Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Sebanyak 14 siswa yang menjadi korban keracunan makanan nasi kotak pesanan (katering) di SMKN 1 Rejotangan, Tulungagung, Jawa Timur saat ini mulai membaik.
"Saat ini ada 14 siswa yang masih dirawat di sini. Beberapa kondisinya masih lemah, namun secara umum sudah berangsur membaik," kata penanggung jawab IGD dan Rawat Inap Puskesmas Banjarejo, Edi Suroso di Tulungagung, Senin.
Mereka belum diperbolehkan pulang karena perkembangan klinisnya masih memerlukan pengawasan intensif dari tim medis. Sebagian besar sudah mampu duduk dan makan makanan lunak. Namun rata-rata masih ada keluhan badan lemas dan sebagian pusing.
Disebutkan, jumlah siswa yang dirawat di puskesmas rawat inap di Kecamatan Rejotangan ini awalnya ada 12 orang.
Namun kemudian bertambah dua orang siswa lagi masuk IGD karena mengalami gejala mual-muntah disertai diare akibat makanan katering yang disantap di sekolah pada Jumat (8/10) dan Sabtu (9/10).
Untuk mempercepat pemulihan, pihak puskesmas melakukan tindakan rehidrasi dengan memberikan infus. "Alhamdulillah dehidrasi mereka mulai berkurang banyak," katanya.
Sejumlah gejala klinis keracunan juga mulai berkurang. Saat ini hanya beberapa pasien yang masih mengeluh sakit perut dan diare.
"Yang masih ada keluhan itu nyeri perut dan diare, tapi itupun sudah frekuensinya sudah jarang," katanya.
Jika dalam 1x 24 jam rasa nyeri perut berkurang dan diare bisa berhenti, Edi memastikan para siswa diperbolehkan pulang untuk menjalani rawat jalan dan proses pemulihan di rumah.
Namun mereka belum diperkenankan masuk sekolah mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka demi memastikan kesehatan benar-benar pulih seperti sedia kala.
Petugas kesehatan memeriksa tensi atau tekanan darah salah satu korban keracunan masal makanan katering sekolah di SMKN 1 Rejotangan, Tulungagung, Jawa Timur, Senin (11/10/2021). o (ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko)
Insiden keracunan masal ini dialami sekitar 24 siswa dan guru di SMKN 1 Rejotangan pada Jumat (8/10) dan berlanjut hingga Sabtu (9/10).
Para siswa dan guru ini mengalami gejala mual, muntah disertai diare dan kepala pusing setelah sebelumnya menyantap makanan katering di sekolah, berupa nasi kotak dengan lauk mi dan telur saat mengikuti kegiatan pameran seni dan kreasi atau semacam pentas seni di sekolah.
Tanda-tanda keracunan dialami siswa sepulang dari sekolah pada Jumat sore, dan berlanjut pada Sabtu saat mereka kembali masuk sekolah dan semakin banyak yang mengalami gejala mual-muntah disertai diare dan pusing.
Banyaknya siswa yang mengalami keluhan serupa memaksa pihak sekolah melarikan mereka ke puskesmas terdekat guna mendapat perawatan.
Dari pemeriksaan yang dilakukan dugaan keracunan berasal dari makanan katering yang dimakan para siswa.
Namun polisi melakukan pendalaman, lantaran makanan yang disantap para siswa berasal dari tiga katering berbeda.
Menurut data pihak SMKN 1 Rejotangan, total ada 24 siswa dan guru yang mengalami gejala keracunan, 14 orang di antaranya dirawat di puskesmas Banjarejo, demikian Masrur Hanafi.
Sabtu siang 12 siswa dievakuasi ke IGD puskesmas oleh pihak sekolah guna mendapatkan penanganan medis. Pada Minggu kemarin jumlah siswa yang menjalani rawat inap bertambah dua, sehingga menjadi 14 siswa.(*)
"Saat ini ada 14 siswa yang masih dirawat di sini. Beberapa kondisinya masih lemah, namun secara umum sudah berangsur membaik," kata penanggung jawab IGD dan Rawat Inap Puskesmas Banjarejo, Edi Suroso di Tulungagung, Senin.
Mereka belum diperbolehkan pulang karena perkembangan klinisnya masih memerlukan pengawasan intensif dari tim medis. Sebagian besar sudah mampu duduk dan makan makanan lunak. Namun rata-rata masih ada keluhan badan lemas dan sebagian pusing.
Disebutkan, jumlah siswa yang dirawat di puskesmas rawat inap di Kecamatan Rejotangan ini awalnya ada 12 orang.
Namun kemudian bertambah dua orang siswa lagi masuk IGD karena mengalami gejala mual-muntah disertai diare akibat makanan katering yang disantap di sekolah pada Jumat (8/10) dan Sabtu (9/10).
Untuk mempercepat pemulihan, pihak puskesmas melakukan tindakan rehidrasi dengan memberikan infus. "Alhamdulillah dehidrasi mereka mulai berkurang banyak," katanya.
Sejumlah gejala klinis keracunan juga mulai berkurang. Saat ini hanya beberapa pasien yang masih mengeluh sakit perut dan diare.
"Yang masih ada keluhan itu nyeri perut dan diare, tapi itupun sudah frekuensinya sudah jarang," katanya.
Jika dalam 1x 24 jam rasa nyeri perut berkurang dan diare bisa berhenti, Edi memastikan para siswa diperbolehkan pulang untuk menjalani rawat jalan dan proses pemulihan di rumah.
Namun mereka belum diperkenankan masuk sekolah mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka demi memastikan kesehatan benar-benar pulih seperti sedia kala.
Insiden keracunan masal ini dialami sekitar 24 siswa dan guru di SMKN 1 Rejotangan pada Jumat (8/10) dan berlanjut hingga Sabtu (9/10).
Para siswa dan guru ini mengalami gejala mual, muntah disertai diare dan kepala pusing setelah sebelumnya menyantap makanan katering di sekolah, berupa nasi kotak dengan lauk mi dan telur saat mengikuti kegiatan pameran seni dan kreasi atau semacam pentas seni di sekolah.
Tanda-tanda keracunan dialami siswa sepulang dari sekolah pada Jumat sore, dan berlanjut pada Sabtu saat mereka kembali masuk sekolah dan semakin banyak yang mengalami gejala mual-muntah disertai diare dan pusing.
Banyaknya siswa yang mengalami keluhan serupa memaksa pihak sekolah melarikan mereka ke puskesmas terdekat guna mendapat perawatan.
Dari pemeriksaan yang dilakukan dugaan keracunan berasal dari makanan katering yang dimakan para siswa.
Namun polisi melakukan pendalaman, lantaran makanan yang disantap para siswa berasal dari tiga katering berbeda.
Menurut data pihak SMKN 1 Rejotangan, total ada 24 siswa dan guru yang mengalami gejala keracunan, 14 orang di antaranya dirawat di puskesmas Banjarejo, demikian Masrur Hanafi.
Sabtu siang 12 siswa dievakuasi ke IGD puskesmas oleh pihak sekolah guna mendapatkan penanganan medis. Pada Minggu kemarin jumlah siswa yang menjalani rawat inap bertambah dua, sehingga menjadi 14 siswa.(*)