Jakarta (ANTARA) - Pimpinan untuk Meta di Indonesia Pieter Lydian mengatakan tiga prioritas Facebook untuk pengguna di Indonesia antara lain kecerdasan buatan (AI), kreator, dan layanan pesan.
"Dunia berubah, pengguna internet berubah, demikian pula Facebook. Ada tiga prioritas kami. Pertama, yaitu AI. Memasukkan AI, padu padan ke dalam platform kami. Kedua adalah dari kreator. AI juga mendorong padu padan antar-kreator, tapi, kreator juga luar biasa penting buat ekosistem kita. Dan yang terakhir adalah potensi messaging (pesan)," kata Pieter saat diskusi media di Jakarta, Jumat.
Meta terus melihat tren pertumbuhan yang positif di Indonesia, terutama terkait grup dan Reels.
Pieter menyebutkan, khusus di Indonesia, tercatat pertumbuhan jumlah grup di Faceboook sebesar 40 persen. Terdapat 148 juta orang yang terhubung melalui 10,5 juta grup Facebook yang aktif dalam sebulan terakhir.
Pertumbuhan positif itu menunjukkan perubahan dari preferensi pengguna Facebook dalam beberapa tahun terakhir. Facebook tidak hanya digunakan sebagai platform yang mampu menghubungkan teman dan keluarga, tapi, juga menghubungkan kreator dan komunitas dengan minat yang spesifik.
Pada fokus pertama, Facebook akan terus menginvestasikan sumber daya untuk mengembangkan inovasi kecerdasan buatan (AI). Dengan pemanfaatan AI, Facebook akan memperkuat pemahaman terhadap preferensi pengguna sehingga konten yang ditampilkan lebih personal dan spesifik.
Pemanfaatan AI sebetulnya sudah lama digunakan untuk membantu rekomendasi konten di seluruh platform milik Meta. Selain itu, fitur-fitur yang tersedia di platform juga dibangun dengan basis AI.
Namun mengingat perilaku pengguna yang sudah berubah terutama yang didorong oleh orang muda, Pieter mengatakan maka mereka juga melakukan perubahan mengikuti pengguna.
"Dari AI, kita melihat bahwa ternyata dari pengguna Facebook itu temanya sudah berubah. Yang tadinya adalah koneksi yang sangat statis, ternyata, saat ini ada perubahan yang bergeser ke gaya hidup," kata Pieter.
Tugas mereka selanjutnya adalah membuat AI bisa mempertemukan hal-hal yang disukai anak muda dengan konten-konten yang mereka sukai.
Selanjutnya pada fokus kedua, yaitu kreator, Facebook akan terus meluncurkan berbagai fitur untuk membantu kreator. Seperti fitur yang belum lama ini diluncurkan di Indonesia, yaitu "mode profesional untuk profil" untuk mengintegrasikan akses terhadap fitur-fitur kreator yang lebih profesional dan membuka peluang untuk monetisasi.
Selain itu, ada pula fitur cross-sharing, lintas platform, yang memungkinkan kreator untuk membagi konten secara langsung dari Instagram ke Facebook serta uji coba fitur iklan di Reels yang dilakukan di beberapa negara termasuk di Indonesia.
"Karena Reels pertumbuhannya juga amat sangat meningkat, sekarang ini kita sudah melakukan uji coba untuk menayangkan iklan di Reels dan ini termasuk di Indonesia akan kita lebih perluas lagi uji coba untuk monetisasi di Reels. Ini akan menjadi potensi yang sangat baik sekali untuk para kreator untuk peluang monetisasi baru," kata Direktur Kemitraan Kreator untuk Meta di Asia Tenggara dan Pasar yang Berkembang Revie Sylviana.
Terakhir, mengenai layanan pesan, menurut catatan Meta, terdapat lebih dari 140 miliar pesan di seluruh dunia yang dikirim lewat aplikasi-aplikasi Meta setiap harinya. Pieter mengatakan ini membuka potensi bagi pemilik bisnis seperti usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk mengembangkan bisnisnya terutama melalui WhatsApp.
