Palembang (ANTARA) - Meskipun sepi pesanan produk, namun tidak menyurutkan usaha kecil menengah untuk tetap berusaha di tengah pandemi COVID-19 seperti dua pelaku usaha kecil di Palembang Ria Bulan Suci dan Anita Elnia yang beralih produksi dari kerajinan tangan cantik hingga akhirnya memproduksi masker dan face shield atau pelindung wajah.
"Awalnya hanya iseng jahit untuk anak sendiri, lalu diposting di medsos dan dapet pesenan," kata Ria Bulan Suci yang kesehariannya memproduksi kerajinan hantaran dan bros ini di Palembang, Rabu.
Ria mengaku biasanya ia bersama sejumlah rekan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) membuka lapak di salah satu mall Kota Palembang, namun akibat wabah COVID-19 selama beberapa bulan mereka tidak bisa berjualan.
Di tengah ketiadaan aktivitas Ria mengakui belajar menjahit masker kain melalui youtube. Awalnya produksi dalam jumlah terbatas atau tergantung pesanan, hingga akhirnya ia dan rekan Sumsel Crafter didaulat Dinas Koperasi setempat dan Pemerintah Kota Palembang untuk menyediakan ratusan masker kain untuk dihibahkan kepada warga dan rumah sakit. Ia juga memproduksi untuk pesanan yang akan diperjualbelikan kembali oleh pedagang pengecer.
Per tiga harinya Ria mampu memproduksi hingga sepuluh lusin. Bahan yang digunakan untuk membuat masker kain adalah katun, maxmara, hingga bahan kain oxford. Masker kainnya dijual per buah dengan harga mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 7.000 tergantung dari tingkat kerumitan dan permintaan lapisan dari pemesan.
Produksi masker dan 'face shield' karya Anita (ANTARA/Feny Selly/I016/20)
Rekan Ria di Sumsel Crafter, Anita Elnia juga meraup untung dari produksi masker dan face shield selama musim pandemi ini.
"Sempat ikut membantu produksi 15.000 masker kain untuk ibu Wakil Wali Kota Palembang," ujar Anita yang kesehariannya menerima pesanan jahitan dan bros perca ini.
Selama memenuhi permintaan masker tersebut Anita bersyukur bisa membantu perekonomian tetangga dengan menggandeng mereka dalam kejar target produksi pesanan.
"Tetangga cari pemasukan, saya ajari jahit dan turut membantu saya kejar target," ungkapnya.
Selain produksi masker kain, Anita juga mencoba memproduksi pelindung wajah atau face shield berbahan mika.
Sebelum memproduksi sendiri ia sempat menjadi perantara, produk face shield awalnya ia datangkan dari pembuat di Jawa, namun mengingat waktu yang lama untuk sampai akhirnya Anita mencoba membuat face shield sendiri.
Palstik mika dengan ketebalan 0,4 dipilihnya untuk menjadi bahan utama face shield ini. Menurutnya penting menggunakan mika yang agak tebal agar dapat melindungi wajah secara maksimal.
Untuk memproduksi lusinan face shield membutuhkan waktu tiga sampai satu minggu tergantung dari percetakan tempat ia memesan stiker untuk label faceshieldnya.
"Produksi langsung cukup cepat, saya bisa buat ratusan dalam beberapa hari," kata wanita berusia 36 tahun ini.
Saat ini menerima pesanan yang diperuntukkan bagi instansi dan sekolah, serta untuk dijual kembali. harga face shield mulai dari Rp 12.000 hingga Rp 15.000.
Menjelang tahun ajaran baru yang akan dimulai Juli mendatang sejumlah sekolah juga sudah memesan face shield. Masing masing satu sekolah memesan sekitar 500 buah face shield untuk guru dan siswa.
"Awalnya hanya iseng jahit untuk anak sendiri, lalu diposting di medsos dan dapet pesenan," kata Ria Bulan Suci yang kesehariannya memproduksi kerajinan hantaran dan bros ini di Palembang, Rabu.
Ria mengaku biasanya ia bersama sejumlah rekan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) membuka lapak di salah satu mall Kota Palembang, namun akibat wabah COVID-19 selama beberapa bulan mereka tidak bisa berjualan.
Di tengah ketiadaan aktivitas Ria mengakui belajar menjahit masker kain melalui youtube. Awalnya produksi dalam jumlah terbatas atau tergantung pesanan, hingga akhirnya ia dan rekan Sumsel Crafter didaulat Dinas Koperasi setempat dan Pemerintah Kota Palembang untuk menyediakan ratusan masker kain untuk dihibahkan kepada warga dan rumah sakit. Ia juga memproduksi untuk pesanan yang akan diperjualbelikan kembali oleh pedagang pengecer.
Per tiga harinya Ria mampu memproduksi hingga sepuluh lusin. Bahan yang digunakan untuk membuat masker kain adalah katun, maxmara, hingga bahan kain oxford. Masker kainnya dijual per buah dengan harga mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 7.000 tergantung dari tingkat kerumitan dan permintaan lapisan dari pemesan.
Rekan Ria di Sumsel Crafter, Anita Elnia juga meraup untung dari produksi masker dan face shield selama musim pandemi ini.
"Sempat ikut membantu produksi 15.000 masker kain untuk ibu Wakil Wali Kota Palembang," ujar Anita yang kesehariannya menerima pesanan jahitan dan bros perca ini.
Selama memenuhi permintaan masker tersebut Anita bersyukur bisa membantu perekonomian tetangga dengan menggandeng mereka dalam kejar target produksi pesanan.
"Tetangga cari pemasukan, saya ajari jahit dan turut membantu saya kejar target," ungkapnya.
Selain produksi masker kain, Anita juga mencoba memproduksi pelindung wajah atau face shield berbahan mika.
Sebelum memproduksi sendiri ia sempat menjadi perantara, produk face shield awalnya ia datangkan dari pembuat di Jawa, namun mengingat waktu yang lama untuk sampai akhirnya Anita mencoba membuat face shield sendiri.
Palstik mika dengan ketebalan 0,4 dipilihnya untuk menjadi bahan utama face shield ini. Menurutnya penting menggunakan mika yang agak tebal agar dapat melindungi wajah secara maksimal.
Untuk memproduksi lusinan face shield membutuhkan waktu tiga sampai satu minggu tergantung dari percetakan tempat ia memesan stiker untuk label faceshieldnya.
"Produksi langsung cukup cepat, saya bisa buat ratusan dalam beberapa hari," kata wanita berusia 36 tahun ini.
Saat ini menerima pesanan yang diperuntukkan bagi instansi dan sekolah, serta untuk dijual kembali. harga face shield mulai dari Rp 12.000 hingga Rp 15.000.
Menjelang tahun ajaran baru yang akan dimulai Juli mendatang sejumlah sekolah juga sudah memesan face shield. Masing masing satu sekolah memesan sekitar 500 buah face shield untuk guru dan siswa.