Palembang (ANTARA) - Ahli biologi molekuler dari Universitas Sriwijaya (Unsri) Prof Dr dr Yuwono, M.Biomed menyebut Vaksin Sinovac dan vaksin lain berbahan dasar dari Sinovac masih tetap bisa diandalkan untuk melawan varian India B1617 di dalam tubuh, sama seperti varian B117.

"Varian B1617 masih berasal dari mutasi S yang sama seperti varian B117, sementara Vaksin Sinovac dibuat dari virus utuh, jadi masih tercover," katanya di Palembang, Sabtu.

Baca juga: Sebanyak 238.402 warga Sumsel sudah vaksin COVID-19 tahap II

Namun, menurut dia, efikasi vaksin tersebut dalam membentuk atibodi di dalam tubuh terhadap setiap orang bisa berbeda satu sama lain meski efikasi Vaksin Sinovac dalam uji klinis ketiga mencapai 65 persen.

Efikasi adalah estimasi bagaimana nanti efektivitasnya vaksin tersebut.

Selain itu, kata dia, meski B1617 diperkirakan mampu menimbulkan mutasi ganda, namun mutasi itu tetap berada di bagian S sehingga masih dapat diandalkan dengan Vaksin Sinovac.

Ia menjelaskan varian COVID-19 saat ini banyak berasal dari mutasi S yang ada di permukaan virus dan memang paling aktif melekat ke tubuh manusia.

Baca juga: Indonesia urutan ke-18 kasus positif COVID-19 dunia

Baca juga: Dokter sarankan tetap jaga jarak bila terpaksa ada di dalam kerumunan

"Namun untuk mutasi B117 dan B1617 diyakini lebih cepat menyebar sehingga masyarakat perlu waspada sebab dampaknya terhadap orang lanjut usia dan berkomorbid tetap membahayakan," kata  Yuwono yang juga Direktur Utama Rumah Sakit Pupuk Sriwijaya Palembang. .

Oleh karena itu ia mengimbau masyarakat tetap mengikuti program vaksinasi COVID-19 dari pemerintah untuk menurunkan temuan kasus baru di tengah kemungkinan munculnya varian-varian baru.

Selain itu protokol kesehatan COVID-19 tetap harus diterapkan termasuk bagi yang telah menerima vaksin.

"Karena vaksin baru membentuk antibodi yang optimal tiga bulan setelah suntikan pertama," demikian Yuwono.


Pewarta : Aziz Munajar
Uploader : Aang Sabarudin
Copyright © ANTARA 2024