Pekanbaru (ANTARA) - Cendol, campuran minuman yang dibuat dari tepung beras, menjadi salah satu pilihan bahan sajian buka puasa bagi sebagian warga Kota Pekanbaru di Provinsi Riau selama bulan Ramadhan.
Pembuat cendol tradisional di Kota Pekanbaru selalu menerima banyak pesanan selama bulan puasa.
"Setiap sore telepon masuk minta pesanan," kata Ernita, pembuat cendol tradisional di Pekanbaru, kepada ANTARA, Sabtu.
Dalam waktu kurang dari sepekan, keluarga Ernita sudah membuat sedikitnya 400 kilogram cendol untuk melayani pelanggan.
Ernita sudah menjalankan usaha musiman pembuatan cendol selama sekitar 20 tahun. Perempuan 48 tahun itu membuat cendol dengan bahan alami: daun pandan, kapur sirih, dan tepung beras.
"Cendol kita tanpa pewarna kimia. Orang lain menggunakan pewarna kimia supaya harga lebih murah, tapi kita tetap pakai daun pandan," kata Ernita, yang sehari-hari berdagang kerupuk jengkol di Pasar Pusat di Jalan Agus Salim, Pekanbaru.
Ia menjelaskan, pembuatan cendol secara tradisional membutuhkan dua jenis daun pandan, yakni daun pandan pewarna dan daun pandan wangi. Daun pandan untuk pewarna biasanya lebih pendek dari daun pandan wangi.
"Lama pembuatan cendol kurang lebih satu jam. Daun pandan yang sudah dicacah dicampur dengan tepung beras kemudian dipanaskan sampai mengental dan dimasukan ke alat pencetak cendol," katanya.
Ernita belajar membuat cendol dari kakaknya karena melihat permintaan cendol selalu tinggi selama bulan Ramadhan.
Awalnya, dia membuat cendol bersama suaminya saja. Kini, usaha musiman itu juga dijalankan oleh anak dan menantunya di rumah sewa mungil mereka di Gang Terendam, Kelurahan Pulau Karomah, Kecamatan Sukajadi, Kota Pekanbaru.
Langganan tetap cendol produksi keluarga Ernita di antaranya ada di Pasar Loket, Pasar Pusat, dan Pasar Kodim.
Cendol produksi keluarga Ernita dijual dengan harga sekitar Rp150 ribu per baskom besar dan Rp120 ribu per ember. Pembeli cendol biasanya menjualnya lagi ke Kota Perawang di Kabupaten Siak hingga ke Pangkalan Kerinci di Kabupaten Pelalawan.
"Permintaan cendol tetap lancar saja, tidak pengaruh pandemi. Karena ini bahan makanan, orang tetap mencari untuk bukaan puasa," kata Ernita.
Ernita berharap usaha pembuatan cendolnya bisa terus bertahan dan menjadi penopang bagi kehidupan keluarganya.
Pembuat cendol tradisional di Kota Pekanbaru selalu menerima banyak pesanan selama bulan puasa.
"Setiap sore telepon masuk minta pesanan," kata Ernita, pembuat cendol tradisional di Pekanbaru, kepada ANTARA, Sabtu.
Dalam waktu kurang dari sepekan, keluarga Ernita sudah membuat sedikitnya 400 kilogram cendol untuk melayani pelanggan.
Ernita sudah menjalankan usaha musiman pembuatan cendol selama sekitar 20 tahun. Perempuan 48 tahun itu membuat cendol dengan bahan alami: daun pandan, kapur sirih, dan tepung beras.
"Cendol kita tanpa pewarna kimia. Orang lain menggunakan pewarna kimia supaya harga lebih murah, tapi kita tetap pakai daun pandan," kata Ernita, yang sehari-hari berdagang kerupuk jengkol di Pasar Pusat di Jalan Agus Salim, Pekanbaru.
Ia menjelaskan, pembuatan cendol secara tradisional membutuhkan dua jenis daun pandan, yakni daun pandan pewarna dan daun pandan wangi. Daun pandan untuk pewarna biasanya lebih pendek dari daun pandan wangi.
"Lama pembuatan cendol kurang lebih satu jam. Daun pandan yang sudah dicacah dicampur dengan tepung beras kemudian dipanaskan sampai mengental dan dimasukan ke alat pencetak cendol," katanya.
Ernita belajar membuat cendol dari kakaknya karena melihat permintaan cendol selalu tinggi selama bulan Ramadhan.
Awalnya, dia membuat cendol bersama suaminya saja. Kini, usaha musiman itu juga dijalankan oleh anak dan menantunya di rumah sewa mungil mereka di Gang Terendam, Kelurahan Pulau Karomah, Kecamatan Sukajadi, Kota Pekanbaru.
Langganan tetap cendol produksi keluarga Ernita di antaranya ada di Pasar Loket, Pasar Pusat, dan Pasar Kodim.
Cendol produksi keluarga Ernita dijual dengan harga sekitar Rp150 ribu per baskom besar dan Rp120 ribu per ember. Pembeli cendol biasanya menjualnya lagi ke Kota Perawang di Kabupaten Siak hingga ke Pangkalan Kerinci di Kabupaten Pelalawan.
"Permintaan cendol tetap lancar saja, tidak pengaruh pandemi. Karena ini bahan makanan, orang tetap mencari untuk bukaan puasa," kata Ernita.
Ernita berharap usaha pembuatan cendolnya bisa terus bertahan dan menjadi penopang bagi kehidupan keluarganya.