Toba Samosir, Sumut (ANTARA) - Bendungan Sigura-gura dan Bendungan Tangga menjadi ikonik karena gambarnya menghiasi salah satu sisi uang kertas pecahan Rp100 yang dirilis Bank Indonesia pada 1984 dan ditarik dari peredaran sejak 1995.
Meskipun bendungan ikonik yang berada di kawasan Desa Paritohan, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara itu berusia hampir setengah abad (selesai dibangun 1981) hingga kini masih berfungsi dan terawat dengan baik.
Kedua bendungan tersebut hingga kini berdiri kokoh sebagai bagian dari fasilitas pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Desa Paritohan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik kegiatan pabrik peleburan/pemurnian (smelter) aluminium PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) di Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara, Sumut.
Menurut Corporate Secretary PT Inalum Mahyaruddin Ende, Bendungan PLTA Sigura-gura dan Tangga merupakan fasilitas penting untuk memasok energi listrik bagi 'smelter' di Kuala Tanjung.
Stasiun Pembangkit Tangga memiliki empat unit generator dengan total kapasitas sebesar 317 Megawatt (MW).
Generator tersebut digerakkan dorongan air Bendungan Tangga dari ketinggian 82 meter dengan debit air normal sebesar 111,9 meter kubik per detik.
Bendungan Tangga merupakan bendungan yang terbuat dari beton memiliki bentuk cekung yang disebut busur merupakan bendungan dengan tipe busur pertama di Indonesia.
Selain Bendungan Tangga, Inalum juga mengelola bendungan dan PLTA Sigura-gura serta satu bendungan pengatur.
Bendungan Sigura-gura berjarak sekitar 4,9 km dari Bendungan Tangga. PLTA Sigura-gura dan Tangga dibangun oleh perusahaan Nippon Koei dari Jepang sejak 1978 dan mulai beroperasi pada 1981.
Bendungan Sigura-gura memiliki tinggi sekitar 43 meter dengan kapasitas debit air normal hingga 105,4 meter kubik per detik.
Seperti Bendungan Tangga, Bendungan Sigura-gura berfungsi memberikan sumber air untuk menggerakkan stasiun pembangkit.
Bedanya, pembangkit Sigura-gura berada di kedalaman 200 meter dan merupakan PLTA bawah tanah pertama di Indonesia.
Waduk atau Bendungan Sigura-gura adalah bendungan yang terletak 23,3 km dari hulu Sungai Asahan (Danau Toba) atau 8,8 km dari Bendungan Siruar atau satu kilometer di hilir Air Terjun Sigura-gura.
Bendungan ini merupakan bendungan terbesar di Indonesia setelah Bendungan Sutami/Karangkates, Malang, Jawa Timur.
Fasilitas tersebut berfungsi untuk menjamin ketersediaan volume air dan besarnya energi air yang diperlukan bagi pembangkit tenaga listrik di PLTA Sigura-gura.
Sumber air untuk pembangkitan diperoleh sepenuhnya dari pengaliran air Sungai Asahan yang berasal dari Danau Toba
Bendungan Sigura-gura berjenis struktur beton gravity dengan tinggi bendungan 46 meter dari dasar Sungai Asahan dengan volume 6.140.000 m3 .
Bendungan itulah dibangun dengan tujuan utama sebagai lokasi untuk mengkonversi energi potensial dan kinetik air menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin dan generator.
Fungsi bendungan sebagai wadah untuk mengendalikan aliran air secara teratur melalui turbin hidrolik, sehingga energi mekanik dari air dapat diubah menjadi energi listrik.
Bendungan bekerja untuk menciptakan reservoir tempat air disimpan pada ketinggian tertentu.
Ketinggian dan laju aliran air dari reservoir ini melalui turbin yang kemudian menentukan seberapa banyak listrik yang dapat dihasilkan.
Rangkaian proses tersebut dapat dihitung menggunakan persamaan daya hidroelektrik. Semakin tinggi bendungan, semakin banyak listrik yang dihasilkan.
Bagian atas bendungan terdapat pintu yang digunakan untuk memblokir atau mengizinkan pelepasan air dari reservoir yang dibuka atau ditutup sesuai dengan kebutuhan listrik.
Antara puncak bendungan dan turbin terdapat serangkaian saluran yang disebut 'penstock' yang memandu air ke bawah dan mengontrol kemiringan air jatuh untuk memastikan efisiensi maksimal bendungan.
Akhirnya, turbin dapat ditempatkan dalam struktur bendungan itu sendiri, dan di sinilah konversi energi terjadi.
Setelah air melewati turbin, air dilepaskan melalui saluran ekor ke bawah bendungan kembali ke Sungai Asahan, kata Mahyaruddin.
Bendungan Tangga di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. (ANTARA/Yudi Abdullah)
Sementara Humas PT Inalum Lambas ketika mendampingi belasan wartawan finalis lomba karya jurnalistik MIND ID 2023 berkunjung ke objek vital PT Inalum yakni Bendungan Sigura-gura dan Tangga pada pertengahan Oktober 2023 menjelaskan bahwa bendungan itu hingga kini tetap berfungsi menggerakkan turbin dan generator dua PLTA sumber energi listrik smelter PT Inalum.
PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) hingga 2023 ini mampu mempertahankan sumber air bendungan untuk menggerakkan dua Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas 603 Mega Watt (MW) yang beroperasi sejak 1982 untuk sumber energi menggerakkan pabrik peleburan (smelter) aluminium di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
"Pembangkit listrik Sigura-gura dan Tangga berusia hampir setengah abad yang berlokasi di Desa Paritohan, Kabupaten Toba Samosir bisa terus dipertahankan dengan perawatan rutin, jangka menengah, dan perawatan jangka panjang," ujarnya.
Menurut dia, untuk mempertahankan PLTA tersebut tetap beroperasi baik, selain melakukan perawatan turbin dan perangkat pendukungnya, juga dilakukan program pelestarian lingkungan untuk mempertahankan sumber daya air bendungan.
Untuk menggerakkan turbin PLTA Sigura-gura dan PLTA Tangga mengandalkan bendungan yang sumber airnya dari Danau Toba, sehingga perlu dijaga pelestarian lingkungan Kabupaten Toba Samosir dan daerah sekitar wilayah Sumut lainnya yang menjadi tangkapan air.
Air Danau Toba mengalir melalui Sungai Asahan menuju Selat Malaka melewati kedua PLTA Inalum Operating di Kabupaten Toba Samosir.
"Dengan demikian, perusahaan memiliki kepentingan menjaga tinggi muka air (TMA) Danau Toba sepanjang tahun pada level tertentu, baik pada musim kemarau maupun musim hujan agar ketersediaan air bagi pembangkit dapat terjaga," ujarnya.
Perusahaan senantiasa melakukan pemantauan untuk menghindari kekurangan air bagi masyarakat saat musim kemarau, begitu juga sebaliknya saat musim hujan menghindari pasokan air yang berlebih.
PLTA Inalum Operating juga selalu memitigasi potensi banjir saat musim hujan khususnya saat terjadi limpasan air dari bendungan penadah Sigura-gura dan Tangga.
Adapun, untuk menjaga pasokan air, perusahaan bekerja sama dengan pemangku kepentingan merawat kelestarian kawasan Danau Toba mulai dari sungai-sungai yang memasok air ke danau tersebut dan daerah tangkapan air hingga ke daerah aliran Sungai Asahan.
"Kegiatan pelestarian lingkungan itu meliputi pemantauan dan penelitian serta upaya reboisasi lahan kritis untuk mendukung pemulihan cadangan air," ujarnya.
Dia menjelaskan PLTA Sigura-gura memiliki kapasitas 286 MW dengan rincian terdapat empat turbin berkapasitas 71,5 MW.
Sedangkan PLTA Tangga berkapasitas 317 MW memiliki empat turbin masing-masing berkapasitas 79,2 MW.
"Kami mohon doa semua pihak dan lapisan masyarakat, agar PLTA senantiasa diberikan keselamatan, dapat terus menjaga keandalan operasional, serta tetap dapat menyuplai energi pabrik smelter perusahaan holding BUMN Pertambangan MIND ID itu," ujar Humas PT Inalum.
Bina lingkungan
Untuk menjaga agar dua PLTA sumber energi PT Inalum tersebut tetap andal beroperasi menyuplai energi pabrik smelter perusahaan holding BUMN Pertambangan MIND ID itu dilakukan kegiatan pembinaan lingkungan di sekitar daerah operasional pembangkit listrik dan pabrik peleburan aluminium (smelter).
Kegiatan bina lingkungan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan (TJSL/CSR) yang didukung dana miliaran rupiah dan tim pendamping yang profesional disiapkan sejumlah kegiatan sesuai dengan aspirasi masyarakat.
Khusus kegiatan di daerah tangkapan air Danau Toba yang menjadi sumber air menggerakkan PLTA Sigura-gura dan Tangga seperti di Desa Adat Ragi Hotang dan Desa Wisata Meat, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba Samosir, Sumut dilakukan kegiatan pelestarian seni budaya dan adat yang merupakan kearifan lokal serta pengembangan wisata air.
PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) sejak beberapa tahun terakhir membina ratusan penenun ulos di Desa Adat Ragi Hotang dan sekitarnya.
Pembinaan penenun ulos sebagai upaya pelestarian budaya kearifan lokal agar tetap banyak masyarakat yang bisa menenun dan ulos sebagai pakaian adat Batak terus dinikmati generasi penerus,.
Vice Presiden TJSL Inalum Zainuddin Iqbal Sidabutar di Desa Meat, Kabupaten Toba Samosir, menjelaskan Desa Adat Ragi Hotang yang berada di sekitar Desa Wisata Meat, selain memiliki banyak penenun ulos, juga terdapat rumah adat yang berusia lebih dari satu abad atau di atas 100 tahun.
Keberadaan penenun ulos dan rumah adat Batak menjadi daya tarik yang besar bagi wisatawan lokal dan mancanegara untuk berkunjung ke desa tersebut.
Untuk menyambut wisatawan berkunjung ke kawasan Desa Wisata Meat, pihaknya memfasilitasi masyarakat membangun rumah penginapan (home stay) untuk wisatawan yang akan bermalam di kawasan wisata tersebut.
"Dalam beberapa tahun terakhir kami telah membantu pembangunan 14 home stay di Desa Wisata Meat, Kabupaten Toba Samosir," ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga membantu masyarakat di sekitar Desa Meat yang berada di pinggir Danau Toba mengembangkan wisata air.
