Palembang (ANTARA) - Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan merilis nilai tukar petani perkebunan rakyat meliputi karet dan sawit mengalami kenaikan signifikan di daerah setempat pada Desember 2021 yakni mencapai indeks 122,09.
“Dengan angka di atas 100 itu artinya petani perkebunan Sumsel mengalami surplus,” kata Zulkipli dalam konferensi secara virtual, Senin.
Baiknya NTP petani perkebunan rakyat ini sudah terjadi sejak November 2021 yang mana mencapai indeks 121,72 persen.
Ini sejalan dengan kondisi yang terjadi yakni adanya kenaikan harga sawit di tingkat petani karena tingginya permintaan dari dalam negeri dan luar negeri.
Capaian positif juga dirasakan oleh sektor peternakan, yang mana indeks mencapai 10,2,15 atau meningkat 0,48 dibandingkan bulan sebelumnya, kemudian sektor perikanan 101,57 atau meningkat 0,72 persen dibandingkan November 2021.
Hanya saja, pembudidaya ikan yang mengalami penurunan indeks NTP-nya dari 94,25 menjadi 94,05. Sebaliknya nelayan tercatat mendapatkan NTP yang lebih baik yakni 107,19 pada Desember 2021 dibandingkan November 2021 yakni 105,77.
“Penurunan indeks NTP pembudidaya ikan ini terjadi karena indeks yang diterima lebih sedikit dibandingkan indeks yang dibayarkan petani,” kata dia.
Berdasarkan catatan BPS, terdapat tiga sektor yang masih menjadi sorotan yakni tanaman pangan, hortikultura, dan pembudidayaan ikan yang indeks NTP masih dibawah 100.
Secara keseluruhan pada Desember 2021 ini, Sumsel mengalami kenaikan 0,66 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya.
Terbentuknya indeks NTP yang positif ini juga dipengaruhi oleh kenaikan harga gabah di Sumsel yakni sebesar 2,86 persen, jagung 1,46 persen. Kemudian, tanaman hortikultura seperti cabai rawit, pare, dan ketimun yang mengalami kenaikan 20 persen. Demikian juga dengan buah buahan seperti alpukat, pisang dan pepaya yang juga mengalami kenaikan.
Namun secara umum, petani di Sumsel dalam melakukan aktivitasnya dalam kondisi positif, kata dia.
Ini dapat diamati dari perkembangan nilai tukar usaha petani (NTUP) yagn sudah dikurangi biaya konsumsi rumah tangga dari seluruh subsektor yang menunjukkan positif di angka indeks 112,9 pada Desember atau naik 0,77 persen dibandingkan November.
Kondisi ini tergambar dalam inflasi pedesaan yang mengalami 0,61 persen lebih besar dari inflasi perkotaan 0,42 persen karena dipicu kenaikan makanan, minuman dan tembakau yang memiliki andil tertinggi dalam pembentukan inflasi pedesaan yakni 0,96 persen.
“Dengan angka di atas 100 itu artinya petani perkebunan Sumsel mengalami surplus,” kata Zulkipli dalam konferensi secara virtual, Senin.
Baiknya NTP petani perkebunan rakyat ini sudah terjadi sejak November 2021 yang mana mencapai indeks 121,72 persen.
Ini sejalan dengan kondisi yang terjadi yakni adanya kenaikan harga sawit di tingkat petani karena tingginya permintaan dari dalam negeri dan luar negeri.
Capaian positif juga dirasakan oleh sektor peternakan, yang mana indeks mencapai 10,2,15 atau meningkat 0,48 dibandingkan bulan sebelumnya, kemudian sektor perikanan 101,57 atau meningkat 0,72 persen dibandingkan November 2021.
Hanya saja, pembudidaya ikan yang mengalami penurunan indeks NTP-nya dari 94,25 menjadi 94,05. Sebaliknya nelayan tercatat mendapatkan NTP yang lebih baik yakni 107,19 pada Desember 2021 dibandingkan November 2021 yakni 105,77.
“Penurunan indeks NTP pembudidaya ikan ini terjadi karena indeks yang diterima lebih sedikit dibandingkan indeks yang dibayarkan petani,” kata dia.
Berdasarkan catatan BPS, terdapat tiga sektor yang masih menjadi sorotan yakni tanaman pangan, hortikultura, dan pembudidayaan ikan yang indeks NTP masih dibawah 100.
Secara keseluruhan pada Desember 2021 ini, Sumsel mengalami kenaikan 0,66 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya.
Terbentuknya indeks NTP yang positif ini juga dipengaruhi oleh kenaikan harga gabah di Sumsel yakni sebesar 2,86 persen, jagung 1,46 persen. Kemudian, tanaman hortikultura seperti cabai rawit, pare, dan ketimun yang mengalami kenaikan 20 persen. Demikian juga dengan buah buahan seperti alpukat, pisang dan pepaya yang juga mengalami kenaikan.
Namun secara umum, petani di Sumsel dalam melakukan aktivitasnya dalam kondisi positif, kata dia.
Ini dapat diamati dari perkembangan nilai tukar usaha petani (NTUP) yagn sudah dikurangi biaya konsumsi rumah tangga dari seluruh subsektor yang menunjukkan positif di angka indeks 112,9 pada Desember atau naik 0,77 persen dibandingkan November.
Kondisi ini tergambar dalam inflasi pedesaan yang mengalami 0,61 persen lebih besar dari inflasi perkotaan 0,42 persen karena dipicu kenaikan makanan, minuman dan tembakau yang memiliki andil tertinggi dalam pembentukan inflasi pedesaan yakni 0,96 persen.