Jakarta (ANTARA) - Sutradara sekaligus produser Sonu Samtani mengatakan bahwa film horor baru “Alena Anak Ratu Iblis” memiliki daya tarik tersendiri mulai dari cerita yang unik, pesan moral yang terkandung di dalamnya, hingga penggunaan teknik pencitraan hasil komputer (CGI).
“Pertama dari ceritanya. Ceritanya sangat unik. Ada seorang anak ratu iblis yang lahir di dunia. Terus sudah gitu dia tugasnya itu untuk membuat dunia ini chaos. Tapi anehnya dia pertama harus bikin keluarganya itu kaya supaya berpengaruh,” kata Sonu saat konferensi pers di Jakarta, Senin.
Ditulis oleh Maruska Bath, film perdana dari rumah produksi Arjuna Mega Film tersebut akan ditayangkan di bioskop tanah air pada 5 Januari mendatang.
Film tersebut bercerita tentang sepasang suami-istri yang menemukan anak kecil di tengah jalan dan kemudian memutuskan untuk mengadopsinya. Anak perempuan yang diberi nama Alena itu kemudian menghadirkan dampak positif bagi keluarga. Namun, kejanggalan mulai dirasakan oleh keluarga Hendra dan sang ibu bertanya-tanya mengenai siapa sebenarnya diri Alena.
Dalam kesempatan yang sama, Maruska mengatakan bahwa pihaknya ingin menulis cerita horor serta karakter horor yang berbeda dibanding lainnya. Oleh sebab itu, tokoh anak kecil yang rupanya anak iblis dihadirkan dalam cerita.
“Kita ingin bikin sebuah film horor yang berbeda, pertama itu. Kita ingin bikin sesuatu yang berbeda. Kita nggak mau bikin cerita tentang sebuah keluarga datang ke sebuah rumah, rumahnya ternyata ada setan ini itu, kita nggak mau,” kata dia.
Sementara itu dari segi pesan moral, produser Shalu T. memandang bahwa “Alena Anak Ratu Iblis” tidak hanya sekadar film horor, melainkan juga menyinggung tema seputar keluarga seperti bagaimana hubungan antara anak dan orangtuanya.
Menurut pihak rumah produksi, syuting film memakan waktu sekitar 40 hari sementara pengerjaan di studio memakan waktu sekitar 10 hari. Sonu mengatakan proses produksi sempat terhenti selama delapan bulan karena faktor kondisi pandemi COVID-19.
“Mudah-mudahan dengan ini kita mulai dengan 2023 dengan Alena Anak Ratu Iblis, kita akan back to normal,” sambung Shalu.
Menurut Shalu, adegan akting yang sempat diulang-ulang menjadi tantangan lain dalam proses produksi. Hal itu terjadi karena sang sutradara ingin menghasilkan gambar yang detail dan sempurna. Pengulangan adegan juga membuat anggaran yang semula sudah ditetapkan menjadi meningkat. Ketika ditanya total anggaran yang digunakan, rumah produksi enggan menyebutkannya secara detail.
“Saya kenal dengan pak sutradara ini, sudah kenal baik banget. Jadi, ya, sudah saya antisipasi akan naik (anggaran produksinya). Jadi memang sudah diset (anggaran) duluan, sih,” tutur dia.
Sonu menuturkan pihaknya optimis “Alena Anak Ratu Iblis” dapat diterima dengan baik oleh penonton di Indonesia mengingat film ini menawarkan apa yang dia sebut sebagai “sesuatu yang berbeda dari horor-horor yang lain”. Rumah produksi juga menyebutkan pihaknya tengah menyiapkan prekuel dan sekuel untuk “Alena Anak Ratu Iblis”.
Sonu juga memandang bahwa film bergenre horor di Indonesia akan selalu mewarnai layar bioskop tanah air mengingat masyarakat sangat menggemari genre tersebut dan telah menjadi salah satu budaya yang mengakar dalam masyarakat.
