Koordinator Ubi Kayu dan Aneka Umbi Direktorat Aneka Kacang dan Umbi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan Cornelia dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, mengatakan Garut merupakan pangan lokal yang berpotensi sebagai pangan alternatif.
Tanaman Garut (Maranta arundinacea L) sering disebut irut atau patat dan perlu dilestarikan guna mendukung ketahanan pangan.
"Penggunaannya luas dari pangan, pakan, hingga industri, karena mengandung karbohidrat sangat banyak," kata Cornelia.
Ketua Umum Ikatan Sarjana Wanita Indonesia (ISWI) Retno Sri Endah Lestari menambahkan Umbi Garut sangat aman dan baik dikonsumsi secara luas oleh masyarakat Indonesia. "Tetapi masih banyak masyarakat yang belum mengenal umbi Garut ini," kata Retno.
Tepung yang dihasilkan dari Umbi Garut mengandung karbohidrat sebanyak 25 hingga 30 persen, dan sisanya berupa protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1, serta vitamin C.
"Indeks glikemiknya sangat rendah, sehingga tidak akan memengaruhi kadar gula dalam darah. Bahkan lebih rendah dari beras, terigu, kentang, dan jenis umbi lain," kata Retno.
Dari sisi kesehatan, tepung garut bisa melancarkan pencernaan, mengatasi diare, menyembuhkan luka, dan mengobati keracunan. Juga baik untuk penderita diabetes dan penyandang autis.
Tepung Garut, kata Retno, dinilai lebih unggul dibandingkan tepung lain karena kandungan proteinnya sangat tinggi dan bebas gluten, sehingga aman untuk penderita seliak (alergi gluten). Selain itu juga memiliki kandungan folat tinggi, sehingga baik untuk ibu hamil.
Tepung Garut juga bisa diolah untuk bahan baku kosmetik, yaitu sebagai bahan pembawa sediaan masker karena bersifat pengental. Juga sebagai bahan pembuat bedak, dan bahan pembuat sabun.
"Tepung Garut sudah lama dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan sabun karena memiliki kandungan yang dapat membersihkan," kata Dosen Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Sasanti Tarini.
Umbi Garut memiliki nilai ekonomi lebih tinggi bila diolah menjadi tepung atau pati, harganya bisa Rp40.000 per kilogram. "Kalau dijual dalam bentuk umbi harganya hanya Rp3.000 per kilogram," kata Cornelia.