Jakarta (ANTARA) - Paris Saint-Germain yang disokong pemain bintang seperti Neymar dan Kylian Mbappe memburu gelar Liga Champions pertama kalinya di stadion tertutup di Lisbon, Senin dini hari.

Masalahnya mereka menghadapi batu sandungan yang besar yang bisa menghentikan mereka dari Bayern Muenchen yang dipimpin oleh si produktif Robert Lewandowski.

Ini adalah pertarungan adu gengsi antara dua klub super Eropa. PSG ingin memungkas prestasi menanjak mereka dalam sepuluh tahun terakhir di bawah pemilik Qatar, sedangkan Bayern berambisi mengangkat trofi ini untuk keenam kalinya.

Kesempatan seperti itu pantas untuk dimainkan di depan stadion yang penuh sesak, namun Estadio da Luz yang berkapasitas 65.000 kursi nanti akan kosong melompong.

Tidak ada penonton yang boleh masuk, seperti yang telah terjadi sepanjang turnamen 'Final Delapan' yang baru kali ini terjadi akibat pandemi virus corona.

Baca juga: Pelatih Tuchel akui Bayern lebih unggul di final Liga Champions

"Memang benar akan aneh bermain secara tertutup. Kami ingin dihadiri pendukung kami di sana tetapi saya tahu mereka mendukung kami di mana pun mereka berada. Tapi ini tetap Liga Champions," kata Mbappe dalam konferensi pers virtual seperti dikutip AFP, Minggu.

Kompetisi ini ditangguhkan selama lima bulan sebelum akhirnya dilanjutkan awal Agustus silam di mana pertandingan yang biasanya dua leg saat perempat final dan semifinal, kini cukup diselesaikan dengan satu leg saja.

"Anda masih bisa merasakan ketegangan itu. Semua orang ingin menang, terutama dengan format yang tidak biasa ini. Semua orang akan mengingat ini untuk waktu yang lama mengingat peristiwa-peristiwa tragis yang menyelimutinya," tambah Mbappe.

Sementara atmosfer di lapangan tidak akan nyata untuk ratusan orang yang dibolehkan hadir, pertandingan ini menjanjikan hal yang menarik karena mempertemukan dua tim yang dominasi domestiknya hampir total dan keduanya adalah menang meyakinkan dalam semifinal.

Baca juga: Manajer Tuchel yakin tampil pertama di final bukan faktor kelemahan PSG


Tercatat sejarah

PSG memastikan tempat mereka pada final Liga Champions pertamanya setelah menggebuk RB Leipzig 3-0.

Mereka adalah wakil Liga Prancis pertama yang mencapai sejauh ini sejak Monaco mencapainya pada 2004 dan bisa menjadi tim kedua dari Ligue 1 yang merengkuh anugerah terbesar klub sepak bola Eropa itu setelah Marseille pada 1993.

"Inilah alasan saya datang ke sini. Saya selalu mengatakan bahwa saya ingin mencatat sejarah negara saya. (Ini) kesempatan lain untuk melakukan hal itu," kata Mbappe.

Baca juga: Kimmich yakin Bayern Munchen tak akan main bertahan lawan PSG
Baca juga: Juara Liga Champions misi Mbappe sejak gabung PSG

Jika PSG mewakili nouveau riche atau orang kaya baru, Bayern adalah salah satu raksasa tradisional benua itu. Ini merupakan final Liga Champions ke-11 mereka.

Lima kemenangan terakhir mereka terjadi pada 2013. Empat starter dari tim yang menang 2-1 dalam final melawan Borussia Dortmund di Wembley -penjaga gawang Manuel Neuer, Jerome Boateng, David Alaba dan Thomas Mueller- bermain lagi dalam final kali ini kendati Boateng diragukan tampil karena cedera hamstring.

Ketika pada 1974, Bayern menjuarai Piala Eropa pertamany, tim PSG muda baru saja promosi ke papan atas Prancis.

Mengesampingkan masa lalu mereka yang beda jauh, Bayern sekarang tampil sebagai tim paling tangguh di Eropa.

Kemenangan 3-0 mereka pada semifinal atas Lyon adalah kemenangan ke-20 berturut-turut mereka. Mereka tidak terkalahkan dalam 29 pertandingan sejak Desember tahun lalu di bawah asuhan pelatih Hansi Flick.

Musim ini mereka sudah mengantongi gelar juara liga dan Piala Jerman. Gelar liganya pun merupakan gelar Bundesliga kedelapan berturut-turut.

Mereka telah memenangkan semua dari 10 pertandingan Liga Champions mereka musim ini, dengan mencetak 42 gol, termasuk kemenangan 7-2 atas Tottenham Hotspur dan 8-2 atas Barcelona dalam perempat final.




Keuntungan kecil Bayern

Lewandowski sudah mengemas 55 gol musim ini. Tetapi itu karena mendapatkan dukung total.

Bayern mengambil risiko dengan pola high defensive line (barisan depannya kerap turut maju ke tengah atau membantu serangan) yang berbahaya. Namun masih harus dilihat apakah mereka masih mau mengambil risiko itu saat melawan trisula PSG; Neymar, Mbappe dan Angel Di Maria.

"Kami selalu bermain dengan high defensive line dan pada akhirnya kami mendapatkan hasil dengan melakukan itu sehingga kami tidak akan terlalu banyak berubah," tegas Flick.

Juara Prancis, di bawah asuhan pelatih asal Jerman Thomas Tuchel, kalah sekali sejak 1 November tahun lalu, dan mereka membalikkan kekalahan 2-1 di Dortmund pada babak 16 besar dengan memenangkan leg kedua.



"Merupakan keuntungan kecil bagi Bayern yang mereka manfaatkan sebagai klub yang memainkan pertandingan ini. Saya akui itu, tapi itu bukan keunggulan yang menentukan," kata Tuchel.

Neymar dalam kondisi bagus dan Mbappe sudah pulih dari cedera pergelangan kaki, sementara Tuchel optimistis playmaker Marco Verratti bisa diturunkan sejak awal setelah cedera betis.

Namun, masih ada keraguan atas penjaga gawang Keylor Navas yang pernah tiga kali menjuarai Liga Champions bersama Real Madrid, setelah absen pada semifinal, demikian AFP.


 

Pewarta : Jafar M Sidik
Uploader : Aang Sabarudin
Copyright © ANTARA 2024