"Kemudahan untuk berbagi dan terkoneksi adalah hal yang penting bagi masyarakat Indonesia, tak hanya untuk kebutuhan sehari-hari tapi juga untuk pengembangan bisnis mereka," kata Pieter.
"Dunia berubah, pengguna internet berubah, demikian pula Facebook. Ada tiga prioritas kami. Pertama, yaitu AI. Memasukkan AI, padu padan ke dalam platform kami. Kedua adalah dari kreator. AI juga mendorong padu padan antar-kreator, tapi, kreator juga luar biasa penting buat ekosistem kita. Dan yang terakhir adalah potensi messaging (pesan)," kata Pieter saat diskusi media di Jakarta, Jumat.
Meta terus melihat tren pertumbuhan yang positif di Indonesia, terutama terkait grup dan Reels.
Pieter menyebutkan, khusus di Indonesia, tercatat pertumbuhan jumlah grup di Faceboook sebesar 40 persen. Terdapat 148 juta orang yang terhubung melalui 10,5 juta grup Facebook yang aktif dalam sebulan terakhir.
Pertumbuhan positif itu menunjukkan perubahan dari preferensi pengguna Facebook dalam beberapa tahun terakhir. Facebook tidak hanya digunakan sebagai platform yang mampu menghubungkan teman dan keluarga, tapi, juga menghubungkan kreator dan komunitas dengan minat yang spesifik.
Pada fokus pertama, Facebook akan terus menginvestasikan sumber daya untuk mengembangkan inovasi kecerdasan buatan (AI). Dengan pemanfaatan AI, Facebook akan memperkuat pemahaman terhadap preferensi pengguna sehingga konten yang ditampilkan lebih personal dan spesifik.
Pemanfaatan AI sebetulnya sudah lama digunakan untuk membantu rekomendasi konten di seluruh platform milik Meta. Selain itu, fitur-fitur yang tersedia di platform juga dibangun dengan basis AI.
Namun mengingat perilaku pengguna yang sudah berubah terutama yang didorong oleh orang muda, Pieter mengatakan maka mereka juga melakukan perubahan mengikuti pengguna.
"Dari AI, kita melihat bahwa ternyata dari pengguna Facebook itu temanya sudah berubah. Yang tadinya adalah koneksi yang sangat statis, ternyata, saat ini ada perubahan yang bergeser ke gaya hidup," kata Pieter.
Tugas mereka selanjutnya adalah membuat AI bisa mempertemukan hal-hal yang disukai anak muda dengan konten-konten yang mereka sukai.
Selanjutnya pada fokus kedua, yaitu kreator, Facebook akan terus meluncurkan berbagai fitur untuk membantu kreator. Seperti fitur yang belum lama ini diluncurkan di Indonesia, yaitu "mode profesional untuk profil" untuk mengintegrasikan akses terhadap fitur-fitur kreator yang lebih profesional dan membuka peluang untuk monetisasi.
Selain itu, ada pula fitur cross-sharing, lintas platform, yang memungkinkan kreator untuk membagi konten secara langsung dari Instagram ke Facebook serta uji coba fitur iklan di Reels yang dilakukan di beberapa negara termasuk di Indonesia.
"Karena Reels pertumbuhannya juga amat sangat meningkat, sekarang ini kita sudah melakukan uji coba untuk menayangkan iklan di Reels dan ini termasuk di Indonesia akan kita lebih perluas lagi uji coba untuk monetisasi di Reels. Ini akan menjadi potensi yang sangat baik sekali untuk para kreator untuk peluang monetisasi baru," kata Direktur Kemitraan Kreator untuk Meta di Asia Tenggara dan Pasar yang Berkembang Revie Sylviana.
Terakhir, mengenai layanan pesan, menurut catatan Meta, terdapat lebih dari 140 miliar pesan di seluruh dunia yang dikirim lewat aplikasi-aplikasi Meta setiap harinya. Pieter mengatakan ini membuka potensi bagi pemilik bisnis seperti usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk mengembangkan bisnisnya terutama melalui WhatsApp.
"Kemudahan untuk berbagi dan terkoneksi adalah hal yang penting bagi masyarakat Indonesia, tak hanya untuk kebutuhan sehari-hari tapi juga untuk pengembangan bisnis mereka," kata Pieter.