Ternate (ANTARA) - Ribuan warga Ternate, Maluku Utara (Malut) memeriahkan tradisi Malam Ela-ela atau menyambut malam lailatul qadar dipusatkan di Kesultanan Ternate, sebagai tradisi ratusan tahun masyarakat setempat.
"Tradisi Malam Ela-ela merupakan ciri khas umat Muslim yang berlaku di Ternate sejak ratusan tahun silam dan tradisi dalam setiap menyambut malam Lailatul Qadar yang disebut ela-ela biasanya digelar pada malam 27 Ramadhan, puncak pelaksanaan usai shalat magrib dan dilanjutkan usai shalat tarawih," kata Kabid Adat se Atorang Dinas Kebudayaan Kota Ternate, Gunawan Radjim ditemui di Kesultanan Ternate, Kamis.
Ritual malam qunut atau dikenal Malam Ela-ela baru digelar tahun 2022 ini, setelah tujuh tahun vakum, karena kekosongan jabatan Kesultanan, namun tahun ini dengan adanya Sultan Ternate Hidayatullah Sjah, maka ritual ini kembal digelar.
Ritual dimulai ba’da Ashar, alat-alat pusaka kelengkapan masjid Kesultanan Ternate dan akan dikembalikan pada 3 Syawal 1443 Hijriah.
Sehingga, prosesi kabasarang uci yang digelar selama ratusan tahun ini kembali dilakukan setelah adanya Sultan Ternate Hidayatullah Sjah.
Gunawan menyebut, program pengembangan kebudayaan melalui Festival Ela-ela sebagai kegiatan tahunan dalam menyambut malam lailatul qadar 27 Ramadhan, sebagai tradisi leluhur ratusan tahun masyarakat setempat dengan melibatkan berbagai etnis dan agama.
Dia menyatakan, Festival Ela-ela sebagai tradisi masyarakat di Ternate akan diikuti sebanyak 17 Kelurahan pada tersebar pada lima Kecamatan di Kota Ternate.
Lomba Semarak Festival Ela-ela pada, Kamis, (28/4) akan meramaikan malam ela-ela atau menyalakan obor merupakan tradisi di Maluku Utara, biasanya dilaksanakan saat malam ke-27 Ramadhan untuk menyambut malam lailatul qadar.
Menurut dia, Festival Ela-ela yang telah menjadi kegiatan rutin tersebut ditampilkan ritual penyambutan malam Lailatul Qadar yang diawali dengan pembacaan doa di Kedaton Kesultanan Ternate selesai pelaksanaan shalat tarawih di masjid Kesultanan Ternate.
Kegiatan selanjutnya dalam Festival Ela-ela tersebut, adalah pembakaran obor yang dalam bahasa daerah Ternate disebut ela-ela oleh wakil dari Kesultanan Ternate diikuti seluruh masyarakat dan lintas agama, baik yang ada di lingkungan Kedaton Kesultanan maupun di seluruh wilayah Ternate.
"Tradisi Malam Ela-ela merupakan ciri khas umat Muslim yang berlaku di Ternate sejak ratusan tahun silam dan tradisi dalam setiap menyambut malam Lailatul Qadar yang disebut ela-ela biasanya digelar pada malam 27 Ramadhan, puncak pelaksanaan usai shalat magrib dan dilanjutkan usai shalat tarawih," kata Kabid Adat se Atorang Dinas Kebudayaan Kota Ternate, Gunawan Radjim ditemui di Kesultanan Ternate, Kamis.
Ritual malam qunut atau dikenal Malam Ela-ela baru digelar tahun 2022 ini, setelah tujuh tahun vakum, karena kekosongan jabatan Kesultanan, namun tahun ini dengan adanya Sultan Ternate Hidayatullah Sjah, maka ritual ini kembal digelar.
Ritual dimulai ba’da Ashar, alat-alat pusaka kelengkapan masjid Kesultanan Ternate dan akan dikembalikan pada 3 Syawal 1443 Hijriah.
Sehingga, prosesi kabasarang uci yang digelar selama ratusan tahun ini kembali dilakukan setelah adanya Sultan Ternate Hidayatullah Sjah.
Gunawan menyebut, program pengembangan kebudayaan melalui Festival Ela-ela sebagai kegiatan tahunan dalam menyambut malam lailatul qadar 27 Ramadhan, sebagai tradisi leluhur ratusan tahun masyarakat setempat dengan melibatkan berbagai etnis dan agama.
Dia menyatakan, Festival Ela-ela sebagai tradisi masyarakat di Ternate akan diikuti sebanyak 17 Kelurahan pada tersebar pada lima Kecamatan di Kota Ternate.
Lomba Semarak Festival Ela-ela pada, Kamis, (28/4) akan meramaikan malam ela-ela atau menyalakan obor merupakan tradisi di Maluku Utara, biasanya dilaksanakan saat malam ke-27 Ramadhan untuk menyambut malam lailatul qadar.
Menurut dia, Festival Ela-ela yang telah menjadi kegiatan rutin tersebut ditampilkan ritual penyambutan malam Lailatul Qadar yang diawali dengan pembacaan doa di Kedaton Kesultanan Ternate selesai pelaksanaan shalat tarawih di masjid Kesultanan Ternate.
Kegiatan selanjutnya dalam Festival Ela-ela tersebut, adalah pembakaran obor yang dalam bahasa daerah Ternate disebut ela-ela oleh wakil dari Kesultanan Ternate diikuti seluruh masyarakat dan lintas agama, baik yang ada di lingkungan Kedaton Kesultanan maupun di seluruh wilayah Ternate.