Jakarta (ANTARA) - Perburuan emas terus berlanjut hingga hari kelima, Kamis (22/6), penyelenggaraan Special Olympics World Summer Games (SOWSG) di Berlin, dan kontingen Indonesia telah mengumpulkan enam emas, satu perak, dan enam perunggu.
Pada hari kelima penyelenggaraan, raihan emas datang dari cabang olahraga boling dan bulu tangkis.
Emas pertama diperoleh lewat Muhammad Yafie Eza Mahendra/ Muhammad Angga Reka Perdana di nomor unified sport cabang olahraga boling. Pasangan ini meraih total poin terbanyak, yakni 648.
Eza, peboling Special Olympics asal Bontang, Kalimantan Timur, menyumbang 261 poin, sementara Angga atlet partner asal Kabupaten Garut, Jawa Barat, menyumbang 387 poin.
Pasangan peboling dari Special Olympics Austria Andre Kowald/Juergen Horvath meraih perak dengan total poin 621, sementara pasangan peboling Special Olympics Kazakhstan Aman Saken/Sanshar Bazarek meraih perunggu dengan total poin 490.
"Kami berkumpul dan berlatih bersama selama satu bulan penuh," ujar pelatih boling Roy Agustinus Soeseliso dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Roy mengatakan selama berada di pemusatan latihan nasional di Semarang yang berlangsung pada 8 Mei-8 Juni, tim boling telah menempa diri baik fisik, teknik maupun mental.
"Tentu awalnya kami membangun kebersamaan antar anggota tim terlebih dahulu sehingga saling mengerti," kata Roy.
Rasa syukur juga diungkapkan oleh kedua peboling. Keduanya mengucapkan terima kasih telah mendapatkan kesempatan untuk mengharumkan nama bangsa di panggung dunia.
Kontingen Indonesia mengikutsertakan atlet partner di cabang olahraga boling dan bulu tangkis. Maksud dipertandingkannya nomor unified sport adalah untuk mendorong terwujudnya inklusi di sektor olahraga.
Atlet bertalenta khusus atau disabilitas intelektual bermain dalam tim atau pasangan dengan atlet non difabel yang berperan sebagai partner.
Selain emas dari boling, perolehan emas juga datang dari bulu tangkis.
Dua pebulu tangkis Special Olympics Indonesia Naufal Dwi Kurnia asal Yogyakarta dan Ananias Lilin Pratiwi asal Jawa Tengah, serta dua atlet pendamping asal Jawa Tengah Alfonsus William dan Kristiyana Febrianti sukses mengalahkan lawan-lawannya di nomor women unified double dan men unified double.
Kedua pasangan yang bertarung di level tertinggi itu memenangi seluruh pertandingan yang menggunakan sistem setengah kompetisi.
Pasangan Pratiwi/Febriyanti merebut emas diikuti pasangan Hong Kong Ally Grace Yuet Yeung/Ho Ki Chim dan peraih perunggu pasangan Denmark Louise Fleischer/ Amalie Svensson.
Sementara Naufal/Alfonso mengungguli peraih perak pasangan tuan rumah Jerman Julian Rublack/Nicklas Bartels dan pasangan Denmark yang berada di urutan ketiga Mads Lounvad/Jonas Nielson merebut perunggu.
Pelatih tim bulu tangkis kontingen Special Olympics Indonesia Mardi Panjaitan mengatakan hasil itu merupakan sesuatu yang telah diperhitungkan sebelumnya.
Dia mengatakan latihan bersama selama sebulan penuh di Kota Kudus, Jawa Tengah, telah membawa hasil yang baik.
"Tekad kami adalah menyapu bersih semua nomor yang diikuti sehingga pulang dengan empat emas," ujar Mardi.
Pada hari kelima penyelenggaraan, raihan emas datang dari cabang olahraga boling dan bulu tangkis.
Emas pertama diperoleh lewat Muhammad Yafie Eza Mahendra/ Muhammad Angga Reka Perdana di nomor unified sport cabang olahraga boling. Pasangan ini meraih total poin terbanyak, yakni 648.
Eza, peboling Special Olympics asal Bontang, Kalimantan Timur, menyumbang 261 poin, sementara Angga atlet partner asal Kabupaten Garut, Jawa Barat, menyumbang 387 poin.
Pasangan peboling dari Special Olympics Austria Andre Kowald/Juergen Horvath meraih perak dengan total poin 621, sementara pasangan peboling Special Olympics Kazakhstan Aman Saken/Sanshar Bazarek meraih perunggu dengan total poin 490.
"Kami berkumpul dan berlatih bersama selama satu bulan penuh," ujar pelatih boling Roy Agustinus Soeseliso dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Roy mengatakan selama berada di pemusatan latihan nasional di Semarang yang berlangsung pada 8 Mei-8 Juni, tim boling telah menempa diri baik fisik, teknik maupun mental.
"Tentu awalnya kami membangun kebersamaan antar anggota tim terlebih dahulu sehingga saling mengerti," kata Roy.
Rasa syukur juga diungkapkan oleh kedua peboling. Keduanya mengucapkan terima kasih telah mendapatkan kesempatan untuk mengharumkan nama bangsa di panggung dunia.
Kontingen Indonesia mengikutsertakan atlet partner di cabang olahraga boling dan bulu tangkis. Maksud dipertandingkannya nomor unified sport adalah untuk mendorong terwujudnya inklusi di sektor olahraga.
Atlet bertalenta khusus atau disabilitas intelektual bermain dalam tim atau pasangan dengan atlet non difabel yang berperan sebagai partner.
Selain emas dari boling, perolehan emas juga datang dari bulu tangkis.
Dua pebulu tangkis Special Olympics Indonesia Naufal Dwi Kurnia asal Yogyakarta dan Ananias Lilin Pratiwi asal Jawa Tengah, serta dua atlet pendamping asal Jawa Tengah Alfonsus William dan Kristiyana Febrianti sukses mengalahkan lawan-lawannya di nomor women unified double dan men unified double.
Kedua pasangan yang bertarung di level tertinggi itu memenangi seluruh pertandingan yang menggunakan sistem setengah kompetisi.
Pasangan Pratiwi/Febriyanti merebut emas diikuti pasangan Hong Kong Ally Grace Yuet Yeung/Ho Ki Chim dan peraih perunggu pasangan Denmark Louise Fleischer/ Amalie Svensson.
Sementara Naufal/Alfonso mengungguli peraih perak pasangan tuan rumah Jerman Julian Rublack/Nicklas Bartels dan pasangan Denmark yang berada di urutan ketiga Mads Lounvad/Jonas Nielson merebut perunggu.
Pelatih tim bulu tangkis kontingen Special Olympics Indonesia Mardi Panjaitan mengatakan hasil itu merupakan sesuatu yang telah diperhitungkan sebelumnya.
Dia mengatakan latihan bersama selama sebulan penuh di Kota Kudus, Jawa Tengah, telah membawa hasil yang baik.
"Tekad kami adalah menyapu bersih semua nomor yang diikuti sehingga pulang dengan empat emas," ujar Mardi.