Untuk mengembangkan wisata air, pihaknya membantu pembangunan dermaga, memberikan beberapa perahu jenis kayak dan mainan bebek.
Sementara khusus remaja .putri dan ibu-ibu Desa Meat, pihaknya memfasilitasi pembangunan sanggar tari serta pembinaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Untuk mengembangkan UMKM di berikan pelatihan membuat makanan olahan bakso goreng (basreng) yang memanfaatkan ikan Danau Toba sebagai bahan baku dan dibantu penjualannya melalui Rumah BUMN Inalum, kata Iqbal.
Sementara Ketua Desa Adat Ragi Hotang Meat Guntur Sianipar mengatakan dia bersama masyarakat adatnya terus berupaya melestarikan semua budaya yang menjadi kearifan lokal seperti tenun ulos Ragi Hotang dan rumah adat Sopo dan Bolon.
Rumah Sopo merupakan rumah adat yang digunakan nenek moyangnya sejak ratusan tahun lalu sebagai tempat lumbung padi.
Sedangkan Rumah Bolon merupakan rumah tempat hunian yang di dalamnya banyak terdapat ruangan yang menjadi tempat tinggal beberapa kepala keluarga.
Untuk tetap melestarikan rumah adat yang terbuat dari kayu itu pihaknya pada 2017 pernah dibantu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan PT Inalum.
"PT Inalum salah satu BUMN yang memiliki kegiatan usaha di Kabupaten Toba Samosir sangat mendukung kami mempertahankan budaya menjadi nilai tambah wisata," kata Guntur Sianipar.
Sementara di kawasan yang berada di sekitar smelter,
PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) menggalakkan upaya peningkatan pendapatan keluarga (UP2K).
Salah satu kegiatan UP2K itu dilakukan di Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Lima Puluh Pesisir yang dikenal sebagai lumbung cabai Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara.
"Untuk menggalakkan UP2K sebagai peningkatan kesejahteraan masyarakat di lumbung cabai tersebut, petani dan keluarganya dibina mengembangkan produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) memanfaatkan bahan baku cabai," kata Staf Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (CSR) PT Inalum Efendi Ibrahim di Desa Lubuk Cuik, Kabupaten Batu Bara.
Efendi menjelaskan upaya peningkatan pendapatan keluarga dilakukan untuk mengatasi masalah saat harga cabai anjlok.
Saat harga anjlok, biasanya petani membiarkan kebun cabainya tidak dipanen karena upah pekerja yang membantu memetik cabai lebih besar atau sama dengan hasil penjualan.
Berdasarkan permasalahan itu, melalui Program UP2K petani diberikan pelatihan pengolahan cabai menjadi beberapa produk, sehingga tidak mengandalkan penjualan cabai segar.
Pelatihan yang diberikan seperti membuat saos sambal, bubuk cabai, minyak cabai dan beberapa produk turunannya termasuk cara pengemasan dan pemasaran.
Dengan pengembangan UMKM melalui Program UP2K dari petani cabai Desa Lubuk Cuik berhasil membuat produk saos sambal, bubuk cabai, minyak cabai dan beberapa produk turunannya seperti makanan ringan keripik emping pedas.
Produk olahan cabai tersebut saat ini dipasarkan oleh Kelompok UP2K Petani Cabai Lubuk Cuik di toko, pasar, mini market yang ada di Kabupaten Batu Bara, Medan, dan dibantu juga pemasaran secara digital/daring (online) serta berbagai kegiatan pameran produk UMKM di Sumatera Utara dan Jakarta, kata Efendi.
Sementara Ketua Kelompok Wanita Tani Seroja yang juga Ketua UP2K Desa Lubuk Cuik Shinta (33) menjelaskan, bantuan PT Inalum kepada petani cabai di desanya sangat dirasakan manfaatnya.
Sebelum Tim CSR PT Inalum masuk membantu mereka membangun infrastruktur seperti irigasi, saung, dan pelatihan pengembangan UMKM pada 2015, kegiatan pertanian kurang maksimal dan tidak fokus pada komoditas yang sesuai dengan kondisi lingkungan desa.
"Masyarakat Desa Lubuk Cuik memanfaatkan lahan untuk bersawah atau menanam padi, menanam bawang, dan cabai, kini lebih fokus dengan tanaman cabai dengan luas lahan yang dimanfaatkan mencapai 85 hektare," ujarnya.
Khusus Kelompok Wanita Tani Seroja dengan anggota 16 orang, mengelola lahan seluas enam hektare dengan hasil maksimal 18 ton cabai per tahun/ha.
Cabai yang dihasilkan dari lahan yang ada di Desa Lubuk Cuik sebagian besar dijual secara langsung ke pasar lokal dalam wilayah Kabupaten Batu Bara dan beberapa daerah lainnya di dalam dan luar Sumut.
Sedangkan yang diolah menjadi beberapa produk turunan hanya sebagian kecil dan pada saat terjadi penurunan harga cabai segar di pasaran.
