Sumatera Selatan (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI mencatat sebanyak 2.003 hektare (Ha) hutan dan lahan di Sumatera Selatan terbakar sepanjang tahun 2021 ini.

Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan
(PPIKHL) KLHK wilayah Sumatera Ferdian Krisnanto di Palembang, Senin, mengatakan, data luas Karhutla tersebut dihitung berdasarkan analisis citra satelite landsat 8 OLI/TIRS yang di-overlay dengan data sebaran titik panas.

Kemudian didapat dari laporan hasil pemeriksaan lapangan titik panas dan laporan pemadaman yang dilaksanakan Manggala Agni.

Penghitungan luas karhutla itu memang, sementara ini masih untuk periode Januari-Agustus. Sedangkan untuk periode September dan seterusnya masih finalisasi oleh tim KLHK dan LAPAN.

Baca juga: Karhutla di OKU capai 25,8 hektare selama Juni-Juli 2021

"Penghitungan luasan karhutla ini berbasis citra satelit sekaligus memang dibutuhkan konfirmasi lapangan," ujarnya.

KLHK mencatat jumlah luasan karhutla di Sumatera Selatan tahun ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2020 yang tercatat seluas 950 Ha.

"Benar, memang berdasarkan hasil perhitungan citra satelit oleh KLHK dan LAPAN menunjukkan peningkatan," ujarnya.

Baca juga: Sumatera Selatan waspadai karhutla hingga akhir September 2021

Namun demikian, perlu dilihat bahwa dominansinya untuk tahun 2021 ada di lahan non gambut sehingga penyebarannya di lapangan cenderung lebih ringan untuk ditanggulangi.

Sementara itu, Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencara Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Ansori mengatakan, kondisi cuaca yang tidak menentu saat ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perluasan lahan karhutla dibandingkan tahun 2020 lalu.

Pada tahun tersebut, mayoritas lahan di daerah Sumatera Selatan yang masuk dalam daerah siaga bencana karhutla basah karena intensitas hujan tinggi.

Baca juga: Menyikapi lahan tak bertuan

Sedangkan tahun ini daerah-daerah tersebut mengalami kondisi cuaca yang tidak menentu bisa dikatakan lahan menjadi cenderung kering.

"Musim peralihan kadang kering juga kadang basah karena hujan. Bila terjadi hujan titik panas berkurang," ujarnya.

Meskipun demikian sejauh ini, pihaknya menganggap karhutla Sumsel masih bisa diatasi dengan baik berkat kerja sama tim satuan tugas (satgas) dilapangan dan dengan didukung peralatan dan perlengkapan yang mumpuni.

Seperti penyiraman udara atau water bombing yang dilakukan menggunakan helikopter difokuskan ke sejumlah daerah langganan karhutla seperti OKI, Ogan Ilir, Muara Enim, PALI, Banyuasin dan Musi Rawas.

 

Pewarta : Muhammad Riezko Bima Elko
Uploader : Aang Sabarudin
Copyright © ANTARA 2024