Direktur utama PT Pusri Mulyono Prawiro di Palembang, Minggu, mengatakan, adanya dukungan ini membuat Pusri optimistis dapat memenuhi target penyaluran pupuk bersubsidi dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional.
“Jaminan bahan baku hingga 14 tahun ke depan ini membuat Pusri berkeyakinan dapat mengoperasikan setiap pabrik secara normal, sehingga dapat turut menyukseskan program-program pemerintah,” kata dia.
Sebelumnya, pemerintah melaui Surat Keputusan Menteri ESDM Nomor 6 Tahun 2016 menyatakan bahwa prioritas gas bumi diberikan pada industri pupuk.
Selain itu, Kementerian ESDM juga telah memberikan kebijakan harga gas bumi melalui peraturan Menteri ESDM Nomor 40 Tahun 2016 dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 8 Tahun 2020, serta Keputusan Menteri ESDM Nomor 89 K/10/MEM/2020 yang menyatakan bahwa harga gas bumi di plant gate PUSRI maksimal USD 6,00/MMBTU.
Mulyono tak menyangkal, kebijakan harga gas bumi ini berdampak positif pada biaya pembuatan pupuk subsidi.
Selain dari Kementerian ESDM, dukungan pemerintah terkait peran Pusri sebagai penyedia pupuk subsidi juga diperoleh dari SKK Migas.
“Adanya kebijakan ini membuat Pusri dapat berjalan sustain serta mampu men-support program pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional,” kata dia.
Mulyono menerangkan Pusri sebagai perusahaan yang memiliki pabrik pupuk pertama di Indonesia berencana untuk melakukan revitalisasi pabrik guna mengefisiensikan penggunaan bahan baku gas bumi.
Untuk keberlangsungan usaha di masa depan, Pusri berencana mengganti pabrik Pusri-III dan IV dengan pabrik baru yang lebih hemat energi.
Pada 2024, Pusri menargetkan pabrik Pusri-IIIB sebagai pengganti pabrik Pusri-III dan PUSRI-IV dapat beroperasi. Saat ini total pasokan gas bumi ke Pusri berasal dari 3 kontrak yaitu PT Pertamina EP, ConocoPhillips (Grissik) Ltd dan PT Tropik Energi Pandan.
Langkah ini diambil untuk mencapai visi “Menjadi Perusahaan Agroindustri Unggul di Asia”, yakni dengan cara bertransformasi melalui program Transformasi Budaya dan Transformasi Bisnis yang tentunya tak luput dari dukungan Kementerian BUMN dan perusahaan induk usaha PT Pupuk Indonesia (Persero).
Green Diesel
Sejalan dengan cita-cita menjadi perusahaan agroindustri, Kementerian ESDM menugaskan Pusri untuk membangun pilot plant diesel biohidrokarbon yang lebih dikenal dengan nama green diesel di lokasi pabrik Pusri Palembang.
Pengembangan teknologi diesel biohidrokarbon dan bio avtur berkapasitas 1.300 liter bahan baku per hari merupakan kerja sama antara Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (Balitbang ESDM), Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Pertamina (Persero) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Pilot plant yang akan dibangun pada tahun 2020 ini bertujuan mengembangkan teknologi untuk memproduksi diesel biohidrokarbon dan bio avtur dari industrial vegetable oil (IVO)/industrial lauric oil (ILO)/mixed industrial vegetable oil (MIVO) menggunakan katalis Merah Putih yang dikembangkan oleh ITB.
Pabrik Pusri dipilih sebagai lokasi pabrik percontohan tersebut karena memiliki hidrogen yang dibutuhkan dalam proses produksi.
Mulyono mengatakan pengembangan pilot plant green diesel ini diharapkan dapat memberi nilai tambah bagi industri kelapa sawit sehingga tidak terlalu bergantung pada harga jual internasional, selain tentunya memberikan alternatif bahan baku nabati di sektor energi.