"Petani masih mengandalkan penjualan cabai segar karena secara ekonomi menguntungkan rata-rata 25 ribu per kilogramnya, dan pada saat harga turun pada harga di bawah Rp10.000 baru diolah menjadi berbagai produk olahan cabai dan turunannya," ujar Ketua UP2K Lumbung Cabai Desa Lubuk Cuik.
Sementara Pj Kades Lubuk Cuik Hamida menjelaskan bahwa penduduk di desanya mencapai 4.036 jiwa dari jumlah itu 1.157 jiwa berprofesi sebagai petani.
Kegiatan bertani masyarakat Desa Lubuk Cuik sebagian besar masih mengolah sawah, dan sebagian lagi mengembangkan perkebunan cabai.
"Aktivitas pertanian masyarakat di desa kami mendapat dukungan PT Inalum seperti pembangunan irigasi, penyediaan bibit unggul, dan pupuk. Saya mengucapkan terima kasih kepada produsen aluminium yang ada di daerah ini atas berbagai bantuan yang telah diberikan kepada masyarakat," ujar Kades Lubuk Cuik Hamida.
Tingkatkan produksi
Dengan terpeliharanya keandalan pasokan energi listrik ke smelter dari dua pembangkit tua berusia hampir setengah abad PLTA Sigura-gura dan PLTA Tangga serta terpeliharanya hubungan baik dengan masyarakat melalui program TJSL/CSR, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) berupaya meningkatkan produksi memberi nilai tambah melalui pengembangan hilirisasi produk.
Untuk meningkatkan produksi aluminium dan beberapa produk turunannya, induk holding perusahaan tambang MIND UD itu secara bertahap mengoptimalkan 510 pot atau tungku pabrik peleburan (smelter) di Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara untuk mewujudkan produksi 300.00O ton aluminium pada 2024.
Superintendent Fasilitas Peleburan Smelter PT Inalum Yuda Putra Utama ketika menjelaskan kepada wartawan yang berkunjung ke pabrik di Kuala Tanjung pertengahan Oktober 2023, sekarang ini tengah dilakukan upgrade atau proses peralihan teknologi pot/tungku dari Jepang ke versi yang baru dari China.
"Untuk mengoptimalkan atau meningkatkan nilai tambah dari proses pengolahan aluminium di smelter dari 250.000 ton menjadi 300.000 ton, sekarang ini tengah dilakukan upgrading pot," ujarnya.
Menurut Yuda dari 510 tungku/pot yang terpasang baru 449 pot yang digunakan untuk kegiatan peleburan aluminium.
Sekarang ini kegiatan peleburan menggunakan 449 pot dari kapasitas terpasang 510 pot dengan rincian tiga jalur pot/tungku (pot line).
"Pot line I sekarang ini terdapat 167 tungku yang digunakan untuk peleburan alumina menjadi metal cair, pot line II terdapat 115 tungku, dan pot line III terdapat 167 tungku dengan kemampuan produksi/peleburan 1,3 ton alumina menjadi metal cair per pot/hari," ujar Yuda.
Tungku atau pot pada smelter PT Inalum di Kuala Tanjung melalui proses peralihan teknologi (upgrade) yang tengah berlangsung, kemampuan produksinya bisa meningkat menjadi 1,6 ton per hari/pot.
Kegiatan 'upgrade' ratusan pot smelter itu memungkinkan karena ada teknologi baru yang diadopsi dari China serta sumber energi listrik sendiri yang besar dari dua pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yakni PLTA Sigura-gura dan PLTA Tangga dengan kapasitas 603 Mega Watt (MW), kata Yuda.
Sementara Superintendent Fasilitas Pencetakan Metal Cair PT Inalum Danu menjelaskan bahwa melalui unitnya metal cair diolah dan dicetak menjadi tiga produk yakni aluminium ingot, aloy, dan billet yang secara keseluruhan produksinya mencapai 700 ton/hari.
Aluminium ingot merupakan aluminium murni memiliki karakteristik yang ringan, kuat, mudah dibentuk, tahan korosi, dan mempunyai konduktivitas listrik tinggi.
Kemudian aloy biasa digunakan industri otomotif seperti untuk membuat blok mesin dan velg, sedangkan billet biasa digunakan sebagai campuran material gerbong kereta api, rangka kendaraan bermotor dan digunakan secara luas pada konstruksi atap bangunan, kata Danu.
Sementara sebelumnya Direktur Utama PT Inalum Danny Praditya menjelaskan bahwa peningkatan
produksi perusahaannya didukung upaya peningkatan kapasitas produksi perusahaan melalui 'upgrading pot'.
PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang menjadi bagian Holding BUMN Pertambangan MIND ID sejak 2019, terus meningkatkan produksi dan hilirisasi produk sebagai upaya memberi nilai tambah bagi negeri dan kemandirian industri aluminium nasional.
Mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan atau ' 'Sustainable Development Goals (SDGs)', serta terpenuhinya sisi lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik (environmental, social, and governance -ESG), terutama pada aspek pengelolaan yang ramah lingkungan, kata Danny.
Melalui berbagai upaya yang dilakukan PT Inalum diharapkan sebagai satu-satunya produsen aluminium di Tanah Air bisa tumbuh berkembang maksimal dan memberikan kesejahteraan terutama bagi masyarakat di sekitar daerah operasional perusahaan.
