Jakarta (ANTARA) - Minat Andrey Pratama pada dunia animasi tumbuh sejak belia. Sebagai bagian dari generasi 90-an yang dihibur dengan tayangan kartun di televisi pada akhir pekan, kartun seperti "Doraemon" juga komik-komik Jepang lain dilahap olehnya.

Sebelum berkecimpung sebagai animator yang menggarap film "True North" arahan sutradara Jepang Eiji Han Shimizu, seniman kelahiran 13 Desember 1990 ini sebetulnya bercita-cita jadi komikus.

Sifatnya yang pendiam dan cenderung introvert membuat Andrey belia lebih senang berekspresi melalui gambar.

"Gambar adalah salah satu tempat di mana aku bisa keluar bebas untuk bertemu dengan siapa pun, menjadi siapa, berimajinasi," kata Andrey kepada ANTARA lewat wawancara video pekan ini.

Namun dia menjalani hobinya secara diam-diam tanpa sepengetahuan orangtua. Ketika duduk di bangku sekolah dasar, Andrey mencuri-curi waktu untuk menggambar meski mengorbankan waktu tidurnya.

"Aku ingat, aku tidur sama nenek, jam 10 malam sudah tidur, tapi jam tiga pagi aku bangun dan menggambar sampai jam enam pagi, sebelum sekolah. Dan aku melakukan itu hampir setiap hari," ungkap dia.

Sulung dari dua bersaudara ini terus berlatih dan mengikuti kompetisi membuat komik di masa sekolah. Kekalahan demi kekalahan dia terima, tapi toh itu tak mematahkan semangatnya untuk terus berkarya. Kegigihannya berbuah manis. Saat SMA, dia mengikuti lomba kompetisi komik se-Indonesia. Selama dua tahun berturut-turut dia menjuarai lomba tersebut.

Andrey memperlihatkan dan membuktikan kepada orang tuanya bahwa di bidang ini, dia berhasil menjadi versi terbaik dari dirinya. Dengan demikian, restu untuk menyelami dunia animasi akhirnya didapatkan.

"Semua orang terlahir dengan talenta masing-masing dan yang mungkin kudapatkan tidak semua orang dapat. Ini privilege dan aku harus menggunakannya sebaik mungkin," ujar penggemar komikus Takeshi Obata, Naoki Urasawa dan Yusuke Murata.

Ketika tiba waktunya untuk memilih jurusan kuliah, Andrey awalnya berniat mendalami ilmu desain grafis. Dia tidak tahu ada jurusan animasi. Tapi rupanya di kampus yang ia tuju, ada jurusan tersebut.

"Karena aku juga familier dengan kartun Looney Tunes, Doraemon, Samurai X, aku langsung bilang 'oke animasi!," dia berkisah mengenai latar belakangnya berkecimpung di dunia animasi.
 


"Moriendo"
Tugas akhir Andrey, animasi pendek berjudul "Moriendo", bisa dibilang berperan penting dalam mempertemukannya dengan sutradara Jepang Eiji Han Shimizu.

Andrey membuat "Moriendo" berdasarkan sebuah cerita pendek Noviana Kusumawardhani berjudul "Sebuah Pagi dan Seorang Lelaki Mati".

Animasi yang mendapat predikat Film Pendek Animasi Pilihan Media dalam XXI Short Film Festival 2013 itu ia tunjukkan kepada sang penulis. Noviana, pengajar bahasa Indonesia di Ubud, Bali, memperlihatkannya kepada murid-muridnya di Bali. Sutradara Eiji salah satu muridnya.

Dalam kesempatan berbeda, Eiji menuturkan kepada ANTARA bahwa guru bahasa yang mengetahui dirinya seorang pembuat film ingin memperkenalkannya kepada Andrey.

Dia tidak berharap banyak karena Andrey belum berpengalaman, baru saja lulus kuliah.

Begitu melihat kemampuan Andrey lewat animasi "Moriendo", Eiji mengajaknya untuk bekerjasama menggarap "True North" yang dirilis tahun ini dan sedang mengitari sirkuit festival film internasional.

"True North" bercerita tentang Yohan, bocah laki-laki berusia sembilan tahun, bersama adik dan ibunya yang mendadak digiring ke kamp penjara politik di Korea Utara.

Kepolosan dan keluguan Yohan tergerus oleh kehidupan keras. Masa kecil yang seharusnya bahagia direnggut oleh brutalnya kehidupan di sana. Beranjak dewasa, Yohan mencari makna hidup di tengah hari demi hari yang penuh derita.

Film tersebut baru tayang di Festival Film Internasional Tokyo 2020 di mana Andrey diundang bersama Eiji untuk berdiskusi secara virtual, menjawab pertanyaan-pertanyaan penonton.

"True North" akan ditayangkan di bioskop Jepang pada 2021.

Andrey mengenang, kala itu tawaran membuat film layar lebar dari Eiji bagai mendapat durian runtuh. Baru saja lulus kuliah, sudah dapat kesempatan membuat film panjang yang dia idam-idamkan sejak lama. Meskipun demikian, awalnya dia sempat tidak percaya.

"Coba nih bayangkan begini, kita baru lulus, tiba-tiba ada orang Jepang, antah berantah, 'Eh, ayo kita bikin film layar lebar! Ayo kamu ke Jepang, ayo kamu ke Korea, kita bikin film'. Waktu itu di kepala pikir, 'gue mau diculik?'," Andrey tertawa.

Langkahnya perlahan tapi pasti. Dimulai dari membuat rancangan karakter, membuat trailer, mengikuti proses wawancara riset dengan mantan tahanan Korea Utara yang kini menetap di Korea Selatan dan Jepang untuk menciptakan dunia yang sesuai dengan testimoni mereka.

Andrey mendengarkan penjelasan tiap narasumber, lalu mencurahkannya ke dalam sketsa. Bayangannya tentang dunia yang harus dia ciptakan dalam "True North" semakin jelas. Andrey semakin yakin bisa menjawab tantangan tersebut.

"Kalau kita berpikir kita bisa, ternyata pasti bisa. Tentunya dengan bantuan teman-teman dan juga Eiji yang selalu memberi saran serta semangat."

Pengerjaan animasi dilakukan bersama tim, sebagian besar mahasiswa yang baru lulus. Mereka menggarap "True North" di sela pekerjaan-pekerjaan sampingan yang lain hingga akhirnya ditayangkan di festival-festival internasional tahun ini.

Di luar proyek "True North", aneka karya visual digarap oleh Andrey. Merancang stiker di aplikasi Line, membuat iklan, hingga animasi untuk video klip musisi-musisi EDM mancanegara. Proyek terbarunya adalah membuat serial animasi lokal bertema pahlawan super Indonesia.

"Sekarang lagi mengembangkan Intellectual Property ini... Bakal menarik sih, jadi ditunggu saja," tutup dia.

Pewarta : Nanien Yuniar
Uploader : Aang Sabarudin
Copyright © ANTARA 2024