JAKARTA (ANTARA) - Menteri PPN/ Kepala Bappenas Suharso Monoarfa membeberkan lima strategi pengelolaan limbah makanan atau food loss and waste (FLW) dalam rangka penerapan ekonomi sirkular dan pembangunan rendah karbon di Indonesia.
“Pertama membangun pengetahuan FLW kepada seluruh sumber daya manusia yang terlibat dalam rantai pasok pangan, termasuk perubahan perilaku masyarakat,” kata kata Menteri Suharso dalam webinar daring di Jakarta, Rabu.
Strategi kedua, lanjut Menteri Suharso, adalah mengembangkan korporasi petani serta mengoptimalkan pendanaan tepat guna untuk penyediaan infrastruktur dan sarana prasarana yang mendukung efisiensi proses pangan. Kemudian, mengembangkan FLW di tingkat nasional dan regional serta menguatkan koordinasi antar lembaga.
Sedangkan strategi keempat adalah mendorong pembangunan platform penyaluran makanan sera pengelolaan FLW yang mendukung ekonomi sirkular. Serta penguatan database nasional dan regional mengenai FLW melalui kajian dan sensus terkait.
Suharso menyampaikan permasalahan sampah yang dihadapi Indonesia merupakan isu kompleks yang memerlukan penanganan secara terintegrasi. Untuk mewujudkan pengelolaan FLW yang lebih berkelanjutan, diperlukan kolaborasi aktif dari seluruh pihak terkait untuk mendiskusikan kontribusi yang dapat dilakukan.
“Kolaborasi aktif dari seluruh pihak terkait tentu diharapkan memberikan hasil yang tepat dan konkrit untuk masyarakat Indonesia,” ujar Suharso.
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa dalam konsep FLW, pemerintah Indonesia telah memperkuat komitmennya dengan mengadopsi konsep ekonomi sirkular dan kebijakan pembangunan rendah karbon yang tercantum dalam berbagai peraturan termasuk dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2020-2024. Indonesia menargetkan 30 persen pengurangan sampah dan 70 persen penanganan sampah pada tahun 2025.
“Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim adalah salah satu dari prioritas nasional itu,” tuturnya.
Berdasarkan analisis food loss and waste Indonesia hasil kerjasama pemerintah Indonesia dengan Foreign Commonwealth Office Inggris, timbulan FLW di Indonesia pada 2000-2019 mencapai 23-48 juta ton per tahun atau setara dengan 115-184 kilogram/kapita/tahun.
Hal tersebut berdampak pada emisi total gas rumah kaca yang mencapai 1.702,9 Mega ton CO2-ek. Selain itu juga berdampak pada kerugian ekonomi yang mencapai Rp213-551 triliun per tahun atau setara dengan 4-5 persen PDB Indonesia. Sedangkan dampak dari sisi sosial adalah kehilangan kandungan energi yang setara dengan porsi makan 61 hingga 125 juta orang atau 29-47 persen populasi Indonesia.