Kemudian bisa melakukan ekspansi dengan mulus membangun pabrik peleburan atau pemurnian aluminium di Kalimantan Utara mewujudkan target peningkatan produksi hingga satu juta ton aluminium pada 2025.
Pelataran parkir di Bendungan Tangga di Paritohan Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. (ANTARA/Yudi Abdullah)
Meskipun bendungan ikonik yang berada di kawasan Desa Paritohan, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara itu berusia hampir setengah abad (selesai dibangun 1981) hingga kini masih berfungsi dan terawat dengan baik.
Kedua bendungan tersebut hingga kini berdiri kokoh sebagai bagian dari fasilitas pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Desa Paritohan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik kegiatan pabrik peleburan/pemurnian (smelter) aluminium PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) di Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara, Sumut.
Menurut Corporate Secretary PT Inalum Mahyaruddin Ende, Bendungan PLTA Sigura-gura dan Tangga merupakan fasilitas penting untuk memasok energi listrik bagi 'smelter' di Kuala Tanjung.
Stasiun Pembangkit Tangga memiliki empat unit generator dengan total kapasitas sebesar 317 Megawatt (MW).
Generator tersebut digerakkan dorongan air Bendungan Tangga dari ketinggian 82 meter dengan debit air normal sebesar 111,9 meter kubik per detik.
Bendungan Tangga merupakan bendungan yang terbuat dari beton memiliki bentuk cekung yang disebut busur merupakan bendungan dengan tipe busur pertama di Indonesia.
Selain Bendungan Tangga, Inalum juga mengelola bendungan dan PLTA Sigura-gura serta satu bendungan pengatur.
Bendungan Sigura-gura berjarak sekitar 4,9 km dari Bendungan Tangga. PLTA Sigura-gura dan Tangga dibangun oleh perusahaan Nippon Koei dari Jepang sejak 1978 dan mulai beroperasi pada 1981.
Bendungan Sigura-gura memiliki tinggi sekitar 43 meter dengan kapasitas debit air normal hingga 105,4 meter kubik per detik.
Seperti Bendungan Tangga, Bendungan Sigura-gura berfungsi memberikan sumber air untuk menggerakkan stasiun pembangkit.
Bedanya, pembangkit Sigura-gura berada di kedalaman 200 meter dan merupakan PLTA bawah tanah pertama di Indonesia.
Waduk atau Bendungan Sigura-gura adalah bendungan yang terletak 23,3 km dari hulu Sungai Asahan (Danau Toba) atau 8,8 km dari Bendungan Siruar atau satu kilometer di hilir Air Terjun Sigura-gura.
Bendungan ini merupakan bendungan terbesar di Indonesia setelah Bendungan Sutami/Karangkates, Malang, Jawa Timur.
Fasilitas tersebut berfungsi untuk menjamin ketersediaan volume air dan besarnya energi air yang diperlukan bagi pembangkit tenaga listrik di PLTA Sigura-gura.
Sumber air untuk pembangkitan diperoleh sepenuhnya dari pengaliran air Sungai Asahan yang berasal dari Danau Toba
Bendungan Sigura-gura berjenis struktur beton gravity dengan tinggi bendungan 46 meter dari dasar Sungai Asahan dengan volume 6.140.000 m3 .
Bendungan itulah dibangun dengan tujuan utama sebagai lokasi untuk mengkonversi energi potensial dan kinetik air menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin dan generator.
Fungsi bendungan sebagai wadah untuk mengendalikan aliran air secara teratur melalui turbin hidrolik, sehingga energi mekanik dari air dapat diubah menjadi energi listrik.
Bendungan bekerja untuk menciptakan reservoir tempat air disimpan pada ketinggian tertentu.
Ketinggian dan laju aliran air dari reservoir ini melalui turbin yang kemudian menentukan seberapa banyak listrik yang dapat dihasilkan.
Rangkaian proses tersebut dapat dihitung menggunakan persamaan daya hidroelektrik. Semakin tinggi bendungan, semakin banyak listrik yang dihasilkan.
Bagian atas bendungan terdapat pintu yang digunakan untuk memblokir atau mengizinkan pelepasan air dari reservoir yang dibuka atau ditutup sesuai dengan kebutuhan listrik.
Antara puncak bendungan dan turbin terdapat serangkaian saluran yang disebut 'penstock' yang memandu air ke bawah dan mengontrol kemiringan air jatuh untuk memastikan efisiensi maksimal bendungan.
Akhirnya, turbin dapat ditempatkan dalam struktur bendungan itu sendiri, dan di sinilah konversi energi terjadi.
Setelah air melewati turbin, air dilepaskan melalui saluran ekor ke bawah bendungan kembali ke Sungai Asahan, kata Mahyaruddin.
Sementara Humas PT Inalum Lambas ketika mendampingi belasan wartawan finalis lomba karya jurnalistik MIND ID 2023 berkunjung ke objek vital PT Inalum yakni Bendungan Sigura-gura dan Tangga pada pertengahan Oktober 2023 menjelaskan bahwa bendungan itu hingga kini tetap berfungsi menggerakkan turbin dan generator dua PLTA sumber energi listrik smelter PT Inalum.
PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) hingga 2023 ini mampu mempertahankan sumber air bendungan untuk menggerakkan dua Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas 603 Mega Watt (MW) yang beroperasi sejak 1982 untuk sumber energi menggerakkan pabrik peleburan (smelter) aluminium di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
"Pembangkit listrik Sigura-gura dan Tangga berusia hampir setengah abad yang berlokasi di Desa Paritohan, Kabupaten Toba Samosir bisa terus dipertahankan dengan perawatan rutin, jangka menengah, dan perawatan jangka panjang," ujarnya.
Menurut dia, untuk mempertahankan PLTA tersebut tetap beroperasi baik, selain melakukan perawatan turbin dan perangkat pendukungnya, juga dilakukan program pelestarian lingkungan untuk mempertahankan sumber daya air bendungan.
Untuk menggerakkan turbin PLTA Sigura-gura dan PLTA Tangga mengandalkan bendungan yang sumber airnya dari Danau Toba, sehingga perlu dijaga pelestarian lingkungan Kabupaten Toba Samosir dan daerah sekitar wilayah Sumut lainnya yang menjadi tangkapan air.
Air Danau Toba mengalir melalui Sungai Asahan menuju Selat Malaka melewati kedua PLTA Inalum Operating di Kabupaten Toba Samosir.
"Dengan demikian, perusahaan memiliki kepentingan menjaga tinggi muka air (TMA) Danau Toba sepanjang tahun pada level tertentu, baik pada musim kemarau maupun musim hujan agar ketersediaan air bagi pembangkit dapat terjaga," ujarnya.
Perusahaan senantiasa melakukan pemantauan untuk menghindari kekurangan air bagi masyarakat saat musim kemarau, begitu juga sebaliknya saat musim hujan menghindari pasokan air yang berlebih.
PLTA Inalum Operating juga selalu memitigasi potensi banjir saat musim hujan khususnya saat terjadi limpasan air dari bendungan penadah Sigura-gura dan Tangga.
Adapun, untuk menjaga pasokan air, perusahaan bekerja sama dengan pemangku kepentingan merawat kelestarian kawasan Danau Toba mulai dari sungai-sungai yang memasok air ke danau tersebut dan daerah tangkapan air hingga ke daerah aliran Sungai Asahan.
"Kegiatan pelestarian lingkungan itu meliputi pemantauan dan penelitian serta upaya reboisasi lahan kritis untuk mendukung pemulihan cadangan air," ujarnya.
Dia menjelaskan PLTA Sigura-gura memiliki kapasitas 286 MW dengan rincian terdapat empat turbin berkapasitas 71,5 MW.
Sedangkan PLTA Tangga berkapasitas 317 MW memiliki empat turbin masing-masing berkapasitas 79,2 MW.
"Kami mohon doa semua pihak dan lapisan masyarakat, agar PLTA senantiasa diberikan keselamatan, dapat terus menjaga keandalan operasional, serta tetap dapat menyuplai energi pabrik smelter perusahaan holding BUMN Pertambangan MIND ID itu," ujar Humas PT Inalum.
Bina lingkungan
Untuk menjaga agar dua PLTA sumber energi PT Inalum tersebut tetap andal beroperasi menyuplai energi pabrik smelter perusahaan holding BUMN Pertambangan MIND ID itu dilakukan kegiatan pembinaan lingkungan di sekitar daerah operasional pembangkit listrik dan pabrik peleburan aluminium (smelter).
Kegiatan bina lingkungan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan (TJSL/CSR) yang didukung dana miliaran rupiah dan tim pendamping yang profesional disiapkan sejumlah kegiatan sesuai dengan aspirasi masyarakat.
Khusus kegiatan di daerah tangkapan air Danau Toba yang menjadi sumber air menggerakkan PLTA Sigura-gura dan Tangga seperti di Desa Adat Ragi Hotang dan Desa Wisata Meat, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba Samosir, Sumut dilakukan kegiatan pelestarian seni budaya dan adat yang merupakan kearifan lokal serta pengembangan wisata air.
PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) sejak beberapa tahun terakhir membina ratusan penenun ulos di Desa Adat Ragi Hotang dan sekitarnya.
Pembinaan penenun ulos sebagai upaya pelestarian budaya kearifan lokal agar tetap banyak masyarakat yang bisa menenun dan ulos sebagai pakaian adat Batak terus dinikmati generasi penerus,.
Vice Presiden TJSL Inalum Zainuddin Iqbal Sidabutar di Desa Meat, Kabupaten Toba Samosir, menjelaskan Desa Adat Ragi Hotang yang berada di sekitar Desa Wisata Meat, selain memiliki banyak penenun ulos, juga terdapat rumah adat yang berusia lebih dari satu abad atau di atas 100 tahun.
Keberadaan penenun ulos dan rumah adat Batak menjadi daya tarik yang besar bagi wisatawan lokal dan mancanegara untuk berkunjung ke desa tersebut.
Untuk menyambut wisatawan berkunjung ke kawasan Desa Wisata Meat, pihaknya memfasilitasi masyarakat membangun rumah penginapan (home stay) untuk wisatawan yang akan bermalam di kawasan wisata tersebut.
"Dalam beberapa tahun terakhir kami telah membantu pembangunan 14 home stay di Desa Wisata Meat, Kabupaten Toba Samosir," ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga membantu masyarakat di sekitar Desa Meat yang berada di pinggir Danau Toba mengembangkan wisata air.
