Palembang (ANTARA) - Bank Pembangunan Daerah PT Bank Sumsel Babel memperbanyak kluster kredit usaha untuk meningkatkan performa penyalurannya pada tahun 2022 yang ditargetkan tumbuh 8 persen hingga 9 persen.
Direktur Utama PT Bank Sumsel Babel Achmad Syamsudin di Palembang, Senin, mengatakan, sejauh ini perusahaan telah mengembangkan kluster pertanian, kluster kuliner, kluster fesyen dan lainnya.
“Dengan dibuatkan klusternya maka akan terbentuk ekosistem bisnisnya, mulai dari hulu hingga ke hilir sehingga bisa menekan biaya produksi,” kata Syamsudin.
Jika pelaku usaha dapat menekan biaya produksi maka kemampuan untuk membayar cicilan kredit akan meningkat. Selain itu, ketahanan usaha juga meningkat sehingga pelaku usaha tersebut dapat naik kelas, khususnya pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Hal ini sudah dilakukan BSB di Kampung Pempek Tanjung Rajo Palembang yang menyalurkan kredit pembiayaan mikro dengan pembiayaan berkisar Rp2 juta hingga Rp10 juta.
Kemudian, yang dinilai juga cukup berhasil yakni pembentukan kluster pertanian di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur untuk penyaluran KUR.
Dari total alokasi KUR pada 2021 senilai hampir Rp1 trilun yang dititipkan ke BSB oleh negara, diketahui hampir 50 persennya disalurkan ke sektor pertanian.
Ke depan, BSB akan memperbanyak kluster bisnis sembari terus menggali potensi bisnis baru di Sumsel.
Sejauh ini upaya ini cukup berbuah hasil positif, yang mana pada 2021 mampu meraup laba Rp600 miliar atau tumbuh sekitar 13,32 persen.
Indikator positif lain yang mampu dicapai BSB pada 2021 yakni realisasi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mampu mengumpulkan Rp25 triliun atau tumbuh 18 persen (yoy). Kemudian, Loan to Deposit Ratio (LDR) atau rasio penyaluran kredit mencapai 75 persen.
Kemudian Non Performing Loan (NPL) atau rasio kredit bermasalah yang hanya 0,5 persen di bawah ambang batas 5,0 persen. Lalu, modal usaha yang mencapai Rp4 triliun hingga 31 Desember 2021.
Direktur Utama PT Bank Sumsel Babel Achmad Syamsudin di Palembang, Senin, mengatakan, sejauh ini perusahaan telah mengembangkan kluster pertanian, kluster kuliner, kluster fesyen dan lainnya.
“Dengan dibuatkan klusternya maka akan terbentuk ekosistem bisnisnya, mulai dari hulu hingga ke hilir sehingga bisa menekan biaya produksi,” kata Syamsudin.
Jika pelaku usaha dapat menekan biaya produksi maka kemampuan untuk membayar cicilan kredit akan meningkat. Selain itu, ketahanan usaha juga meningkat sehingga pelaku usaha tersebut dapat naik kelas, khususnya pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Hal ini sudah dilakukan BSB di Kampung Pempek Tanjung Rajo Palembang yang menyalurkan kredit pembiayaan mikro dengan pembiayaan berkisar Rp2 juta hingga Rp10 juta.
Kemudian, yang dinilai juga cukup berhasil yakni pembentukan kluster pertanian di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur untuk penyaluran KUR.
Dari total alokasi KUR pada 2021 senilai hampir Rp1 trilun yang dititipkan ke BSB oleh negara, diketahui hampir 50 persennya disalurkan ke sektor pertanian.
Ke depan, BSB akan memperbanyak kluster bisnis sembari terus menggali potensi bisnis baru di Sumsel.
Sejauh ini upaya ini cukup berbuah hasil positif, yang mana pada 2021 mampu meraup laba Rp600 miliar atau tumbuh sekitar 13,32 persen.
Indikator positif lain yang mampu dicapai BSB pada 2021 yakni realisasi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mampu mengumpulkan Rp25 triliun atau tumbuh 18 persen (yoy). Kemudian, Loan to Deposit Ratio (LDR) atau rasio penyaluran kredit mencapai 75 persen.
Kemudian Non Performing Loan (NPL) atau rasio kredit bermasalah yang hanya 0,5 persen di bawah ambang batas 5,0 persen. Lalu, modal usaha yang mencapai Rp4 triliun hingga 31 Desember 2021.