Jakarta (ANTARA) -
Direktur Utama Perum LKBN Antara Meidyatama Suryodiningrat mengatakan pertemuan yang digelar sejak pukul 11.00 hingga 13.00 WIB itu merupakan undangan silaturahmi dari Presiden Jokowi.
"Presiden menyampaikan bahwa kondisi perekonomian kita baik. Beliau cukup yakin defisit APBN kita kemungkinan di bawah 4 persen, bahkan bisa 3,5 persen tahun ini," kata Meidyatama saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu.
Meidyatama menjelaskan bahwa di tengah krisis global saat ini, Indonesia termasuk negara yang kuat menghadapi krisis tersebut karena rasio utang tetap stabil, defisit APBN masih terjaga, dan PDB Nasional terdongkrak oleh konsumsi rumah tangga.
Baca juga: KTT G7, Presiden Jokowi: Ratusan juta rakyat negara berkembang terancam kelaparan
Presiden Jokowi, kata dia, juga meyakini bahwa Indonesia dalam waktu dekat akan mencapai swasembada pangan karena pembangunan waduk sebagai sumber irigasi.
"Beliau cukup yakin dalam waktu dekat, Insya Allah kita akan mencapai swasembada pangan, karena pembangunan waduk dan bendungan yang tahun ini akan bertambah lagi," kata Meidyatama.
Sementara itu Anggota Dewan Penasihat Forum Pemimpin Redaksi Indonesia (Forum Pemred) Primus Dorimulu menjelaskan bahwa inflasi dari harga komoditas pangan masih terkontrol.
Salah satu komoditas yang masih terjaga harganya, yakni beras. Dengan pembangunan waduk, produksi beras nasional masih terjaga, bahkan Indonesia segera mewujudkan swasembada pangan nasional.
"Waduk akan terus dibangun sampai 2024, sekarang sudah berdampak pada sawah-sawah pengairan. Yang dulu satu kali panen dalam setahun, sekarang sudah lebih dari dua kali. Presiden yakin kita sebentar lagi swasembada beras," kata Primus.
Di sisi lain, krisis pangan juga masih menjadi ancaman karena distribusi gandum terhambat akibat perang Ukraina dan Rusia, di mana kedua negara tersebut merupakan penghasil gandum dunia.
Oleh karenanya, kata dia, Presiden Jokowi meminta para Menteri Kabinet Indonesia Maju untuk fokus bekerja karena situasi dunia yang sedang sulit.
Baca juga: Krisis pangan dunia, Siapkah Indonesia menghadapinya?
Baca juga: Presiden sebut perekonomian 60 negara akan ambruk
Editor : Risbiani Fardaniah
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang belasan pemimpin redaksi (pemred) nasional, salah satunya Direktur Utama Perum LKBN Antara, guna membahas sejumlah isu, termasuk krisis global hingga swasembada beras
Direktur Utama Perum LKBN Antara Meidyatama Suryodiningrat mengatakan pertemuan yang digelar sejak pukul 11.00 hingga 13.00 WIB itu merupakan undangan silaturahmi dari Presiden Jokowi.
"Presiden menyampaikan bahwa kondisi perekonomian kita baik. Beliau cukup yakin defisit APBN kita kemungkinan di bawah 4 persen, bahkan bisa 3,5 persen tahun ini," kata Meidyatama saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu.
Meidyatama menjelaskan bahwa di tengah krisis global saat ini, Indonesia termasuk negara yang kuat menghadapi krisis tersebut karena rasio utang tetap stabil, defisit APBN masih terjaga, dan PDB Nasional terdongkrak oleh konsumsi rumah tangga.
Baca juga: KTT G7, Presiden Jokowi: Ratusan juta rakyat negara berkembang terancam kelaparan
Presiden Jokowi, kata dia, juga meyakini bahwa Indonesia dalam waktu dekat akan mencapai swasembada pangan karena pembangunan waduk sebagai sumber irigasi.
"Beliau cukup yakin dalam waktu dekat, Insya Allah kita akan mencapai swasembada pangan, karena pembangunan waduk dan bendungan yang tahun ini akan bertambah lagi," kata Meidyatama.
Sementara itu Anggota Dewan Penasihat Forum Pemimpin Redaksi Indonesia (Forum Pemred) Primus Dorimulu menjelaskan bahwa inflasi dari harga komoditas pangan masih terkontrol.
Salah satu komoditas yang masih terjaga harganya, yakni beras. Dengan pembangunan waduk, produksi beras nasional masih terjaga, bahkan Indonesia segera mewujudkan swasembada pangan nasional.
"Waduk akan terus dibangun sampai 2024, sekarang sudah berdampak pada sawah-sawah pengairan. Yang dulu satu kali panen dalam setahun, sekarang sudah lebih dari dua kali. Presiden yakin kita sebentar lagi swasembada beras," kata Primus.
Di sisi lain, krisis pangan juga masih menjadi ancaman karena distribusi gandum terhambat akibat perang Ukraina dan Rusia, di mana kedua negara tersebut merupakan penghasil gandum dunia.
Oleh karenanya, kata dia, Presiden Jokowi meminta para Menteri Kabinet Indonesia Maju untuk fokus bekerja karena situasi dunia yang sedang sulit.
Baca juga: Krisis pangan dunia, Siapkah Indonesia menghadapinya?
Baca juga: Presiden sebut perekonomian 60 negara akan ambruk
Editor : Risbiani Fardaniah