Untuk mengembangkan wisata air, pihaknya membantu pembangunan dermaga, memberikan beberapa perahu jenis kayak dan mainan bebek.
Sementara khusus remaja .putri dan ibu-ibu Desa Meat, pihaknya memfasilitasi pembangunan sanggar tari serta pembinaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Untuk mengembangkan UMKM di berikan pelatihan membuat makanan olahan bakso goreng (basreng) yang memanfaatkan ikan Danau Toba sebagai bahan baku dan dibantu penjualannya melalui Rumah BUMN Inalum, kata Iqbal.
Sementara Ketua Desa Adat Ragi Hotang Meat Guntur Sianipar mengatakan dia bersama masyarakat adatnya terus berupaya melestarikan semua budaya yang menjadi kearifan lokal seperti tenun ulos Ragi Hotang dan rumah adat Sopo dan Bolon.
Rumah Sopo merupakan rumah adat yang digunakan nenek moyangnya sejak ratusan tahun lalu sebagai tempat lumbung padi.
Sedangkan Rumah Bolon merupakan rumah tempat hunian yang di dalamnya banyak terdapat ruangan yang menjadi tempat tinggal beberapa kepala keluarga.
Untuk tetap melestarikan rumah adat yang terbuat dari kayu itu pihaknya pada 2017 pernah dibantu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan PT Inalum.
"PT Inalum salah satu BUMN yang memiliki kegiatan usaha di Kabupaten Toba Samosir sangat mendukung kami mempertahankan budaya menjadi nilai tambah wisata," kata Guntur Sianipar.
Sementara di kawasan yang berada di sekitar smelter,
PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) menggalakkan upaya peningkatan pendapatan keluarga (UP2K).
Salah satu kegiatan UP2K itu dilakukan di Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Lima Puluh Pesisir yang dikenal sebagai lumbung cabai Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara.
"Untuk menggalakkan UP2K sebagai peningkatan kesejahteraan masyarakat di lumbung cabai tersebut, petani dan keluarganya dibina mengembangkan produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) memanfaatkan bahan baku cabai," kata Staf Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (CSR) PT Inalum Efendi Ibrahim di Desa Lubuk Cuik, Kabupaten Batu Bara.
Efendi menjelaskan upaya peningkatan pendapatan keluarga dilakukan untuk mengatasi masalah saat harga cabai anjlok.
Saat harga anjlok, biasanya petani membiarkan kebun cabainya tidak dipanen karena upah pekerja yang membantu memetik cabai lebih besar atau sama dengan hasil penjualan.
Berdasarkan permasalahan itu, melalui Program UP2K petani diberikan pelatihan pengolahan cabai menjadi beberapa produk, sehingga tidak mengandalkan penjualan cabai segar.
Pelatihan yang diberikan seperti membuat saos sambal, bubuk cabai, minyak cabai dan beberapa produk turunannya termasuk cara pengemasan dan pemasaran.
Dengan pengembangan UMKM melalui Program UP2K dari petani cabai Desa Lubuk Cuik berhasil membuat produk saos sambal, bubuk cabai, minyak cabai dan beberapa produk turunannya seperti makanan ringan keripik emping pedas.
Produk olahan cabai tersebut saat ini dipasarkan oleh Kelompok UP2K Petani Cabai Lubuk Cuik di toko, pasar, mini market yang ada di Kabupaten Batu Bara, Medan, dan dibantu juga pemasaran secara digital/daring (online) serta berbagai kegiatan pameran produk UMKM di Sumatera Utara dan Jakarta, kata Efendi.
Sementara Ketua Kelompok Wanita Tani Seroja yang juga Ketua UP2K Desa Lubuk Cuik Shinta (33) menjelaskan, bantuan PT Inalum kepada petani cabai di desanya sangat dirasakan manfaatnya.
Sebelum Tim CSR PT Inalum masuk membantu mereka membangun infrastruktur seperti irigasi, saung, dan pelatihan pengembangan UMKM pada 2015, kegiatan pertanian kurang maksimal dan tidak fokus pada komoditas yang sesuai dengan kondisi lingkungan desa.
"Masyarakat Desa Lubuk Cuik memanfaatkan lahan untuk bersawah atau menanam padi, menanam bawang, dan cabai, kini lebih fokus dengan tanaman cabai dengan luas lahan yang dimanfaatkan mencapai 85 hektare," ujarnya.
Khusus Kelompok Wanita Tani Seroja dengan anggota 16 orang, mengelola lahan seluas enam hektare dengan hasil maksimal 18 ton cabai per tahun/ha.
Cabai yang dihasilkan dari lahan yang ada di Desa Lubuk Cuik sebagian besar dijual secara langsung ke pasar lokal dalam wilayah Kabupaten Batu Bara dan beberapa daerah lainnya di dalam dan luar Sumut.
Sedangkan yang diolah menjadi beberapa produk turunan hanya sebagian kecil dan pada saat terjadi penurunan harga cabai segar di pasaran.
"Petani masih mengandalkan penjualan cabai segar karena secara ekonomi menguntungkan rata-rata 25 ribu per kilogramnya, dan pada saat harga turun pada harga di bawah Rp10.000 baru diolah menjadi berbagai produk olahan cabai dan turunannya," ujar Ketua UP2K Lumbung Cabai Desa Lubuk Cuik.