"Ke depannya saya yakin banget kalau film horor di Indonesia itu akan tetap lebih bagus dan tetap jaya," kata dia.
“Pertama dari ceritanya. Ceritanya sangat unik. Ada seorang anak ratu iblis yang lahir di dunia. Terus sudah gitu dia tugasnya itu untuk membuat dunia ini chaos. Tapi anehnya dia pertama harus bikin keluarganya itu kaya supaya berpengaruh,” kata Sonu saat konferensi pers di Jakarta, Senin.
Ditulis oleh Maruska Bath, film perdana dari rumah produksi Arjuna Mega Film tersebut akan ditayangkan di bioskop tanah air pada 5 Januari mendatang.
Film tersebut bercerita tentang sepasang suami-istri yang menemukan anak kecil di tengah jalan dan kemudian memutuskan untuk mengadopsinya. Anak perempuan yang diberi nama Alena itu kemudian menghadirkan dampak positif bagi keluarga. Namun, kejanggalan mulai dirasakan oleh keluarga Hendra dan sang ibu bertanya-tanya mengenai siapa sebenarnya diri Alena.
Dalam kesempatan yang sama, Maruska mengatakan bahwa pihaknya ingin menulis cerita horor serta karakter horor yang berbeda dibanding lainnya. Oleh sebab itu, tokoh anak kecil yang rupanya anak iblis dihadirkan dalam cerita.
“Kita ingin bikin sebuah film horor yang berbeda, pertama itu. Kita ingin bikin sesuatu yang berbeda. Kita nggak mau bikin cerita tentang sebuah keluarga datang ke sebuah rumah, rumahnya ternyata ada setan ini itu, kita nggak mau,” kata dia.
Sementara itu dari segi pesan moral, produser Shalu T. memandang bahwa “Alena Anak Ratu Iblis” tidak hanya sekadar film horor, melainkan juga menyinggung tema seputar keluarga seperti bagaimana hubungan antara anak dan orangtuanya.
Menurut pihak rumah produksi, syuting film memakan waktu sekitar 40 hari sementara pengerjaan di studio memakan waktu sekitar 10 hari. Sonu mengatakan proses produksi sempat terhenti selama delapan bulan karena faktor kondisi pandemi COVID-19.
“Mudah-mudahan dengan ini kita mulai dengan 2023 dengan Alena Anak Ratu Iblis, kita akan back to normal,” sambung Shalu.
Menurut Shalu, adegan akting yang sempat diulang-ulang menjadi tantangan lain dalam proses produksi. Hal itu terjadi karena sang sutradara ingin menghasilkan gambar yang detail dan sempurna. Pengulangan adegan juga membuat anggaran yang semula sudah ditetapkan menjadi meningkat. Ketika ditanya total anggaran yang digunakan, rumah produksi enggan menyebutkannya secara detail.
“Saya kenal dengan pak sutradara ini, sudah kenal baik banget. Jadi, ya, sudah saya antisipasi akan naik (anggaran produksinya). Jadi memang sudah diset (anggaran) duluan, sih,” tutur dia.
Sonu menuturkan pihaknya optimis “Alena Anak Ratu Iblis” dapat diterima dengan baik oleh penonton di Indonesia mengingat film ini menawarkan apa yang dia sebut sebagai “sesuatu yang berbeda dari horor-horor yang lain”. Rumah produksi juga menyebutkan pihaknya tengah menyiapkan prekuel dan sekuel untuk “Alena Anak Ratu Iblis”.
Sonu juga memandang bahwa film bergenre horor di Indonesia akan selalu mewarnai layar bioskop tanah air mengingat masyarakat sangat menggemari genre tersebut dan telah menjadi salah satu budaya yang mengakar dalam masyarakat.
"Ke depannya saya yakin banget kalau film horor di Indonesia itu akan tetap lebih bagus dan tetap jaya," kata dia.