Makassar (ANTARA) - Bencana banjir yang melanda sejumlah desa di lima wilayah kecamatan di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, pada Sabtu (17/7) berdampak pada 1.560 warga menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Berdasarkan kaji cepat petugas di lapangan, terdapat 490 kepala keluarga (KK) atau sebanyak 1.560 jiwa yang terdampak," kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari sebagaimana dikutip dalam siaran pers BNPB yang diterima pada Minggu.
Ia mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada laporan mengenai adanya warga yang mengungsi akibat banjir di Kabupaten Wajo.
Menurut dia, banjir melanda wilayah Kelurahan Salomenraleng dan Laelo di Kecamatan Tempe, Desa Pallawarukka di Kecamatan Pammana, Kelurahan Anabanua di Kecamatan Maniangpajo, Desa Tadangpalie di Kecamatan Sabbangparu, dan Desa Soro di Kecamatan Takkalalla.
Banjir yang terjadi di wilayah tersebut menyebabkan 679 rumah, enam sekolah, empat tempat ibadah, empat fasilitas kesehatan, dan dua kantor pemerintah tergenang.
Selain itu, menurut Abdul, ada 455 hektare sawah dan 50 hektare lahan perkebunan milik warga yang terdampak banjir.
BNPB terus berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam memantau dampak banjir di Kabupaten Wajo .
Menurut data BNPB, Kabupaten Wajo telah dua kali menghadapi bencana banjir dalam satu bulan terakhir.
Pada 26 Juni 2021, banjir melanda Desa Inalipue, menyebabkan sembilan rumah, dua sekolah, dan satu kantor desa rusak serta mengakibatkan lima keluarga yang terdiri atas 11 orang mengungsi.
Berdasarkan kajian analisis InaRISK, wilayah Kabupaten Wajo tergolong memiliki risiko banjir sedang hingga tinggi dengan luas daerah berisiko 106.609 hektare atau sekitar 14 kecamatan.
Pemerintah daerah diminta meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana, antara lain dengan melakukan edukasi mitigasi bencana kepada warga.
"Berdasarkan kaji cepat petugas di lapangan, terdapat 490 kepala keluarga (KK) atau sebanyak 1.560 jiwa yang terdampak," kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari sebagaimana dikutip dalam siaran pers BNPB yang diterima pada Minggu.
Ia mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada laporan mengenai adanya warga yang mengungsi akibat banjir di Kabupaten Wajo.
Menurut dia, banjir melanda wilayah Kelurahan Salomenraleng dan Laelo di Kecamatan Tempe, Desa Pallawarukka di Kecamatan Pammana, Kelurahan Anabanua di Kecamatan Maniangpajo, Desa Tadangpalie di Kecamatan Sabbangparu, dan Desa Soro di Kecamatan Takkalalla.
Banjir yang terjadi di wilayah tersebut menyebabkan 679 rumah, enam sekolah, empat tempat ibadah, empat fasilitas kesehatan, dan dua kantor pemerintah tergenang.
Selain itu, menurut Abdul, ada 455 hektare sawah dan 50 hektare lahan perkebunan milik warga yang terdampak banjir.
BNPB terus berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam memantau dampak banjir di Kabupaten Wajo .
Menurut data BNPB, Kabupaten Wajo telah dua kali menghadapi bencana banjir dalam satu bulan terakhir.
Pada 26 Juni 2021, banjir melanda Desa Inalipue, menyebabkan sembilan rumah, dua sekolah, dan satu kantor desa rusak serta mengakibatkan lima keluarga yang terdiri atas 11 orang mengungsi.
Berdasarkan kajian analisis InaRISK, wilayah Kabupaten Wajo tergolong memiliki risiko banjir sedang hingga tinggi dengan luas daerah berisiko 106.609 hektare atau sekitar 14 kecamatan.
Pemerintah daerah diminta meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana, antara lain dengan melakukan edukasi mitigasi bencana kepada warga.