Palembang (ANTARA) - PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) siap memasarkan pupuk NPK khusus untuk tanaman kopi dan singkong untuk mendukung peningkatan produksi komoditas tersebut.
Direktur Utama PT Pusri Tri Wahyudi Saleh mengatakan perusahaan melahirkan produk baru ini karena dua komoditas ini menjadi andalan di Sumsel dan Lampung.
“Setelah melewati uji coba dan riset, akhirnya kami meluncurkan NPK kopi dan NPK singkong pada tahun ini,” kata Tri dalam acara Media Gathering di Palembang, Minggu.
Ia mengatakan riset dilakukan pada 2020 hingga 2021, yang mana menunjukkan terjadi peningkatan produksi secara konsisten di dua tahun itu.
Uji coba pupuk NPK kopi dilakukan di Pagaralam, Sumatera Selatan pada 2020 yang menunjukkan terjadi peningkatan produktivitas dari 0,8 ton per hektare menjadi 1,3 ton per hektare. Kemudian dilakukan lagi pada 2021, yang juga menunjukkan hasil relatif sama yakni terjadi kenaikan berkisar 50 persen.
Hal serupa juga dilakukan pada produk NPK singkong dengan melakukan uji coba di Lampung pada 2020 dan 2021. “Dari biasanya 21 ton per hektare, kini menjadi 41 ton per hektare. Produksi ini secara konsisten terjadi juga pada tahun berikutnya,” kata dia.
Untuk itu, melalui program Makmur (Mari Kita Majukan Usaha Rakyat) yang dicanangkan Kementerian BUMN, Pusri akan memasarkan pupuk NPK kopi dan NPK singkong ini ke petani.
Program Makmur itu menghubungkan petani dengan project leader, asuransi, lembaga keuangan, teknologi pertanian, agro input, offtaker, dan pemerintah daerah, namun petani didorong menggunakan pupuk nonsubsidi.
Sejauh ini, Pusri menilai NPK kopi akan terserap di Sumsel karena daerah ini memiliki areal perkebunan terluas di Indonesia yakni 249 ribu hektare, sementara untuk NPK singkong akan lebih banyak diserap Provinsi Lampung karena memiliki areal perkebunan mencapai 256 ribu Hektare.
Walau sebenarnya bahan baku pembuatan NPK ini mengalami kenaikan, tapi Pusri tetap berupaya agar pupuk ini terjangkau berkisar Rp10 ribu per kg atau lebih murah dari produk impor yang rata-rata Rp14 ribu per kg, kata dia.
Direktur Utama PT Pusri Tri Wahyudi Saleh mengatakan perusahaan melahirkan produk baru ini karena dua komoditas ini menjadi andalan di Sumsel dan Lampung.
“Setelah melewati uji coba dan riset, akhirnya kami meluncurkan NPK kopi dan NPK singkong pada tahun ini,” kata Tri dalam acara Media Gathering di Palembang, Minggu.
Ia mengatakan riset dilakukan pada 2020 hingga 2021, yang mana menunjukkan terjadi peningkatan produksi secara konsisten di dua tahun itu.
Uji coba pupuk NPK kopi dilakukan di Pagaralam, Sumatera Selatan pada 2020 yang menunjukkan terjadi peningkatan produktivitas dari 0,8 ton per hektare menjadi 1,3 ton per hektare. Kemudian dilakukan lagi pada 2021, yang juga menunjukkan hasil relatif sama yakni terjadi kenaikan berkisar 50 persen.
Hal serupa juga dilakukan pada produk NPK singkong dengan melakukan uji coba di Lampung pada 2020 dan 2021. “Dari biasanya 21 ton per hektare, kini menjadi 41 ton per hektare. Produksi ini secara konsisten terjadi juga pada tahun berikutnya,” kata dia.
Untuk itu, melalui program Makmur (Mari Kita Majukan Usaha Rakyat) yang dicanangkan Kementerian BUMN, Pusri akan memasarkan pupuk NPK kopi dan NPK singkong ini ke petani.
Program Makmur itu menghubungkan petani dengan project leader, asuransi, lembaga keuangan, teknologi pertanian, agro input, offtaker, dan pemerintah daerah, namun petani didorong menggunakan pupuk nonsubsidi.
Sejauh ini, Pusri menilai NPK kopi akan terserap di Sumsel karena daerah ini memiliki areal perkebunan terluas di Indonesia yakni 249 ribu hektare, sementara untuk NPK singkong akan lebih banyak diserap Provinsi Lampung karena memiliki areal perkebunan mencapai 256 ribu Hektare.
Walau sebenarnya bahan baku pembuatan NPK ini mengalami kenaikan, tapi Pusri tetap berupaya agar pupuk ini terjangkau berkisar Rp10 ribu per kg atau lebih murah dari produk impor yang rata-rata Rp14 ribu per kg, kata dia.