sebuah turnamen FIFA yang baru kali ini diikuti Indonesia, bahkan dalam status tuan rumah.
Mungkin tak akan banyak suporter asing yang datang langsung menyaksikan turnamen ini. Namun para pemandu bakat global bakal tercurah mengikuti talenta-talenta muda sejagat beraksi di Indonesia.
Pendukung Indonesia yang selalu antusias bisa mengisi ketidakhadiran pendukung asing itu, khususnya dalam setiap laga Iqbal Gwijangge cs.
Dalam era di mana media sosial mewarnai hampir seluruh sendi kehidupan, bersiaplah melihat hal-hal viral dari turnamen ini, entah tentang talenta, teknik, dedikasi, atau bahkan patriotisme, di dalam stadion maupun di luar stadion.
Yang pasti, Piala Dunia U17 menjadi kawah candra dimuka untuk para pemain besar dunia yang merengkuh trofi-trofi bergengsi, dari Liga Champions sampai Piala Dunia.
Pemain-pemain seperti Emmanuel Petit, Ronaldhino, Gianluigi Buffon, Iker Casillas, Xavi Alonso, Andres Iniesta, Toni Kroos, Emiliano Martinez, dan Nicolas Tagliafico, adalah di antara alumni Piala Dunia U17 yang berhasil pula merengkuh trofi Piala Dunia senior.
Masih ada Neymar, Alisson Becker, Casemiro, Marc-Andre ter Stegen, Heungmin Son, Marquinhos, Victor Osimhen, Trent Alexander-Arnold, Phil Foden, dan Pedri yang masih aktif bermain di teater sepak bola global, termasuk Piala Dunia Qatar setahun lalu, kecuali Osimhen.
Jejak emas mereka pasti ditapaki pula oleh talenta-talenta muda masa kini yang segera merumput di Gelora Bung Tomo di Surabaya, Stadion Manahan di Solo, JIS di Jakarta, dan Si Jalak Harupat di Kabupaten Bandung.
Jejak tuan rumah sebelumnya
Sejak edisi pertama turnamen ini pada 1985, sudah sembilan negara dari empat benua menjuarai turnamen tingkat paling junior FIFA ini.
Mereka adalah empat tim dari Eropa (Prancis, Swiss, Inggris, Uni Soviet), dua dari Afrika (Nigeria dan Ghana), dua dari Amerika (Brazil dan Meksiko), dan satu dari Asia (Arab Saudi).
Hanya Nigeria yang sudah lima kali menjuarai turnamen ini, sedangkan Brazil empat kali, termasuk edisi terakhir 2019. Saudi menjadi satu-satunya tim Asia yang menjuarai turnamen ini.
Dari sembilan negara yang menjuarai turnamen ini, empat di antaranya lolos ke Indonesia 2023, yakni Meksiko, Brazil, Prancis, dan Inggris.
Juara bertahan Brazil dan Inggris akan sekandang di Grup C bersama Iran dan Kaledonia Baru, sedangkan Prancis menghuni Grup E bersama Burkina Faso, Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Meksiko berkerumun dengan Jerman yang juara Piala Eropa U17 2023, Venezuela dan Selandia Baru, di Grup F. Sedangkan tuan rumah Indonesia mengisi Grup A bersama Ekuador, Panama dan Maroko, untuk bertanding di Gelora Bung Tomo.
Akan sejauh manakah perjalanan Garuda Muda dalam turnamen FIFA pertama yang diikuti Indonesia setelah Piala Dunia 1938 ketika masih bernama Hindia Belanda ini? Dapatkah status tuan rumah membantu Indonesia mencetak hasil bagus?
Dari 18 tuan rumah Piala Dunia U17 sebelum Indonesia, sembilan gagal ke babak gugur, termasuk Kanada, Trinidad & Tobago, Uni Emirat Arab dan India yang tidak pernah menang satu kali pun.
India hanya bisa memasukkan satu gol, tapi kebobolan sembilan gol, sedangkan Uni Emirat Arab kebobolan 10 gol dan cuma dua kali menciptakan gol.
