Jakarta (ANTARA) - Pemerintah optimistis pada  kuartal III dan IV-2020 ada tren perbaikan ekonomi karena sejumlah indikator menunjukkan sinyal positif setelah pemerintah meluncurkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), mencermati pertumbuhan ekonomi kuartal II negatif 5,32 persen.

“Ada keyakinan bahwa ini akan recover dalam bentuk shape pembalikan sehingga kuartal kedua adalah bottom ekonomi Indonesia,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melalui video konferensi di Jakarta, Rabu.

Dalam pemaparannya, Menteri Airlangga menjelaskan indikator purchasing managers index (PMI) manufaktur yang sebelumnya pada Maret mencapai 27,5 kemudian pada Juli melonjak menjadi 46,9.

Baca juga: Menkeu: Presiden minta RAPBN 2021 fokus ke empat program besar

Kemudian indiaktor lainnya, lanjut dia, penjualan kendaraan bermotor terjadi tren perbaikan dari minus 82,3 persen pada Mei 2020 naik menjadi minus 54,6 persen.

Pertumbuhan penjualan ritel terjadi tren perbaikan dari minus 20,6 persen pada Mei menjadi minus 14,4 persen pada Juli 2020.

Indeks keyakinan konsumen juga tumbuh dari 77,8 pada April menjadi 83,8 pada Juni dan survei kegiatan dunia usaha juga menunjukkan tren optimisme pada kuartal III-2020 sebesar minus 5,1 dari survei pada kuartal II-2020 sebesar minus 13,1.

Baca juga: Menkeu ungkap peluang Indonesia selamat dari resesi ekonomi

Menko Airlangga menambahkan di pasar modal, sejumlah emiten masih membukukan keuntungan dan tumbuh positif dari sektor keuangan, kemudian sektor telekomunikasi, konsumer dan farmasi.

Sektor riil, lanjut dia, juga masih memiliki daya tahan untuk tetap beroperasi secara positif dan tercermin dari indeks harga saham gabungan (IHSG) yang kembali ke level 5.000.

Sementara itu, dari agregat permintaan, tingkat inflasi inti sudah ada kenaikan pada Juli menjadi 0,16 persen setelah pada bulan sebelumnya 0,02 persen yang menandakan permintaan mulai muncul.

Baca juga: Srimulyani: Pemulihan ekonomi sangat tergantung penanganan COVID-19

Dari sisi ekspor, lanjut Airlangga, periode Juni sudah ada kenaikan beberapa sektor di antaranya bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati naik dari minus 13,7 menjadi 13,4 persen.

Kemudian ekspor yang melonjak di antaranya mesin dan perlengkapan elektrik, kendaraan dan bagiannya, karet dan barang dari karet, alas kaki, mesin dan peralatan mekanis dan kertas dan karton.

“Recovery China dan terjadinya trade war AS dan China memberikan efek positif di mana ekspor kita terungkit, ini menjadi dorongan ke depan. Sektor CPO harganya di atas 600, ini sudah mulai kuat kembali,” katanya.


Pewarta : Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Uploader : Aang Sabarudin
Copyright © ANTARA 2024