Palembang (ANTARA) - Pakar pertanian Unviersitas Sriwijaya (Unsri) Palembang Prof Siti Herlinda mendorong masyarakat di perkotaan di wilayah Sumatera Selatan dan provinsi lainnya untuk membudidayakan black soldier fly (BSF)' atau lalat tentara hitam (hermetia illucens) di pekarangan rumah.
"Manfaat budidaya BSF di antaranya untuk mengatasi masalah limbah perkotaan seperti makanan, kotoran ternak, dan limbah organik lainnya," kata Prof Herlinda dalam seminar nasional 'Sustainable urban farming, solusi persoalan pangan di era pandemi COVID-19' yang digelar PUR-PLSO Unsri Palembang, Rabu.
Menurut dia, untuk membudidayakan BSF atau lalat tetara hitam itu bisa dilakukan di perkarangan rumah memanfaatkan sampah organik rumah tangga.
"Budidaya BSF tidak memerlukan lahan yang luas dan dapat dilakukan di perkarangan rumah sehingga sangat sesuai untuk areal perkotaan yang lahannya sempit," ujarnya.
Budidaya BSF ini potensial untuk dikembangkan selain dapat menghasilkan pupuk organik juga dapat menghasilkan pakan ikan dan unggas.
Lalat tersebut memiliki fase hidup dimulai dari telur, larva (maggot), pupa, dan imago atau lalat.
Pada fase imago, lalat meletakkan telur di samping sumber pakan berupa sampah organik yang berbau menyengat, lalu telur menetas menjadi larva
atau maggot.
Maggot dapat mengonsumsi dan merombak limbah bahan organik atau sampah rumah tangga dan kotoran ternak menjadi produk akhir berupa pupuk organik atau kasgot.
Kasgot mengandung nutrisi untuk tanaman, yaitu unsur-unsur NPK.
Larva dan pupa BSF yang terbentuk banyak mengandung protein dan dapat langsung dimanfaatkan
untuk pakan unggas dan ikan yang memiliki nilai jual tinggi.
Budidaya BSF sangat cocok untuk mendukung pertanian perkotaan (urban farming) pada masa pandemi COVID-19 ini, karena selain untuk hiburan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan bila dilakukan secara profesional, katanya.
"Manfaat budidaya BSF di antaranya untuk mengatasi masalah limbah perkotaan seperti makanan, kotoran ternak, dan limbah organik lainnya," kata Prof Herlinda dalam seminar nasional 'Sustainable urban farming, solusi persoalan pangan di era pandemi COVID-19' yang digelar PUR-PLSO Unsri Palembang, Rabu.
Menurut dia, untuk membudidayakan BSF atau lalat tetara hitam itu bisa dilakukan di perkarangan rumah memanfaatkan sampah organik rumah tangga.
"Budidaya BSF tidak memerlukan lahan yang luas dan dapat dilakukan di perkarangan rumah sehingga sangat sesuai untuk areal perkotaan yang lahannya sempit," ujarnya.
Budidaya BSF ini potensial untuk dikembangkan selain dapat menghasilkan pupuk organik juga dapat menghasilkan pakan ikan dan unggas.
Lalat tersebut memiliki fase hidup dimulai dari telur, larva (maggot), pupa, dan imago atau lalat.
Pada fase imago, lalat meletakkan telur di samping sumber pakan berupa sampah organik yang berbau menyengat, lalu telur menetas menjadi larva
atau maggot.
Maggot dapat mengonsumsi dan merombak limbah bahan organik atau sampah rumah tangga dan kotoran ternak menjadi produk akhir berupa pupuk organik atau kasgot.
Kasgot mengandung nutrisi untuk tanaman, yaitu unsur-unsur NPK.
Larva dan pupa BSF yang terbentuk banyak mengandung protein dan dapat langsung dimanfaatkan
untuk pakan unggas dan ikan yang memiliki nilai jual tinggi.
Budidaya BSF sangat cocok untuk mendukung pertanian perkotaan (urban farming) pada masa pandemi COVID-19 ini, karena selain untuk hiburan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan bila dilakukan secara profesional, katanya.