Hanya dua negara yang menyandingkan status tuan rumah dengan status juara dunia U17, yakni Meksiko pada 2011 dan Brasil pada 2019. Sedangkan China pada 1985 dan Jepang pada 1993 menjadi dua tuan rumah asal Asia yang berhasil melewati fase grup.
Apakah Indonesia akan mengikuti jejak China dan Jepang atau mengulangi jejak India dan Uni Emirat Arab? Kita lihat nanti.
Dukungan penonton
Skuad bimbingan Bima Sakti memang dihadapkan kepada lawan-lawan lumayan berat. Ekuador misalnya, lolos ke Indonesia dengan menyandang predikat peringkat kedua Piala Amerika U17 2023 di bawah Brasil dengan selisih hanya dua poin.
Enam kali mengikuti turnamen ini dan dua kali mencapai perempatfinal, Ekuador memiliki sejumlah pemain berbahaya seperti Kendry Paez dan Michael Bermudez.
Namun, kekuatan terbesar mereka mungkin terletak pada kepaduannya, karena dibentuk di atas fondasi skuad yang delapan pemain di antaranya berasal dari klub yang sama, Independiente Del Valle. Ini membuat tim lama terbiasa bermain bersama.
Akan halnya Maroko, mereka terdiri dari talenta-talenta yang bergabung bersama klub-klub besar Eropa, mulai Juventus, Paris Saint Germain, Eintracht Frankfurt, Anderlecht, Lille, sampai Ajax Amsterdam, di samping enam pemain akademi mudanya.
Lolos ke Indonesia sebagai finalis Piala Afrika U17 2023 setelah takluk 1-2 kepada Senegal yang menjadi juara Afrika U17 edisi itu, Maroko pernah mencapai 16 besar Piala Dunia U17 pada 2013.
Akan halnya Panama, tim ini juga lumayan bagus. Mereka lolos setelah menjadi semifinalis Concacaf U17 2023 usai kalah 0-5 dari Meksiko yang menjuarai Concacaf U17 edisi itu.
Tim yang pernah melewati fase grup pada 2011 itu juga dibangun dari segelintir klub sama yang membuatnya terbiasa tampil bersama sehingga mendorongnya menjadi tim yang solid.
Kendati begitu, belum tentu tim yang disusun dari banyak klub seperti Indonesia, tak sesolid tim-tim yang dibentuk dari klub-klub yang sama atau pemain-pemain yang merasakan atmosfer kompetisi ketat seperti Eropa.
Indonesia sendiri membawa pemain-pemain yang di antaranya menjadi bagian dari skuad yang sukses dalam Piala AFF U16 setahun lalu.
Indonesia akan mengandalkan pemain-pemain seperti kiper Andrika Fathir Rachman, duo bek tengah Sulthan Zaky dan Iqbal Gwijangge, para gelandang seperti Achmad Zidan, Figo Dennis, Muhammad Kafiatur Rizky, dan trio serang Muhammad Rifki Afrisal, Nabil Asyura dan Arkhan Kaka.
Masih ada Welber Jardim yang bermain untuk Sau Paulo di Brazil dan Amar Brkic yang bergabung dengan Hoffeinheim di Jerman. Mereka bisa membantu Indonesia mengenali pola bermain Amerika atau menularkan atmosfer Eropa kala melawan Maroko yang dihuni pemain-pemain berakar Eropa.
Tangan dingin pelatih Bima Sakti diharapkan bisa meracik tim dan memasang strategi tepat seperti dia lakukan setahun lalu ketika mengantarkan Indonesia merebut Piala AFF U16.
Di atas itu semua, sepak bola bisa tentang banyak hal, tak cuma teknis dan statistik. Ada faktor seperti daya juang dan semangat, yang salah satunya bisa turut dirangsang dari dukungan besar penonton.
Dukungan fanatik dari penonton bisa menginfeksikan energi lebih dan semangat ekstra kepada pemain sehingga memicu mereka untuk tampil lebih baik, kompak dan spartan guna mencetak hasil bagus.