Malang (ANTARA) - Perubahan suhu dan pola cuaca dalam jangka panjang akibat perubahan iklim telah menimbulkan efek yang serius terhadap sektor pertanian mulai dari kekeringan hingga penurunan tingkat kesuburan tanah.
Guru Besar Agronomi dan Hortikultura dari Institut Pertanian Bogor, Sobir, mengatakan pemanfaatan pupuk kandang dapat menjadi solusi dalam mengatasi dampak perubahan iklim yang dialami oleh lahan-lahan pertanian.
Guru Besar Agronomi dan Hortikultura dari Institut Pertanian Bogor, Sobir, mengatakan pemanfaatan pupuk kandang dapat menjadi solusi dalam mengatasi dampak perubahan iklim yang dialami oleh lahan-lahan pertanian.
"Kita menambah pupuk kandang karena memiliki tiga manfaat," ujarnya dalam kegiatan kunjungan ke fasilitas pengembangan produk bioteknologi di Malang, Jawa Timur, Selasa.
Sobir menjelaskan pupuk kandang bisa menyimpan air hingga lima kali lipat dari volumenya lantaran keberadaan bahan organik yang terkandung pada pupuk kandang.
Menurutnya, pupuk kandang membuat lahan-lahan pertanian yang semula kering bisa kembali terisi air dan airnya tidak cepat menguap.
"Pupuk kandang meningkatkan water holding capacity atau kapasitas penyimpanan air," kata Sobir.
Manfaat kedua pupuk kandang adalah meningkatkan kesuburan biologis tanah. Semakin banyak pupuk kandang yang dipakai di lahan-lahan pertanian, maka semakin banyak pula mikroorganisme yang bisa membantu tanaman untuk menjaga kekeringan dan menyerap hara lebih baik, sehingga tanaman lebih efisien dari sisi produksi.
"Ketiga, pupuk kandang juga menyediakan hara," ucapnya.
Sobir mengungkap tingkat kesuburan lahan yang ada di Indonesia sudah menurun karena kandungan bahan organik sudah berkurang.
Dia menjelaskan tanah subur memiliki kandungan organik minimal 2 persen. Sedangkan, mayoritas lahan pertanian di Indonesia dengan angka sekitar 60 persen memiliki kandungan organik di bawah 1 persen.
Faktor kebiasaan petani yang menggunakan pupuk kimia telah menyebabkan kesuburan tanah berkurang. Kondisi itu menjadi masalah yang cukup serius bagi sektor pertanian di Indonesia.
"Orang merasa yakin dengan penggunaan pupuk kimia karena lebih praktis. Pupuk kandang butuh 10 ton untuk setiap hektare lahan, kalau pupuk kimia paling hanya beberapa ratus kilogram," kata Sobir.
"Kondisi itu menyebabkan banyak residu dari pupuk kimia tersimpan di dalam tanah dan membuat struktur tanah menjadi tidak baik. Penambahan pupuk kandang akan meningkatkan struktur tanah menjadi lebih baik dan ada mikroorganisme yang membantu menyerap itu," imbuhnya.
Pada akhir April 2023 lalu, Presiden Joko Widodo menekankan penggunaan pupuk organik untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan juga menjaga tingkat kesuburan tanah di Indonesia.
Presiden meminta Kementerian Pertanian untuk memacu produktivitas produsen pupuk organik terkhusus pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM.
Ketua Kemitraan Strategis dan Advokasi Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA), Sidi Asmono, mengatakan beberapa sentra pertanian kian masif menggunakan pupuk organik. Bahkan, para petani sudah mulai memproduksi pupuk organik secara mandiri.
Menurutnya, petani adalah pengusaha sekaligus peneliti yang melakukan riset dari pengalaman-pengalaman pribadi untuk membuat pupuk organik.
"Mereka melakukan inovasi pupuk organik di tingkat desa. Ini yang perlu kita dorong terus, sehingga kesuburan tanah diperbaiki, kemudian produksi bisa ditingkatkan," pungkas Sidi.
"Pupuk kandang meningkatkan water holding capacity atau kapasitas penyimpanan air," kata Sobir.
Manfaat kedua pupuk kandang adalah meningkatkan kesuburan biologis tanah. Semakin banyak pupuk kandang yang dipakai di lahan-lahan pertanian, maka semakin banyak pula mikroorganisme yang bisa membantu tanaman untuk menjaga kekeringan dan menyerap hara lebih baik, sehingga tanaman lebih efisien dari sisi produksi.
"Ketiga, pupuk kandang juga menyediakan hara," ucapnya.
Sobir mengungkap tingkat kesuburan lahan yang ada di Indonesia sudah menurun karena kandungan bahan organik sudah berkurang.
Dia menjelaskan tanah subur memiliki kandungan organik minimal 2 persen. Sedangkan, mayoritas lahan pertanian di Indonesia dengan angka sekitar 60 persen memiliki kandungan organik di bawah 1 persen.
Faktor kebiasaan petani yang menggunakan pupuk kimia telah menyebabkan kesuburan tanah berkurang. Kondisi itu menjadi masalah yang cukup serius bagi sektor pertanian di Indonesia.
"Orang merasa yakin dengan penggunaan pupuk kimia karena lebih praktis. Pupuk kandang butuh 10 ton untuk setiap hektare lahan, kalau pupuk kimia paling hanya beberapa ratus kilogram," kata Sobir.
"Kondisi itu menyebabkan banyak residu dari pupuk kimia tersimpan di dalam tanah dan membuat struktur tanah menjadi tidak baik. Penambahan pupuk kandang akan meningkatkan struktur tanah menjadi lebih baik dan ada mikroorganisme yang membantu menyerap itu," imbuhnya.
Pada akhir April 2023 lalu, Presiden Joko Widodo menekankan penggunaan pupuk organik untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan juga menjaga tingkat kesuburan tanah di Indonesia.
Presiden meminta Kementerian Pertanian untuk memacu produktivitas produsen pupuk organik terkhusus pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM.
Ketua Kemitraan Strategis dan Advokasi Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA), Sidi Asmono, mengatakan beberapa sentra pertanian kian masif menggunakan pupuk organik. Bahkan, para petani sudah mulai memproduksi pupuk organik secara mandiri.
Menurutnya, petani adalah pengusaha sekaligus peneliti yang melakukan riset dari pengalaman-pengalaman pribadi untuk membuat pupuk organik.
"Mereka melakukan inovasi pupuk organik di tingkat desa. Ini yang perlu kita dorong terus, sehingga kesuburan tanah diperbaiki, kemudian produksi bisa ditingkatkan," pungkas Sidi.