Ambon (ANTARA) - Arkeolog Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Kantor Arkeologi Maluku, Lukas Wattimena menyatakan simbol gender perahu dominasi pembuatan perahu tradisional di Kepulauan Kei, Kabupaten Maluku Tenggara.

"Simbol itu ada karena ritual dan konsep gender perahu laki- laki dan perempuan," katanya, Sabtu.

Konsep gender katanya, terjadi karena adanya komunikasi simbol antara pemesan dan pembuat perahu.

Selain simbol gender, simbol mata juga ditemukan sebagai simbol untuk melihat, dan terdapat di bagian depan perahu.

"Ada beberapa referensi yang kami temukan dari penelitian di Kepulauan Kei tentang motif gambar perahu, kemudian kami cocokkan dan telusuri secara data dan wawancara dengan masyarakat," katanya.

Penelitian kemaritiman telah dimulai tahun 2014 hingga 2019 di provinsi Maluku dan Maluku Utara.

Penelitian tersebar di beberapa wilayah di Maluku Utara, yakni Halmahera Utara dan Halmahera Barat, serta di Maluku di kabupaten Maluku Tenggara dan Maluku Tengah.

Di Maluku Tenggara, pihaknya mencoba menelusuri nilai pengetahuan yang terkuak dari hasil penelitian yang terlihat pada aspek simbol, di mana ada ritual-ritual atau konsep tentang pembuatan perahu, bagaimana perahu itu harus dibentuk.

Bagaimana proses cara pengambilan kayu yang baik, bahan yang dikumpulkan, sampai pada proses akhir perahu itu siap dan digunakan.

"Kemudian perahu yang dibuat perahu jenis apa, atau hanya untuk sekedar kebutuhan sehari-hari, atau untuk mata pencaharian dan sebagainya, semua terlihat dalam simbol dan aspek simbol tersebut juga berkaitan," katanya.

Pembuatan perahu di Kepulauan Kei masih menggunakan teknologi tradisional, walaupun sudah ada teknologi modern.

"Proses pembuatan perahu masih menggunakan teknologi tradisional di sejumlah desa, menyesuaikan kebutuhan kelompok masyarakat yang ada di desa itu," kata Lukas.

Pewarta : Penina Fiolana Mayaut
Uploader : Aang Sabarudin
Copyright © ANTARA 2024