Jakarta (ANTARA) - Analis Bank Woori Saudara (BWS) Rully Nova menyatakan bahwa pelemahan rupiah pada Selasa seiring dengan ketidakpastian terkait pembicaraan pagu utang pemerintah AS.

“Pelemahan rupiah hari ini dikarenakan index dolar AS yang masih tinggi, masih di atas 103 seiring dengan masih ada risiko ketidakpastian terkait pembicaraan pagu utang pemerintah AS dan pernyataan pejabat The Fed yang beragam mengenai arah kebijakan suku bunga ke depan,” ujar dia ketika ditanya Antara di Jakarta.


Menurut dia, pernyataan beragam yang dikeluarkan antara lain oleh Presiden The Fed ST. Louis James Bullard yang hawkish dan Presiden the Fed Minneapolis Neel Kashkari yang dovish mempengaruhi pelemahan rupiah hari ini.
 

Selain faktor-faktor global, lanjutnya, faktor domestik juga mempengaruhi kurs rupiah mengingat investor masih menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang akan dimulai dua hari lagi.

“Pelaku pasar memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga saat ini di level 5.75 persen, namun masih mencermati stance kebijakan moneter ke depan dari hasil RDG BI Kamis (25/5),” ucap Rully.
 

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi melemah tipis 0,02 persen atau 3 poin ke posisi Rp14.893 per dolar AS dari Rp14.890 per dolar AS.

“Rupiah hari ini diperkirakan diperdagangkan melemah terhadap dolar AS dengan kisaran Rp14.895-Rp14.950 per dolar AS,” ungkapnya.


Pewarta : M Baqir Idrus Alatas
Uploader : Aang Sabarudin
Copyright © ANTARA 2024