Jakarta (ANTARA) - Digital Commerce Confidence Index (DCCI) Lazada yang dilakukan pada kuartal pertama 2022 terhadap 766 penjual online di Asia Tenggara menunjukkan 77 persen responden optimis akan ada peningkatan bisnis sebesar 10 persen di kuartal kedua tahun ini.
Chief Strategy Officer Lazada Group Magnus Ekbom mengatakan hal tersebut merupakan bukti bahwa kepercayaan diri para penjual online meningkat seiring dengan memulihnya roda perekonomian.
"Menurut Lazada Consumer Study, 73 persen konsumen di Asia Tenggara memandang belanja daring menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Penjual daring yang dapat memahami preferensi dan tren pembeli daring akan berada pada posisi yang aman untuk tetap dapat bersaing dan memenangkan industri perdagangan digital,” ujar Magnus dalam keterangan pers, Jumat.
Perayaan seperti Ramadan dan Paskah serta musim liburan yang akan datang, dinilai menjadi pendorong utama pola pandang positif tersebut. Pasalnya pada periode itu, peningkatan permintaan dan konsumsi barang dari pembeli sangat umum terjadi.
Untuk mendukung antisipasi pertumbuhan dalam penjualan daring di kuartal selanjutnya, 74 persen penjual menyatakan mereka akan meningkatkan inventaris produk setidaknya 10 persen dalam tiga bulan ke depan. Sementara itu, 47 persen mengatakan akan menambah sumber daya manusia.
Survei juga menunjukkan bahwa kepercayaan penjual tersebar di beberapa kategori, di antaranya general merchandise (81 persen), fesyen (78 persen), dan fast-moving consumer goods (76 persen) yang menjadi kategori teratas.
Temuan itu juga sejalan dengan preferensi konsumen belanja daring di Asia Tenggara, di mana fesyen dan kesehatan-kecantikan berada di posisi puncak untuk pembelian daring selanjutnya, menurut Lazada Consumer Study terbaru.
Studi yang sama juga menunjukkan bahwa pelanggan mencari harga yang lebih murah, biaya pengiriman yang terjangkau, kemudahan pencarian serta kenyamanan ketika berbelanja daring.
Hal tersebut juga telah dipahami oleh para pelaku bisnis. Terbukti bahwa berdasarkan DCCI terbaru, upaya menarik traffic konsumen (58 persen) dan peningkatan persaingan harga (56 persen) menjadi dua pertimbangan utama untuk pertumbuhan di kuartal selanjutnya.
Sebagai informasi, DCCI merupakan studi pertama yang berupaya memetakan tren dalam perdagangan digital dengan memberikan indeks pada sentimen dan tingkat kepercayaan dari penjual daring di Asia Tenggara.
Tujuannya, mengukur tingkat optimisme bisnis berdasarkan survei yang membandingkan beragam pandangan dari penjual daring di Asia Tenggara yakni Indonesia, Filipina, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Singapura.
Chief Strategy Officer Lazada Group Magnus Ekbom mengatakan hal tersebut merupakan bukti bahwa kepercayaan diri para penjual online meningkat seiring dengan memulihnya roda perekonomian.
"Menurut Lazada Consumer Study, 73 persen konsumen di Asia Tenggara memandang belanja daring menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Penjual daring yang dapat memahami preferensi dan tren pembeli daring akan berada pada posisi yang aman untuk tetap dapat bersaing dan memenangkan industri perdagangan digital,” ujar Magnus dalam keterangan pers, Jumat.
Perayaan seperti Ramadan dan Paskah serta musim liburan yang akan datang, dinilai menjadi pendorong utama pola pandang positif tersebut. Pasalnya pada periode itu, peningkatan permintaan dan konsumsi barang dari pembeli sangat umum terjadi.
Untuk mendukung antisipasi pertumbuhan dalam penjualan daring di kuartal selanjutnya, 74 persen penjual menyatakan mereka akan meningkatkan inventaris produk setidaknya 10 persen dalam tiga bulan ke depan. Sementara itu, 47 persen mengatakan akan menambah sumber daya manusia.
Survei juga menunjukkan bahwa kepercayaan penjual tersebar di beberapa kategori, di antaranya general merchandise (81 persen), fesyen (78 persen), dan fast-moving consumer goods (76 persen) yang menjadi kategori teratas.
Temuan itu juga sejalan dengan preferensi konsumen belanja daring di Asia Tenggara, di mana fesyen dan kesehatan-kecantikan berada di posisi puncak untuk pembelian daring selanjutnya, menurut Lazada Consumer Study terbaru.
Studi yang sama juga menunjukkan bahwa pelanggan mencari harga yang lebih murah, biaya pengiriman yang terjangkau, kemudahan pencarian serta kenyamanan ketika berbelanja daring.
Hal tersebut juga telah dipahami oleh para pelaku bisnis. Terbukti bahwa berdasarkan DCCI terbaru, upaya menarik traffic konsumen (58 persen) dan peningkatan persaingan harga (56 persen) menjadi dua pertimbangan utama untuk pertumbuhan di kuartal selanjutnya.
Sebagai informasi, DCCI merupakan studi pertama yang berupaya memetakan tren dalam perdagangan digital dengan memberikan indeks pada sentimen dan tingkat kepercayaan dari penjual daring di Asia Tenggara.
Tujuannya, mengukur tingkat optimisme bisnis berdasarkan survei yang membandingkan beragam pandangan dari penjual daring di Asia Tenggara yakni Indonesia, Filipina, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Singapura.