Dalam penerapannya, BRI akan menggunakan kanal digital banking BRImo dan cash management system (CMS).
"BRI telah melakukan uji coba penerapan untuk memastikan operasional BI-FAST berjalan secara aman, cepat, dan efisien. Lebih lanjut, adanya BI-FAST memberikan banyak manfaat bagi nasabah," kata Handayani dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat.
Menurutnya, penerapan BI-FAST dapat menguntungkan nasabah karena baik transaksi maupun settlement dapat dilakukan 24 jam dalam 7 hari secara realtime.
Fitur proxy address enabled dalam BI-FAST dapat menunjang kerahasiaan transaksi karena nasabah dapat menggunakan nama alias ketika bertransaksi.
Di samping itu, dengan BI-FAST biaya transaksi lebih murah di mana BI menetapkan harga transaksi dari BI ke bank peserta BI-FAST hanya Rp19 per transaksi. Sementara harga transaksi dari bank peserta BI-FAST ke nasabah dipatok maksimal Rp2.500 atau lebih rendah dibandingkan sebelumnya yang Rp6.500.
"BRI telah melakukan semua skenario tes di fase industrial test bersama BI dan peserta BI-FAST tahap pertama. Saat ini, BBRI sedang melakukan internal testing lanjutan agar dapat menyesuaikan agenda live BI-FAST tahap pertama," ungkap Handayani.
Berbarengan dengan uji coba internal, Handayani mengungkapkan BRI juga tengah melakukan finalisasi standard operating procedure (SOP) sambil menunggu progres kenaikan success rate dan secara rutin mengevaluasi operasional BI-FAST demi terus meningkatkan kualitas layanan.
"BRI termasuk salah satu dari 21 peserta yang akan mengimplementasikan BI-FAST di tahap pertama, di mana dijadwalkan live pada Desember 2021. Paralel dengan itu, BRI sedang melakukan finalisasi penyusunan SOP dan menunggu progres kenaikan success rate baik di industri dan BRI sebesar 99,5 persen baik untuk incoming dan outgoing, serta melakukan evaluasi secara mingguan untuk gradual rollout ke nasabah," pungkas Handayani.