Sungailiat, Bangka (ANTARA) - Tokoh Tionghoa Kampung Hakok, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, Fu Nam Tjen menyatakan perayaan Cheng Beng merupakan momentum etnis Tionghoa memberikan penghormatan kepada leluhur melalui tradisi sembahyang kubur.
Fu Nam Tjen di Sungailiat, Minggu, mengatakan perayaan Cheng Beng jatuh setiap tahunnya pada bulan ketiga awal bertepatan pada Kalender Imlek.
Sembahyang kubur dijadikan momentum penting bagi etnis Tionghoa untuk mengunjungi makam leluhur dan melakukan doa.
"Cheng Beng ataupun Chin Ming adalah hari sembahyang kubur dan ziarah tahunan pada makam orang tua ataupun leluhur dengan upacara penghormatan sesuai kepercayaan tradisi orang Tionghoa," katanya.
Menurutnya, perayaan Cheng Beng menjadi tradisi untuk mengingat ataupun mengenang orang-orang terkasih atau tercinta yang telah meninggal dunia, selain pula guna mempererat hubungan bersama sanak keluarga dan bahwa setelah orang tua meninggal dunia ada tradisi yang masih berlanjut.
"Tanda bakti dan penghormatan sanak keluarga yang masih hidup kepada leluhur membawakan makanan kesukaannya di pemakaman," jelasnya.
Sebelum puncak pelaksanaan Cheng Beng, umumnya sanak keluarga terlebih dahulu membersihkan makam seperti, membersihkan rumput-rumput sekitar makam, mengecat makam dan sebagainya.
Pelaksanaan sembahyang kubur, kata Fu Nam Tjen, sanak keluarga mendatangi tempat makam orang tua atau leluhur sambil membawa makanan, buah-buahan, kue, hio ataudupa, lilin warna merah, baju dan uang yang terbuat dari kertas.
"Sanak keluarga akan bersembahyang dan berdoa menggunakan hio di depan makam orang tua atau leluhur. Dan dipercaya saat membakar hio tersebut, maka arwah leluhur akan datang untuk menikmati hidangan yang telah disiapkan oleh sanak keluarganya," katanya.
Fu Nam Tjen berharap melalui perayaan Cheng Beng para arwah orang tua ataupun leluhur telah sampai di surga dan diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Serta bagi keluarga yang telah ditinggalkan dapat hidup rukun, damai, penuh rejeki dan sehat selalu.
"Tanpa orang tua, kita tidak mungkin bisa ada di dunia. Untuk itu kita janganlah melupakan orang tua ataupun para leluhur. Dan sebisa mungkin luangkanlah waktu yang tidak begitu lama untuk memperingati Cheng Beng setahun sekali ini," ujarnya.
Fu Nam Tjen di Sungailiat, Minggu, mengatakan perayaan Cheng Beng jatuh setiap tahunnya pada bulan ketiga awal bertepatan pada Kalender Imlek.
Sembahyang kubur dijadikan momentum penting bagi etnis Tionghoa untuk mengunjungi makam leluhur dan melakukan doa.
"Cheng Beng ataupun Chin Ming adalah hari sembahyang kubur dan ziarah tahunan pada makam orang tua ataupun leluhur dengan upacara penghormatan sesuai kepercayaan tradisi orang Tionghoa," katanya.
Menurutnya, perayaan Cheng Beng menjadi tradisi untuk mengingat ataupun mengenang orang-orang terkasih atau tercinta yang telah meninggal dunia, selain pula guna mempererat hubungan bersama sanak keluarga dan bahwa setelah orang tua meninggal dunia ada tradisi yang masih berlanjut.
"Tanda bakti dan penghormatan sanak keluarga yang masih hidup kepada leluhur membawakan makanan kesukaannya di pemakaman," jelasnya.
Sebelum puncak pelaksanaan Cheng Beng, umumnya sanak keluarga terlebih dahulu membersihkan makam seperti, membersihkan rumput-rumput sekitar makam, mengecat makam dan sebagainya.
Pelaksanaan sembahyang kubur, kata Fu Nam Tjen, sanak keluarga mendatangi tempat makam orang tua atau leluhur sambil membawa makanan, buah-buahan, kue, hio ataudupa, lilin warna merah, baju dan uang yang terbuat dari kertas.
"Sanak keluarga akan bersembahyang dan berdoa menggunakan hio di depan makam orang tua atau leluhur. Dan dipercaya saat membakar hio tersebut, maka arwah leluhur akan datang untuk menikmati hidangan yang telah disiapkan oleh sanak keluarganya," katanya.
Fu Nam Tjen berharap melalui perayaan Cheng Beng para arwah orang tua ataupun leluhur telah sampai di surga dan diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Serta bagi keluarga yang telah ditinggalkan dapat hidup rukun, damai, penuh rejeki dan sehat selalu.
"Tanpa orang tua, kita tidak mungkin bisa ada di dunia. Untuk itu kita janganlah melupakan orang tua ataupun para leluhur. Dan sebisa mungkin luangkanlah waktu yang tidak begitu lama untuk memperingati Cheng Beng setahun sekali ini," ujarnya.