Sementara Pj Kades Lubuk Cuik Hamida menjelaskan bahwa penduduk di desanya mencapai 4.036 jiwa dari jumlah itu 1.157 jiwa berprofesi sebagai petani.
Kegiatan bertani masyarakat Desa Lubuk Cuik sebagian besar masih mengolah sawah, dan sebagian lagi mengembangkan perkebunan cabai.
"Aktivitas pertanian masyarakat di desa kami mendapat dukungan PT Inalum seperti pembangunan irigasi, penyediaan bibit unggul, dan pupuk. Saya mengucapkan terima kasih kepada produsen aluminium yang ada di daerah ini atas berbagai bantuan yang telah diberikan kepada masyarakat," ujar Kades Lubuk Cuik Hamida.
Tingkatkan produksi
Dengan terpeliharanya keandalan pasokan energi listrik ke smelter dari dua pembangkit tua berusia hampir setengah abad PLTA Sigura-gura dan PLTA Tangga serta terpeliharanya hubungan baik dengan masyarakat melalui program TJSL/CSR, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) berupaya meningkatkan produksi memberi nilai tambah melalui pengembangan hilirisasi produk.
Untuk meningkatkan produksi aluminium dan beberapa produk turunannya, induk holding perusahaan tambang MIND UD itu secara bertahap mengoptimalkan 510 pot atau tungku pabrik peleburan (smelter) di Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara untuk mewujudkan produksi 300.00O ton aluminium pada 2024.
Superintendent Fasilitas Peleburan Smelter PT Inalum Yuda Putra Utama ketika menjelaskan kepada wartawan yang berkunjung ke pabrik di Kuala Tanjung pertengahan Oktober 2023, sekarang ini tengah dilakukan upgrade atau proses peralihan teknologi pot/tungku dari Jepang ke versi yang baru dari China.
"Untuk mengoptimalkan atau meningkatkan nilai tambah dari proses pengolahan aluminium di smelter dari 250.000 ton menjadi 300.000 ton, sekarang ini tengah dilakukan upgrading pot," ujarnya.
Menurut Yuda dari 510 tungku/pot yang terpasang baru 449 pot yang digunakan untuk kegiatan peleburan aluminium.
Sekarang ini kegiatan peleburan menggunakan 449 pot dari kapasitas terpasang 510 pot dengan rincian tiga jalur pot/tungku (pot line).
"Pot line I sekarang ini terdapat 167 tungku yang digunakan untuk peleburan alumina menjadi metal cair, pot line II terdapat 115 tungku, dan pot line III terdapat 167 tungku dengan kemampuan produksi/peleburan 1,3 ton alumina menjadi metal cair per pot/hari," ujar Yuda.
Tungku atau pot pada smelter PT Inalum di Kuala Tanjung melalui proses peralihan teknologi (upgrade) yang tengah berlangsung, kemampuan produksinya bisa meningkat menjadi 1,6 ton per hari/pot.
Kegiatan 'upgrade' ratusan pot smelter itu memungkinkan karena ada teknologi baru yang diadopsi dari China serta sumber energi listrik sendiri yang besar dari dua pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yakni PLTA Sigura-gura dan PLTA Tangga dengan kapasitas 603 Mega Watt (MW), kata Yuda.
Sementara Superintendent Fasilitas Pencetakan Metal Cair PT Inalum Danu menjelaskan bahwa melalui unitnya metal cair diolah dan dicetak menjadi tiga produk yakni aluminium ingot, aloy, dan billet yang secara keseluruhan produksinya mencapai 700 ton/hari.
Aluminium ingot merupakan aluminium murni memiliki karakteristik yang ringan, kuat, mudah dibentuk, tahan korosi, dan mempunyai konduktivitas listrik tinggi.
Kemudian aloy biasa digunakan industri otomotif seperti untuk membuat blok mesin dan velg, sedangkan billet biasa digunakan sebagai campuran material gerbong kereta api, rangka kendaraan bermotor dan digunakan secara luas pada konstruksi atap bangunan, kata Danu.
Sementara sebelumnya Direktur Utama PT Inalum Danny Praditya menjelaskan bahwa peningkatan
produksi perusahaannya didukung upaya peningkatan kapasitas produksi perusahaan melalui 'upgrading pot'.
PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang menjadi bagian Holding BUMN Pertambangan MIND ID sejak 2019, terus meningkatkan produksi dan hilirisasi produk sebagai upaya memberi nilai tambah bagi negeri dan kemandirian industri aluminium nasional.
Mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan atau ' 'Sustainable Development Goals (SDGs)', serta terpenuhinya sisi lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik (environmental, social, and governance -ESG), terutama pada aspek pengelolaan yang ramah lingkungan, kata Danny.
Melalui berbagai upaya yang dilakukan PT Inalum diharapkan sebagai satu-satunya produsen aluminium di Tanah Air bisa tumbuh berkembang maksimal dan memberikan kesejahteraan terutama bagi masyarakat di sekitar daerah operasional perusahaan.
Kemudian bisa melakukan ekspansi dengan mulus membangun pabrik peleburan atau pemurnian aluminium di Kalimantan Utara mewujudkan target peningkatan produksi hingga satu juta ton aluminium pada 2025.