Palembang (ANTARA) - Masjid berusia ratusan tahun Al Mahmudiyah atau biasa dikenal warga Palembang dengan sebutan Masjid Suro kembali menggelar tradisi 10 Muharram dengan membagikan ribuan porsi bubur sop kepada anak yatim dan warga sekitar.
"Kami sediakan 1.500 porsi untuk dibagikan ke warga dan anak yatim," kata Pengurus Masjid Suro Sholeh Solihin dijumpai disela-sela kegiatan, Sabtu.
Sejak pagi hingga menjelang siang, panitia berjibaku membuat bubur itu. Setidaknya dibutuhkan empat jam untuk memastikan bubur tersebut masak seutuhnya.
Panitia sepakat membagikan bubur pada waktu makan siang atau bertepatan usai shalat dzuhur.
Sebagian bubur diantarkan ke rumah warga, namun pihak masjid juga melayani warga yang datang dengan membawa wadah.
Selain membagikan pada warga, panitiajuga menggelar sajian bubur ke piring lengkap bersama buah dan penganan pendamping untuk para tamu dan anak yatim yang diundang pada peringatan 10 Muharram ini.
Menurut Sholeh, tradisi yang sudah dilakukan sejak lima tahun terakhir ini bermakna sedekah atau amalan terbaik pada 10 Muharram dikenal juga dengan hari Asyura.
Pihak masjid menyiapkan 20 kilogram beras yang dimasak dengan dua buah grengseng (panci tungku berupa tembikar) hingga menghasilkan sekitar 1.500-an porsi bubur sop.
Bubur sop ini sebenarnya juga sering dibagikan pihak masjid selama Ramadhan pada setiap momen berbuka puasa.
Bubur dengan rasa kaya rempah ini disebut dengan bubur sop karena menggunakan bahan-bahan yang digunakan dalam membuat sop.
Bahan-bahan tersebut antara lain bawang putih, bawang merah, lada, pala, ketumbar, cengkeh, kayumanis, dan berbagai bumbu lainnya.
Sebagai penyedap juru masak juga memasukkan potongan jagung dan lemak sapi untuk membuat sajian ini terasa istimewa.
"Kami sediakan 1.500 porsi untuk dibagikan ke warga dan anak yatim," kata Pengurus Masjid Suro Sholeh Solihin dijumpai disela-sela kegiatan, Sabtu.
Sejak pagi hingga menjelang siang, panitia berjibaku membuat bubur itu. Setidaknya dibutuhkan empat jam untuk memastikan bubur tersebut masak seutuhnya.
Panitia sepakat membagikan bubur pada waktu makan siang atau bertepatan usai shalat dzuhur.
Sebagian bubur diantarkan ke rumah warga, namun pihak masjid juga melayani warga yang datang dengan membawa wadah.
Selain membagikan pada warga, panitiajuga menggelar sajian bubur ke piring lengkap bersama buah dan penganan pendamping untuk para tamu dan anak yatim yang diundang pada peringatan 10 Muharram ini.
Menurut Sholeh, tradisi yang sudah dilakukan sejak lima tahun terakhir ini bermakna sedekah atau amalan terbaik pada 10 Muharram dikenal juga dengan hari Asyura.
Pihak masjid menyiapkan 20 kilogram beras yang dimasak dengan dua buah grengseng (panci tungku berupa tembikar) hingga menghasilkan sekitar 1.500-an porsi bubur sop.
Bubur sop ini sebenarnya juga sering dibagikan pihak masjid selama Ramadhan pada setiap momen berbuka puasa.
Bubur dengan rasa kaya rempah ini disebut dengan bubur sop karena menggunakan bahan-bahan yang digunakan dalam membuat sop.
Bahan-bahan tersebut antara lain bawang putih, bawang merah, lada, pala, ketumbar, cengkeh, kayumanis, dan berbagai bumbu lainnya.
Sebagai penyedap juru masak juga memasukkan potongan jagung dan lemak sapi untuk membuat sajian ini terasa istimewa.