Palembang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, mendorong petani untuk memproduksi karet dengan bersih karena selama ini kerap dicampur dengan limbah dengan harapan agar memperberat bahan olahan karet (bokar).

Plt Kepala Dinas Perkebunan Muba Akhmad Toyibir di Sekayu, Rabu, mengatakan, pola produksi karet yang lama ini harus diubah dengan cara memberikan pelatihan ke petani karet. “Ini memang tidak mudah tapi saat ini petani mulai mengerti apalagi Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) menerapkan standar tinggi,” kata dia.

Ini terkait dengan kebutuhan produksi lateks yang akan digunakan dalam aspal karet.

Oleh karena itu, pemkab menargetkan perubahan kebiasaan petani karet untuk memproduksi karet bersih, dan mengubah petani dari on-farm menjadi off –farm dengan kemampuan untuk mengolah dan menjual sendiri produksinya.

Sejauh ini, sentra produksi lateks pekat yang diolah menggunakan mesin centrifuge bantuan dari Pemkab Muba terdahulu.

Selanjutnya lateks pekat tersebut dikumpulkan di workshop pabrik aspal karet Muba untuk diolah menjadi lateks pravulkanisasi dan diproses menjadi bahan campuran aspal karet.

Workshop itu menyerap 8 ton karet lateks kebun untuk menghasilkan 4 ton lateks pravulkanisasi, kemudian dihasilkan 58 ton aspal karet berbasis lateks pravulkanisasi dan dicampur agregat menjadi 900 ton.

Untuk menghasilkan 4 ton karet lateks terpravulkanisasi dengan (KKK) kadar karet kering 60 persen itu dibutuhkan sekitar 8 ton karet lateks kebun yang berasal dari kebun petani karet yang dikumpulkan melalui UPPB.

Dampak implementasi produksi lateks ini berdampak pada peningkatan pendapatan petani karena UPPB melalui sistem lelang menjual Rp10.000-Rp11.000 per Kg, dan peningkatan harga dengan diversifikasi menjadi lateks pekat yang sudah dicentrifuge mencapai Rp19.000 – Rp21.000 per Kg.

Saat ini terdapat 92 UPPB dengan anggota 13.580 KK, UPPB sebagai produsen lateks pekat di Kecamatan Keluang, Kecamatan Babat Toman, Kecamatan Plakat Tinggi.

 

Pewarta : Dolly Rosana
Editor : Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024