Jakarta (ANTARA) - Perubahan suhu ekstrem saat musim pancaroba adalah faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh, sehingga wajar bila Anda menjadi lebih mudah "tumbang" dan akhirnya jatuh sakit.
Hati-hati bila Anda memiliki hewan peliharaan di rumah, sebab dokter hewan menyarankan untuk menjauhi anabul alias anak bulu bila kondisi kesehatan Anda sedang kurang fit dan bisa menularkan penyakit itu ke hewan kesayangan.
"Hindari kontak, kalau sakit jangan dekat-dekat," ujar Wakil Sekretaris Jenderal I Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI) drh. Sariyanti kepada ANTARA, Selasa.
Menurut Sariyanti, binatang pun sama seperti manusia yang kekebalan tubuhnya bisa terpengaruh saat transisi antara musim kemarau dan musim hujan. Sistem imunitas di tubuh hewan juga dapat terganggu akibat lingkungan yang berubah.
Perubahan suhu yang ekstrem membuat lingkungan jadi lebih kondusif untuk mikroorganisme yang menjadi penyebab penyakit, di sisi lain makhluk hidup juga lebih rentan untuk terinfeksi saat pancaroba terjadi.
"Musim seperti ini banyak flu, penyakit-penyakit virus juga banyak menyerang," jelas Sariyanti.
Oleh karena itu, para pemilik anabul harus memastikan agar lingkungan tetap bersih sehingga hewan kesayangan bisa terlindung dari penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh virus. Anda juga bisa membantu meningkatkan imunitas tubuh anabul dengan memberikan vitamin, imbuh dia.
Sariyanti juga mengajak masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan hewan bertepatan dengan Hari Binatang Sedunia yang jatuh pada 4 Oktober.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan hewan adalah membebaskan mereka dari rasa haus dan lapar serta memastikan hewan bebas dari rasa sakit dan eksploitasi yang membuat binatang tak bisa berperilaku sebagaimana mestinya.
Membiarkan binatang liar untuk berada di tengah habitat aslinya juga merupakan bentuk memastikan kesejahteraan hewan, sekaligus melindungi manusia dari risiko munculnya penyakit-penyakit baru.
Ia mencontohkan, hewan liar yang harusnya di hutan seperti harimau dan simpanse kini menjadi hewan piaraan membuat interaksi manusia dan hewan semakin dekat. Di sisi lain, potensi penularan hewan liar ke manusia juga menjadi besar.
"Penyakit yang tadinya cuma ada di hutan tiba-tiba mendekat ke manusia karena interaksi sama hewan kian dekat," katanya.
Hati-hati bila Anda memiliki hewan peliharaan di rumah, sebab dokter hewan menyarankan untuk menjauhi anabul alias anak bulu bila kondisi kesehatan Anda sedang kurang fit dan bisa menularkan penyakit itu ke hewan kesayangan.
"Hindari kontak, kalau sakit jangan dekat-dekat," ujar Wakil Sekretaris Jenderal I Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI) drh. Sariyanti kepada ANTARA, Selasa.
Menurut Sariyanti, binatang pun sama seperti manusia yang kekebalan tubuhnya bisa terpengaruh saat transisi antara musim kemarau dan musim hujan. Sistem imunitas di tubuh hewan juga dapat terganggu akibat lingkungan yang berubah.
Perubahan suhu yang ekstrem membuat lingkungan jadi lebih kondusif untuk mikroorganisme yang menjadi penyebab penyakit, di sisi lain makhluk hidup juga lebih rentan untuk terinfeksi saat pancaroba terjadi.
"Musim seperti ini banyak flu, penyakit-penyakit virus juga banyak menyerang," jelas Sariyanti.
Oleh karena itu, para pemilik anabul harus memastikan agar lingkungan tetap bersih sehingga hewan kesayangan bisa terlindung dari penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh virus. Anda juga bisa membantu meningkatkan imunitas tubuh anabul dengan memberikan vitamin, imbuh dia.
Sariyanti juga mengajak masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan hewan bertepatan dengan Hari Binatang Sedunia yang jatuh pada 4 Oktober.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan hewan adalah membebaskan mereka dari rasa haus dan lapar serta memastikan hewan bebas dari rasa sakit dan eksploitasi yang membuat binatang tak bisa berperilaku sebagaimana mestinya.
Membiarkan binatang liar untuk berada di tengah habitat aslinya juga merupakan bentuk memastikan kesejahteraan hewan, sekaligus melindungi manusia dari risiko munculnya penyakit-penyakit baru.
Ia mencontohkan, hewan liar yang harusnya di hutan seperti harimau dan simpanse kini menjadi hewan piaraan membuat interaksi manusia dan hewan semakin dekat. Di sisi lain, potensi penularan hewan liar ke manusia juga menjadi besar.
"Penyakit yang tadinya cuma ada di hutan tiba-tiba mendekat ke manusia karena interaksi sama hewan kian dekat," katanya.